Investor Diajak Tetap Optimistis Sambut Santa Claus Rally
Rabu, 07 Desember 2022 - 12:00 WIB
JAKARTA - Pemodal masih belum yakin untuk megalokasikan investasi pada beberapa pilihan investasi menjelang akhir tahun. Pasar modal sebagai salah satu instrumen investasi bisa dipelajari jadi pertimbangan dalam berburu return. Jika dicermati, mendekati akhir tahun beberapa fenomena menarik kerap terjadi di bursa saham. Satu di antaranya adalah December Effect yang ditunjukkan dengan meningkatnya volume pembelian saham di pasar.
Meski tak selalu ada tiap tahun, namun, kalau fenomena ini datang, biasanya ditantai dengan akumulasi masif menjelang Hari Natal hingga penutupan perdagangan pasar di akhir tahun. Karena itu, fenomena ini, juga sering disebut sebagai Santa Claus Rally.
"Kemungkinan ini dikaitkan dengan psikologi suka cita pelaku pasar melakukan aksi beli saham menyambut datangnya Santa Claus," kata Head of Advisory & Investment Connoisseur Moduit, Manuel Adhy Purwanto dalam keterangannya, Rabu (7/12/2022).
Dia menguraikan, secara teori, aksi akumulasi beli saham tersebut dipicu oleh aksi window dressing oleh fund manager dan emiten untuk meningkatkan kinerja portofolio kelolaannya. Tujuannya, agar posisi portofolio mereka terlihat lebih cantik saat menyajikan laporannya kepada pemilik dana.
Secara sederhana praktik window dressing, ucap dia, bisa diibaratkan sebuah kado yang dibungkus dengan kertas aneka warna. Lalu, diberi pita agar terlihat lebih cantik dan menarik.
"Upaya mempercantik portofolio, ternyata tak hanya berlaku menjelang akhir tahun. Tapi juga kerap terjadi setiap kuartalan, yakni Maret, Juni, serta September. Aksi akumulasi itu dilakukan dalam rangka mengantisipasi kinclongnya laporan keuangan emiten, yang diasumsikan lebih baik dari kuartal atau tahun sebelumnya," ujarnya.
Setelah window dressing, peluang berikutnya berlanjut dengan fenomena January Effect yang biasanya berlangsung pada pekan pertama, kedua dan ketiga di bulan Januari atau awal tahun. Namun, tak tertutup kemungkinan siklus psikologi pergerakan pasar itu terjadi sepanjang Januari, tanpa jeda penurunan, ditandai dengan aksi akumulasi atau beli oleh para pengelola dana besar untuk mengisi keranjang portofolio.
Beberapa fenomena tesebut, menurut Manuel Adhy Purwanto, bisa memberikan rasa optimistis bagi pemodal yang ingin menambah portofolio di akhir tahun. Pasalnya, peningkatan likuiditas di pasar yang signifikan tersebut biasanya memicu kenaikan harga saham, yang kemudian mengerek indeks harga saham gabungan (IHSG).
Meski tak selalu ada tiap tahun, namun, kalau fenomena ini datang, biasanya ditantai dengan akumulasi masif menjelang Hari Natal hingga penutupan perdagangan pasar di akhir tahun. Karena itu, fenomena ini, juga sering disebut sebagai Santa Claus Rally.
"Kemungkinan ini dikaitkan dengan psikologi suka cita pelaku pasar melakukan aksi beli saham menyambut datangnya Santa Claus," kata Head of Advisory & Investment Connoisseur Moduit, Manuel Adhy Purwanto dalam keterangannya, Rabu (7/12/2022).
Dia menguraikan, secara teori, aksi akumulasi beli saham tersebut dipicu oleh aksi window dressing oleh fund manager dan emiten untuk meningkatkan kinerja portofolio kelolaannya. Tujuannya, agar posisi portofolio mereka terlihat lebih cantik saat menyajikan laporannya kepada pemilik dana.
Secara sederhana praktik window dressing, ucap dia, bisa diibaratkan sebuah kado yang dibungkus dengan kertas aneka warna. Lalu, diberi pita agar terlihat lebih cantik dan menarik.
"Upaya mempercantik portofolio, ternyata tak hanya berlaku menjelang akhir tahun. Tapi juga kerap terjadi setiap kuartalan, yakni Maret, Juni, serta September. Aksi akumulasi itu dilakukan dalam rangka mengantisipasi kinclongnya laporan keuangan emiten, yang diasumsikan lebih baik dari kuartal atau tahun sebelumnya," ujarnya.
Setelah window dressing, peluang berikutnya berlanjut dengan fenomena January Effect yang biasanya berlangsung pada pekan pertama, kedua dan ketiga di bulan Januari atau awal tahun. Namun, tak tertutup kemungkinan siklus psikologi pergerakan pasar itu terjadi sepanjang Januari, tanpa jeda penurunan, ditandai dengan aksi akumulasi atau beli oleh para pengelola dana besar untuk mengisi keranjang portofolio.
Beberapa fenomena tesebut, menurut Manuel Adhy Purwanto, bisa memberikan rasa optimistis bagi pemodal yang ingin menambah portofolio di akhir tahun. Pasalnya, peningkatan likuiditas di pasar yang signifikan tersebut biasanya memicu kenaikan harga saham, yang kemudian mengerek indeks harga saham gabungan (IHSG).
tulis komentar anda