Ekonomi Digital Optimistis Terus Tumbuh di Tengah Gempuran PHK
Selasa, 08 November 2022 - 12:45 WIB
JAKARTA - Ekonomi digital terus bertumbuh meskipun valuasinya terjadi penurunan dan diterpa gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK). Fenomena tersebut terjadi bukan karena pecahnya gelembung yang nantinya akan merontokkan pertumbuhan ekonomi digital, melainkan adanya reposisi bagi investasi ke depan.
"Fenomena siklikal yang terjadi akibat munculnya arus balik dari pertumbuhan cepat valuasi perusahaan teknologi digital," ujar Direktur Eksekutif Lippo Group sekaligus praktisi modal ventura John Riady dalam pernyataannya, Selasa (8/11/2022).
Berdasarkan Vantage pada Kuartal III 2022, aliran investasi ke sektor teknologi digital kembali seret, pendanaan modal ventura ke startup di Asia Tenggara (Asean) hanya sekitar USD3,72 miliar atau turun 36,4% secara tahunan atau year on year (yoy).
Bahkan, sejak Januari hingga September 2022, total investasi startup di Asean hanya mencapai USD12,68 miliar, turun 16,4% yoy. Sebaliknya jumlah transaksi pendanaan baik secara kuartalan maupun periode tahun berjalan justru mengalami kenaikan. "Valuasi yang cenderung tinggi itu telah memicu terjadinya inflasi nilai, yang pada akhirnya terjadi penurunan valuasi secara cepat perusahaan-perusahaan teknologi digital," ujar John.
Di sisi lain, ia mengungkapkan kondisi saat ini jauh berbeda dengan fenomena buble yang terjadi pada akhir 1990-an, di mana aliran investasi jumbo masuk ke dalam sektor digital. "Saat itu, bubble dotcom terjadi, valuasi turun, dan secara riil belum terdapat infrastruktur yang mendukung pengembangan lebih jauh. Saat ini, digitalisasi terjadi di semua lini, dan mengubah banyak pola kehidupan," ungkapnya.
Disebutkan,saat situasi perekonomian global diprediksi bakal mengalami kontraksi akibat perang serta imbas pandemi, hal itu merembet kepada likuiditas serta investasi startup. "Investor lebih hati-hati, tidak lagi sekadar euforia digital, melainkan cermat menggandeng mitra perusahaan teknologi digital," tambahnya.
John mengatakan, sejak semula Capital Venturra sebagai lengan investasi digital Lippo Group menerapkan berbagai strategi investasi yang kini diadopsi secara umum. Menurut John, sewaktu banjir investasi digital, Lippo Group tidak tergiur mengikuti arus, melainkan taat pada dua prinsip utama. Pertama, lanjutnya, investasi yang dilakukan Lippo Group mengarah kepada startup yang digawangi para inovator yang visioner.
"Artinya, mereka mengembangkan perusahaan rintisan tidak sekadar melirik valuasi dan investasi, melainkan berniat menciptakan perubahan yang besar dan berkesinambungan," ungkapnya.
"Fenomena siklikal yang terjadi akibat munculnya arus balik dari pertumbuhan cepat valuasi perusahaan teknologi digital," ujar Direktur Eksekutif Lippo Group sekaligus praktisi modal ventura John Riady dalam pernyataannya, Selasa (8/11/2022).
Berdasarkan Vantage pada Kuartal III 2022, aliran investasi ke sektor teknologi digital kembali seret, pendanaan modal ventura ke startup di Asia Tenggara (Asean) hanya sekitar USD3,72 miliar atau turun 36,4% secara tahunan atau year on year (yoy).
Bahkan, sejak Januari hingga September 2022, total investasi startup di Asean hanya mencapai USD12,68 miliar, turun 16,4% yoy. Sebaliknya jumlah transaksi pendanaan baik secara kuartalan maupun periode tahun berjalan justru mengalami kenaikan. "Valuasi yang cenderung tinggi itu telah memicu terjadinya inflasi nilai, yang pada akhirnya terjadi penurunan valuasi secara cepat perusahaan-perusahaan teknologi digital," ujar John.
Di sisi lain, ia mengungkapkan kondisi saat ini jauh berbeda dengan fenomena buble yang terjadi pada akhir 1990-an, di mana aliran investasi jumbo masuk ke dalam sektor digital. "Saat itu, bubble dotcom terjadi, valuasi turun, dan secara riil belum terdapat infrastruktur yang mendukung pengembangan lebih jauh. Saat ini, digitalisasi terjadi di semua lini, dan mengubah banyak pola kehidupan," ungkapnya.
Disebutkan,saat situasi perekonomian global diprediksi bakal mengalami kontraksi akibat perang serta imbas pandemi, hal itu merembet kepada likuiditas serta investasi startup. "Investor lebih hati-hati, tidak lagi sekadar euforia digital, melainkan cermat menggandeng mitra perusahaan teknologi digital," tambahnya.
John mengatakan, sejak semula Capital Venturra sebagai lengan investasi digital Lippo Group menerapkan berbagai strategi investasi yang kini diadopsi secara umum. Menurut John, sewaktu banjir investasi digital, Lippo Group tidak tergiur mengikuti arus, melainkan taat pada dua prinsip utama. Pertama, lanjutnya, investasi yang dilakukan Lippo Group mengarah kepada startup yang digawangi para inovator yang visioner.
"Artinya, mereka mengembangkan perusahaan rintisan tidak sekadar melirik valuasi dan investasi, melainkan berniat menciptakan perubahan yang besar dan berkesinambungan," ungkapnya.
tulis komentar anda