Jawab Tantangan Industri, Limbah Abu Batu Bara Diolah Jadi Bahan Bangunan

Senin, 25 Juli 2022 - 19:28 WIB
Pengelolaan limbah abu batu bara berupa fly ash dan bottom ash (FABA) saat ini menjadi tantangan baru bagi industri yang menggunakan sumber energi itu dalam kegiatan bisnisnya. Foto/Dok
BONTANG - Pengelolaan limbah abu batu bara berupa fly ash dan bottom ash (FABA) saat ini menjadi tantangan baru bagi industri yang menggunakan sumber energi itudalam kegiatan bisnisnya. Sebagai produsen pupuk urea terbesar di Asia Tenggara, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) turut menaruh perhatian pada pengelolaan limbah ini sebagai bagian dari rangkaian komitmen perusahaan di bidang Environmental, Social, dan Governance (ESG) .

Saat ini, PKT mencanangkan inovasi dalam pemanfaatan limbah Fly Ash & Bottom Ash (FABA) yang dapat digunakan sebagai material substitusi seperti batako, paving blok, stabilisasi tanah serta pemanfaatan lainnya.





Fly ash merupakan abu hasil pembakaran batu bara yang melayang ke atas, sementara bottom ash adalah abu hasil pembakaran yang jatuh ke bawah. Di dalamnya, terdapat beberapa kandungan FABA seperti karbon, nitrogen, dan silica.

Sejak tahun 2021 Pemerintah Republik Indonesia juga telah menetapkan pengelolaan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA), sebagai limbah non B3 terdaftar yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 dan PermenLHK No 19 Tahun 2021.

Direktur Utama PKT, Rahmad Pribadi mengungkapkan, sebagai perusahaan yang berkomitmen untuk menerapkan ESG dalam kegiatan bisnis, PKT ditekankan senantiasa berinovasi untuk mencari cara-cara baru dalam mengolah ekses hasil kegiatan produksi pabrik menjadi sesuatu yang bernilai tambah bagi lingkungan.

Setelah sebelumnya menjalankan inovasi dalam pengolahan limbah plastik menjadi green asphalt, sejak 2021 PKT juga telah mendapatkan izin untuk mengelola limbah FABA sebagai material substitusi bahan bangunan dan stabilisasi tanah.

"Inovasi ini dihadirkan untuk meningkatkan peran perusahaan dalam sustainable development, dimana hasil pengolahan FABA tersebut dapat dimanfaatkan dan memberikan nilai tambah ekonomi untuk kegiatan infrastruktur. Selain untuk menekan penumpukan limbah di TPS dalam skala yang lebih besar," ujar Direktur Utama PKT, Rahmad Pribadi.

Mengoperasikan pabrik pupuk terbesar di Asia Tenggara, PKT saat ini memiliki unit boiler batu bara dengan kapasitas 2 x 220 metrik ton/jam (daya listrik 96,6 MW) yang berfungsi sebagai pemasok steam untuk mendukung proses produksi pabrik amonia - urea milik perusahaan.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More