Industri Padat Karya Berorientasi Ekspor Bakal Terdampak Resesi Ekonomi Global
Kamis, 29 Desember 2022 - 20:39 WIB
JAKARTA - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, industri padat karya yang berorientasi ekspor bakal terkena imbas dampak dari resesi ekonomi global tahun depan. Turunnya permintaan ekspor dari negara-negara yang selama ini menjadi tujuan ekspor andalan, seperti produk tekstil, alas kaki, pakaian akan berdampak pada industri di dalam negeri.
Sementara itu, kata Arsjad, untuk menghadapi gejolak ekonomi fundamental akibat kenaikan agresif suku bunga dari negara-negara maju, Indonesia juga turut menaikan suku bunga acuan menjadi 5,5%. Kenaikan tersebut bakal diikuti dengan kenaikan suku bunga riil, yang berdampak pada penyaluran kredit.
“Hal ini bakal membebani pengusaha di tengah kenaikan upah minimum yang baru saja ditetapkan. Dampak lanjutannya adalah para pengusaha bakal menahan laju ekspansi dan produksi. Apalagi bagi sektor-sektor yang kena dampak langsung penurunan ekspor,” ujar Arsjad dalam keterangan tertulisnya, Kamis (29/12/2022).
(Baca juga:Indonesia dan Ancaman Resesi Global)
Arsjad menambahkan, beberapa regulasi baru juga turut menjadi perhatian Kadin. Di antaranya pengenaan cukai produk plastik dan minuman berpemanis dalam kemasan serta kebijakan Zero Over Dimension and Overload (ODOL).
Di satu sisi, sampah dari kemasan plastik merupakan ancaman serius untuk lingkungan dan minuman berpemanis berkontribusi terhadap penyakit diabetes sebagai salah satu silent killer terbesar di Indonesia.
Namun, kebijakan tersebut harus mempertimbangkan dengan matang daya saing usaha mengingat alternatif kemasan ramah lingkungan dan kesadaran konsumen terhadap ancaman kemasan plastik terhadap lingkungan masih rendah. Konsumen tidak mau membeli dengan harga yang lebih mahal apabila menggunakan kemasan ramah lingkungan. “Sementara pelaku usaha tentu saja akan menaikkan harga dari ongkos produksi yang naik,” kata Arsjad.
(Baca juga:Bijak Menyikapi Potensi Resesi Global)
Sementara itu, kebijakan ODOL yang akan diberlakukan pemerintah pada tahun depan juga bakal mendorong kenaikan harga barang. Pasalnya, pelaku industri masih mengandalkan kendaraan-kendaraan tersebut untuk mobilisasi barang secara lebih efisien. Biaya logistik dari distribusi barang otomatis akan naik dan berpengaruh pada harga-harga di pasaran.
“Mengingat tahun depan ada ancaman resesi ekonomi global dan pemerintah harus tetap menjaga inflasi dan daya beli, regulasi baru tersebut tentu saja akan memberikan dampak pada harga-harga barang, daya beli, dan inflasi. Perlu langkah bersama untuk mengatasi lonjakan harga yang berpengaruh pada fundamental ekonomi dalam negeri,” katanya.
Arsjad menegaskan, Kadin sebagai rumah semua pelaku usaha dan mitra pemerintah terus berharap agar ekonomi nasional tetap bertumbuh tahun depan sesuai prediksi. “Ancaman resesi ekonomi global harus disikapi bersama-sama dengan langkah konstruktif, sehingga baik pemerintah, pelaku usaha, maupun masyarakat tidak terbebani,” katanya.
Sementara itu, kata Arsjad, untuk menghadapi gejolak ekonomi fundamental akibat kenaikan agresif suku bunga dari negara-negara maju, Indonesia juga turut menaikan suku bunga acuan menjadi 5,5%. Kenaikan tersebut bakal diikuti dengan kenaikan suku bunga riil, yang berdampak pada penyaluran kredit.
“Hal ini bakal membebani pengusaha di tengah kenaikan upah minimum yang baru saja ditetapkan. Dampak lanjutannya adalah para pengusaha bakal menahan laju ekspansi dan produksi. Apalagi bagi sektor-sektor yang kena dampak langsung penurunan ekspor,” ujar Arsjad dalam keterangan tertulisnya, Kamis (29/12/2022).
(Baca juga:Indonesia dan Ancaman Resesi Global)
Arsjad menambahkan, beberapa regulasi baru juga turut menjadi perhatian Kadin. Di antaranya pengenaan cukai produk plastik dan minuman berpemanis dalam kemasan serta kebijakan Zero Over Dimension and Overload (ODOL).
Di satu sisi, sampah dari kemasan plastik merupakan ancaman serius untuk lingkungan dan minuman berpemanis berkontribusi terhadap penyakit diabetes sebagai salah satu silent killer terbesar di Indonesia.
Namun, kebijakan tersebut harus mempertimbangkan dengan matang daya saing usaha mengingat alternatif kemasan ramah lingkungan dan kesadaran konsumen terhadap ancaman kemasan plastik terhadap lingkungan masih rendah. Konsumen tidak mau membeli dengan harga yang lebih mahal apabila menggunakan kemasan ramah lingkungan. “Sementara pelaku usaha tentu saja akan menaikkan harga dari ongkos produksi yang naik,” kata Arsjad.
(Baca juga:Bijak Menyikapi Potensi Resesi Global)
Sementara itu, kebijakan ODOL yang akan diberlakukan pemerintah pada tahun depan juga bakal mendorong kenaikan harga barang. Pasalnya, pelaku industri masih mengandalkan kendaraan-kendaraan tersebut untuk mobilisasi barang secara lebih efisien. Biaya logistik dari distribusi barang otomatis akan naik dan berpengaruh pada harga-harga di pasaran.
“Mengingat tahun depan ada ancaman resesi ekonomi global dan pemerintah harus tetap menjaga inflasi dan daya beli, regulasi baru tersebut tentu saja akan memberikan dampak pada harga-harga barang, daya beli, dan inflasi. Perlu langkah bersama untuk mengatasi lonjakan harga yang berpengaruh pada fundamental ekonomi dalam negeri,” katanya.
Arsjad menegaskan, Kadin sebagai rumah semua pelaku usaha dan mitra pemerintah terus berharap agar ekonomi nasional tetap bertumbuh tahun depan sesuai prediksi. “Ancaman resesi ekonomi global harus disikapi bersama-sama dengan langkah konstruktif, sehingga baik pemerintah, pelaku usaha, maupun masyarakat tidak terbebani,” katanya.
(dar)
tulis komentar anda