Kementan Optimis Komoditas Hortikultura Dapat Menopang Perekonomian
Minggu, 28 Juni 2020 - 08:37 WIB
SEMARANG - Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian ( Kementan ) Prihasto Setyanto optimistis komoditas hortikultura dapat menopang perekonomian dan menjawab tantangan dari dampak Covid-19.
Untuk itu, Kementan terus melakukan monitoring serta evaluasi, yang nantinya akan dilakukan untuk menumbuhkan dan menguatkan para petani milenial di sentra hortikultura.
"Dulunya petani identik dengan orang-orang tua, namun di Kopeng, Kabupaten Semarang, ada sekumpulan anak muda yang menekuni budidaya sayuran organik. Mereka mengerjakan sendiri dari budidaya hingga pemasarannya. Model ini, kita harus tularkan ke daerah lainnya agar perekonomian rakyat tidak terpengaruh dampak Covid-19," katanya disela-sela mengikuti kunjungan Mentan Syahrul Yasin Limpo di lahan sayuran organik Merbabu (SOM) Kopeng, Getasan, Kabupaten Semarang, Sabtu (27/6/2020).
Sofyan Adi Cahyono, petani milenial SOM Kopeng sekaligus Ketua Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Citra Muda mengatakan, di masa pandemi hingga new normal, justru menyebabkan permintaan sayur organik naik pesat.
Tren konsumen masa kini sudah beralih dari produk segar ke produk pangan organik yang aman sehingga pemasaran dominan dilakukan secara online.
"Jenis usaha yang kami rintis adalah budidaya sayuran organik dengan aspek egalitas berupa tanda daftar kelompok tani yang beranggotakan 30 anggota petani muda, bersertifikat organik Indonesia dari INOFICE. Omset Rp300 juta per bulan. Kami garap lahan seluas 10 hektar ditanami lebih dari 50 jenis sayuran," ujarnya.
Sofyan menegaskan di masa pandemi dan new normal ini, merupakan momentum yang sangat menguntungkan mengembangkan budidaya sayuran. Permintaan tidak hanya dalam Jawa Tengah, tapi juga merambah Sumatra.
"Memang benar bahwa wabah Covid-19 membuat penjualan justru semakin meningkat. Jika biasanya per bulan hanya mampu menjual 4 ton sampai 5 ton sayur organik. Saat ini penjualannya meningkat hingga 300% menjadi 14 ton sampai 15 ton sayur per bulan," jelasnya.
Untuk itu, Kementan terus melakukan monitoring serta evaluasi, yang nantinya akan dilakukan untuk menumbuhkan dan menguatkan para petani milenial di sentra hortikultura.
"Dulunya petani identik dengan orang-orang tua, namun di Kopeng, Kabupaten Semarang, ada sekumpulan anak muda yang menekuni budidaya sayuran organik. Mereka mengerjakan sendiri dari budidaya hingga pemasarannya. Model ini, kita harus tularkan ke daerah lainnya agar perekonomian rakyat tidak terpengaruh dampak Covid-19," katanya disela-sela mengikuti kunjungan Mentan Syahrul Yasin Limpo di lahan sayuran organik Merbabu (SOM) Kopeng, Getasan, Kabupaten Semarang, Sabtu (27/6/2020).
Sofyan Adi Cahyono, petani milenial SOM Kopeng sekaligus Ketua Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Citra Muda mengatakan, di masa pandemi hingga new normal, justru menyebabkan permintaan sayur organik naik pesat.
Tren konsumen masa kini sudah beralih dari produk segar ke produk pangan organik yang aman sehingga pemasaran dominan dilakukan secara online.
"Jenis usaha yang kami rintis adalah budidaya sayuran organik dengan aspek egalitas berupa tanda daftar kelompok tani yang beranggotakan 30 anggota petani muda, bersertifikat organik Indonesia dari INOFICE. Omset Rp300 juta per bulan. Kami garap lahan seluas 10 hektar ditanami lebih dari 50 jenis sayuran," ujarnya.
Sofyan menegaskan di masa pandemi dan new normal ini, merupakan momentum yang sangat menguntungkan mengembangkan budidaya sayuran. Permintaan tidak hanya dalam Jawa Tengah, tapi juga merambah Sumatra.
"Memang benar bahwa wabah Covid-19 membuat penjualan justru semakin meningkat. Jika biasanya per bulan hanya mampu menjual 4 ton sampai 5 ton sayur organik. Saat ini penjualannya meningkat hingga 300% menjadi 14 ton sampai 15 ton sayur per bulan," jelasnya.
(bon)
tulis komentar anda