Rusia Berisiko Jadi Negara Gagal Akibat Mahalnya Perang Ukraina

Kamis, 12 Januari 2023 - 04:44 WIB
Survei itu muncul ketika perang Rusia Ukraina tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir.

Diketahui hampir setahun setelah invasi Rusia di Ukraina telah menimbulkan sejumlah besar kerusakan dan kehancuran hingga banyak korban jiwa. Ekonomi Kiev diperkirakan telah menyusut lebih dari 30% pada tahun 2022, menurut perkiraan terbaru dari kementerian ekonomi Ukraina.

September lalu, pemerintah Ukraina, Komisi Eropa dan Bank Dunia memprediksi, bahwa biaya rekonstruksi dan pemulihan di Ukraina bakal mencapai USD 349 miliar atau setara Rp 5.385 triliun (Kurs Rp 15.430 per USD). Angkanya sekarang kemungkinan jauh lebih tinggi, karena perang berlanjut hingga 2023. Sekutu Ukraina telah menyerukan Rusia untuk mendukung RUU rekonstruksi Ukraina.

Analis geopolitik menilai bahwa Rusia telah merugikan dirinya sendiri dengan mengejar keuntungan teritorial di Ukraina. Efeknya membuat mereka terasing dari banyak komunitas politik, perdagangan, dan bisnis internasional dan semakin bergantung pada negara-negara nakal seperti Iran dan Korea Utara untuk menjalin kemitraan dan senjata.

Moskow juga telah kehilangan sebagian besar bagian dari basis klien energi Eropa karena sanksi maupun keputusannya sendiri. Beberapa pejabat, entitas, dan industri Rusia saat ini beroperasi di bawah pembatasan Barat.

Presiden Rusia Vladimir Putin secara luas dinilai telah salah menilai invasi ke Ukraina, dengan asumsi runtuhnya pasukan dan pemerintahan Kiev dapat dilakukan dengan cepat. Sebaliknya, perlawanan Ukraina telah membuat Moskow mengalami beberapa kekalahan memalukan di medan perang, meskipun militer Rusia masih menempati sebagian besar wilayah di timur dan selatan Ukraina.

Para ahli telah mengamati Kremlin dengan cermat terkait sinyal arah perang yang kemungkinan berubah menjadi adanya penggunaan nuklir. Bila mengambil langkah ini, maka diyakini dapat mengisolasi Moskow dari sekutu mereka dan pembeli minyak yang tersisa, seperti China dan India.

Hanya 14% dari responden survei Dewan Atlantik yang mempercayai bahwa Rusia kemungkinan akan menggunakan senjata nuklir dalam sepuluh tahun ke depan.

"Di antara mereka yang mengharapkan negara itu mengalami kegagalan dan terpecah dalam dekade selanjutnya, 22 persen percaya bahwa penggunaan senjata nuklir akan menjadi bagian dari sejarah itu dalam sepuluh tahun kemudian," catat lembaga think tank itu.

Dikatakan bahwa ada beberapa harapan bahwa kegagalan negara di Rusia, atau perpisahan selama dekade mendatang, dapat mengarah pada hasil yang positif.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More