EYAA Dorong Peningkatan Taraf Hidup I Juta Rumah Tangga di ASEAN
Jum'at, 09 Desember 2022 - 14:15 WIB
JAKARTA - ASEAN Foundation dan Maybank Foundation menggelar program eMpowering Youth Across ASEAN (EYAA) Cohort 2. Program yang digelar di kawasan ASEAN selama pandemi tersebut untuk meningkatkan taraf hidup 1 juta rumah tangga di kawasan ASEAN pada 2025.
Pusat Peningkatan Mata Pencaharian (The Improvement of Livelihood Center) di All Light Village di komunitas Sitio Tamale di Nueva Ecija, Filipina, adalah bagian dari program tersebut. Keberhasilan proyek ini diakui oleh semua kelompok pemuda yang berpartisipasi dalam pembelajaran mengenai budidaya jamur organik sebagai sumber pendapatan alternatif.
Camille Joyce Lisay, 24 tahun, asal Filipina, dan Ronalisa Santiago, 20 tahun, seorang mahasiswa dari Nueva Ecija University of Science and Technology, mengambil bagian dalam inisiatif tersebut. Usia muda bukan penghalang bagi mereka untuk berkontribusi kepada komunitas sekitar.
Keduanya terlibat dalam program ini dengan alasan yang berbeda. Camille memutuskan untuk berpartisipasi dalam program tersebut karena terinspirasi oleh kisah perjuangan hidup masyarakat adat di daerah terpencil dengan keterbatasan dalam mencari sumber mata pencaharian alternatif. Sebaliknya, Ronalisa bergabung karena ingin mencari peluang yang lebih baik melalui keterampilan yang didapatnya dari program ini.
Seperti kebanyakan orang lain di daerah itu, Ronalisa berasal dari keluarga petani berpenghasilan rendah yang tidak memiliki sumber pendapatan yang stabil karena tergantung pada musim tanam.
"Jika bukan musim panen, para pria di komunitas kami bekerja di lokasi konstruksi atau bertani di tanah orang lain," ungkap Ronalisa melalui pernyataannya, Jumat (9/12/2022).
Selain itu, Program eMpowering Youth Across ASEAN (EYAA) Cohort 2 berbeda dengan program lain, karena target penerima manfaat fokus untuk para pemuda di desa. Cara-cara bertani tradisional adalah pengetahuan yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Meskipun metode ini masih bisa diterapkan saat ini, namun pembelajaran melalui program yang disukai remaja dapat memberikan manfaat yang tak ternilai sembari mengajarkan metode pertanian terbaru dari para ahli. Oleh karena itu, Ronalisa tertarik menjadi mahasiswa pertama yang mengikuti program tersebut.
Lihat Juga: ASEAN Women Entrepreneurs Conference 2024: Mendorong Berkelanjutan, Inklusif dan Tangguh
Pusat Peningkatan Mata Pencaharian (The Improvement of Livelihood Center) di All Light Village di komunitas Sitio Tamale di Nueva Ecija, Filipina, adalah bagian dari program tersebut. Keberhasilan proyek ini diakui oleh semua kelompok pemuda yang berpartisipasi dalam pembelajaran mengenai budidaya jamur organik sebagai sumber pendapatan alternatif.
Camille Joyce Lisay, 24 tahun, asal Filipina, dan Ronalisa Santiago, 20 tahun, seorang mahasiswa dari Nueva Ecija University of Science and Technology, mengambil bagian dalam inisiatif tersebut. Usia muda bukan penghalang bagi mereka untuk berkontribusi kepada komunitas sekitar.
Keduanya terlibat dalam program ini dengan alasan yang berbeda. Camille memutuskan untuk berpartisipasi dalam program tersebut karena terinspirasi oleh kisah perjuangan hidup masyarakat adat di daerah terpencil dengan keterbatasan dalam mencari sumber mata pencaharian alternatif. Sebaliknya, Ronalisa bergabung karena ingin mencari peluang yang lebih baik melalui keterampilan yang didapatnya dari program ini.
Seperti kebanyakan orang lain di daerah itu, Ronalisa berasal dari keluarga petani berpenghasilan rendah yang tidak memiliki sumber pendapatan yang stabil karena tergantung pada musim tanam.
"Jika bukan musim panen, para pria di komunitas kami bekerja di lokasi konstruksi atau bertani di tanah orang lain," ungkap Ronalisa melalui pernyataannya, Jumat (9/12/2022).
Selain itu, Program eMpowering Youth Across ASEAN (EYAA) Cohort 2 berbeda dengan program lain, karena target penerima manfaat fokus untuk para pemuda di desa. Cara-cara bertani tradisional adalah pengetahuan yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Meskipun metode ini masih bisa diterapkan saat ini, namun pembelajaran melalui program yang disukai remaja dapat memberikan manfaat yang tak ternilai sembari mengajarkan metode pertanian terbaru dari para ahli. Oleh karena itu, Ronalisa tertarik menjadi mahasiswa pertama yang mengikuti program tersebut.
Lihat Juga: ASEAN Women Entrepreneurs Conference 2024: Mendorong Berkelanjutan, Inklusif dan Tangguh
(nng)
tulis komentar anda