Pendapatan BUMN Tembus Rp2.292 Triliun, Erick Thohir Ungkap Strateginya
Jum'at, 30 September 2022 - 21:35 WIB
JAKARTA - Kinerja BUMN pada 2021 menunjukkan capaian cukup positif di tengah pandemi global. Capaian tersebut lantaran implementasi agenda transformasi BUMN .
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan implementasi transformasi tidak hanya bisnis model, human capital atau sumber daya manusia (SDM), dan bisnis proses, tapi juga transformasi melalui laporan keuangan yang terkonsolidasi.
"Sebagai BUMN penting sekali punya buku yang bisa kita baca bersama-sama. Ini merupakan bagian dari transparansi dan good corporate governance yang kita ciptakan selalu, karena keterbukaan itu menjadi penting,” ungkap Erick dikutip Jumat (30/9/2022).
Laporan tahunan keuangan konsolidasi, lanjut Erick, bertujuan mengidentifikasi kinerja BUMN. Sekaligus, berfungsi sebagai early warning system untuk melihat dan memprediksi keberlanjutan strategi BUMN ke depannya.
Erick mengklaim transformasi BUMN mampu mendongkrak kinerja BUMN. Dia mencatat ada angka-angka dalam laporan keuangan yang dapat dijadikan indikator, seperti peningkatan revenue, EBITDA margin, hingga penurunan rasio utang terhadap total investasi.
Sepanjang 2021, terjadi peningkatan revenue sebesar 18,8% menjadi Rp2.292,5 triliun. Angka ini naik signifikan bila dibandingkan dengan APBN.
"Jadi proporsionalnya hampir mirip. EBITDA margin meningkat menjadi 20,4%, artinya makin sehat dan jelas sehat. Total utangnya (BUMN) Rp1.579,6 triliun dan tentu equity atau modal (2021), mencapai Rp2.778,3 triliun. Debt to invested capital kita kira-kira 36%, artinya juga sehat,” pungkas Erick.
Di samping peningkatan revenue, EBITDA margin, dan penurunan rasio utang, kinerja BUMN didorong oleh penurunan bunga konsolidasi yang awalnya Rp91,5 triliun pada 2020 menjadi Rp73,5 triliun pada tahun ini.
Kementerian BUMN juga melakukan efisiensi jumlah BUMN melalui pembentukan klaster BUMN. Meski demikian Erick tak mengelak bila ada perusahaan pelat merah yang masih terkontraksi keuangannya.
“Kita tidak menutup mata ada juga BUMN yang kurang sehat, maka sejak awal kita bentuk portofolio perbaikan BUMN. BUMN-BUMN yang tidak masuk ekosistem akan berada di bawah Danareksa dan juga PPA. Dan insya Allah, jumlah BUMN terus kita lakukan konsolidasi karena ingin memastikan bukan banyaknya BUMN, tetapi justru impact BUMN kepada industri dan tentunya kepada masyarakat,” kata dia.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan implementasi transformasi tidak hanya bisnis model, human capital atau sumber daya manusia (SDM), dan bisnis proses, tapi juga transformasi melalui laporan keuangan yang terkonsolidasi.
"Sebagai BUMN penting sekali punya buku yang bisa kita baca bersama-sama. Ini merupakan bagian dari transparansi dan good corporate governance yang kita ciptakan selalu, karena keterbukaan itu menjadi penting,” ungkap Erick dikutip Jumat (30/9/2022).
Laporan tahunan keuangan konsolidasi, lanjut Erick, bertujuan mengidentifikasi kinerja BUMN. Sekaligus, berfungsi sebagai early warning system untuk melihat dan memprediksi keberlanjutan strategi BUMN ke depannya.
Erick mengklaim transformasi BUMN mampu mendongkrak kinerja BUMN. Dia mencatat ada angka-angka dalam laporan keuangan yang dapat dijadikan indikator, seperti peningkatan revenue, EBITDA margin, hingga penurunan rasio utang terhadap total investasi.
Sepanjang 2021, terjadi peningkatan revenue sebesar 18,8% menjadi Rp2.292,5 triliun. Angka ini naik signifikan bila dibandingkan dengan APBN.
"Jadi proporsionalnya hampir mirip. EBITDA margin meningkat menjadi 20,4%, artinya makin sehat dan jelas sehat. Total utangnya (BUMN) Rp1.579,6 triliun dan tentu equity atau modal (2021), mencapai Rp2.778,3 triliun. Debt to invested capital kita kira-kira 36%, artinya juga sehat,” pungkas Erick.
Di samping peningkatan revenue, EBITDA margin, dan penurunan rasio utang, kinerja BUMN didorong oleh penurunan bunga konsolidasi yang awalnya Rp91,5 triliun pada 2020 menjadi Rp73,5 triliun pada tahun ini.
Kementerian BUMN juga melakukan efisiensi jumlah BUMN melalui pembentukan klaster BUMN. Meski demikian Erick tak mengelak bila ada perusahaan pelat merah yang masih terkontraksi keuangannya.
“Kita tidak menutup mata ada juga BUMN yang kurang sehat, maka sejak awal kita bentuk portofolio perbaikan BUMN. BUMN-BUMN yang tidak masuk ekosistem akan berada di bawah Danareksa dan juga PPA. Dan insya Allah, jumlah BUMN terus kita lakukan konsolidasi karena ingin memastikan bukan banyaknya BUMN, tetapi justru impact BUMN kepada industri dan tentunya kepada masyarakat,” kata dia.
(uka)
tulis komentar anda