Singapura Bakal Jadi Negara Pencetak Miliarder Terbanyak di Asia Pasifik
Sabtu, 20 Agustus 2022 - 09:00 WIB
JAKARTA - Singapura diperkirakan menjadi negara pencetak orang terkaya terbanyak di kawasan Asia Pasifik di 2030. Lebih 13% populasi orang dewasa Singapura akan bernilai USD 1 juta atau melebihi proporsi di Amerika Serikat (AS) dan China.
Berdasarkan laporan HSBC, jumlah orang kaya Singapura akan meningkat dari 7,5% pada 2021 menjadi 18,5% pada 2030. Padahal sebelumnya Australia sempat menempati peringkat tertinggi di kawasan tersebut pada 2021 diikuti Singapura pada posisi kedua. Singapura diperkirakan menempati urutan teratas di Asia-Pasifik diikuti oleh Australia, Hong Kong dan Taiwan. Proporsi jutawan di keempat negara itu juga diperkirakan akan lebih tinggi dari AS.
Dalam Laporan HSBC yang diolah dari berbagai lembaga keuangan dunia, Singapura diperkirakan akan naik ke posisi teratas dengan 13,1 persen penduduk berstatus miliarder. Sedangkan Australia bakal turun ke posisi kedua dengan jumlah miliarder sebanyak 12,5 persen dari total penduduk.
Posisi ketiga akan ditempati Hong Kong dengan komposisi miliarder 11,1 persen dari penduduk. Posisi keempat ada Taiwan dengan komposisi miliarder 10,2 persen. Adapun Indonesia, diperkirakan akan memiliki miliarder sebanyak 0,9 persen dari total penduduk.
Secara absolut, China diperkirakan akan memiliki sekitar 50 juta orang miliarder pada tahun 2030, dan India 6 juta orang. Persentasenya adalah 4 persen orang dewasa di China, dan 1 persen orang dewasa di India.
Namun demikian, laporan HSBC tersebut tidak memberikan data perbandingan antara jumlah miliarder di AS dan miliarder di Asia-Pasifik pada 2030. HSBC hanya menyatakan bahwa kekayaan finansial Asia telah melampaui AS sejak krisis ekonomi global pada 2008 lalu. Sejumlah negara di Asia mengalami pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.
"Catatan tentang kekayaan Asia yang tumbuh juga menyoroti sumber daya masyarakat, yang pada akhirnya tersedia untuk mengangkat jutaan orang keluar dari kemiskinan," kata kepala ekonom Asia dan co-kepala penelitian global Asia untuk HSBC Frederic Neumann, dikutip Bloomberg, Sabtu (20/8/2022).
Menurut dia kawasan Asia-Pasifik tidak kekurangan modal sama sekali untuk terus tumbuh. Meski pertumbuhannya terjadi secara tidak merata antara satu negara dan negara lain, maupun antara penduduk dalam satu negara.
Berdasarkan laporan HSBC, jumlah orang kaya Singapura akan meningkat dari 7,5% pada 2021 menjadi 18,5% pada 2030. Padahal sebelumnya Australia sempat menempati peringkat tertinggi di kawasan tersebut pada 2021 diikuti Singapura pada posisi kedua. Singapura diperkirakan menempati urutan teratas di Asia-Pasifik diikuti oleh Australia, Hong Kong dan Taiwan. Proporsi jutawan di keempat negara itu juga diperkirakan akan lebih tinggi dari AS.
Dalam Laporan HSBC yang diolah dari berbagai lembaga keuangan dunia, Singapura diperkirakan akan naik ke posisi teratas dengan 13,1 persen penduduk berstatus miliarder. Sedangkan Australia bakal turun ke posisi kedua dengan jumlah miliarder sebanyak 12,5 persen dari total penduduk.
Posisi ketiga akan ditempati Hong Kong dengan komposisi miliarder 11,1 persen dari penduduk. Posisi keempat ada Taiwan dengan komposisi miliarder 10,2 persen. Adapun Indonesia, diperkirakan akan memiliki miliarder sebanyak 0,9 persen dari total penduduk.
Secara absolut, China diperkirakan akan memiliki sekitar 50 juta orang miliarder pada tahun 2030, dan India 6 juta orang. Persentasenya adalah 4 persen orang dewasa di China, dan 1 persen orang dewasa di India.
Namun demikian, laporan HSBC tersebut tidak memberikan data perbandingan antara jumlah miliarder di AS dan miliarder di Asia-Pasifik pada 2030. HSBC hanya menyatakan bahwa kekayaan finansial Asia telah melampaui AS sejak krisis ekonomi global pada 2008 lalu. Sejumlah negara di Asia mengalami pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.
"Catatan tentang kekayaan Asia yang tumbuh juga menyoroti sumber daya masyarakat, yang pada akhirnya tersedia untuk mengangkat jutaan orang keluar dari kemiskinan," kata kepala ekonom Asia dan co-kepala penelitian global Asia untuk HSBC Frederic Neumann, dikutip Bloomberg, Sabtu (20/8/2022).
Menurut dia kawasan Asia-Pasifik tidak kekurangan modal sama sekali untuk terus tumbuh. Meski pertumbuhannya terjadi secara tidak merata antara satu negara dan negara lain, maupun antara penduduk dalam satu negara.
(nng)
tulis komentar anda