Gurita Bisnis BUMDes Maju Mandiri, Kelola Goa Pindul hingga Pasar Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Usaha Milik Desa ( BUMDes ) mampu menggerakkan perekonomian masyarakat dan wilayah sekitarnya. Menggali potensi yang ada di desa, seperti wisata, pertanian, simpan-pinjam, dan pemasaran produk usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) secara digital.
Enam tahun belakangan ini, nama Goa Pindul lazim terdengar di telinga masyarakat nusantara. Testimoni mulut ke mulut dari para pelancong yang sudah menikmati wisata air mengarungi goa menggunakan ban dalam mobil atau media yang menurunkan laporan mengenai destinasi wisata dan kesuksesan mengkapitalisasi potensi yang ada di desa. Semakin meningkatkan animo masyarakat untuk mengunjunginya dan pamor Goa Pindul.
Sebelum Pandemi Covid-19 melanda dunia dan Indonesia, pengunjung goa ini bisa mencapai 30.000 orang per bulan atau 360.000 pelancong per tahun. Wisata Goa Pindul ini awalnya dikelola swadaya oleh masyarakat sekitar. Kemudian, Desa Bejiharjo mendirikan BUMDes Maju Mandiri akhir 2016, Goa Pindul masuk dalam aset yang dikelola.
(Baca juga:Potensi Desa Besar, Pemberdayaan BUMDes Perlu Dukungan)
Direktur BUMDes Maju Mandiri Sariyanta mengatakan BUMDes ini mulai operasional pada Mei 2017 dengan modal awal sebesar Rp500 juta yang berasal dari dana desa. Desa juga meminta BUMDes untuk mengelola aset-aset lain, seperti tanah seluas 5 hektare (ha), pasar, simpan pinjam, dan tempat pengelolaan sampah.
Yanto, sapaan akrabnya, mengungkapkan sekarang pihaknya menambah tiga lini usaha, yakni Bejiharjo Edupark, event organizer (EO), serta internet desa dan pasar digital. “Karena (di) tempat kami banyak orang studi banding, pelatihan. Juga tempat yang digunakan untuk pertemuan dan sebagainya, maka kami buat EO,” ujarnya kepada KORAN SINDO, Jumat (10/2/2023).
Di situs BUMDes Maju Mandiri, Bejiharjo Edupark disebutkan pernah digunakan untuk kegiatan Kemah Jambore Kwarcab Gunungkidul. Pesertanya sebanyak 350 siswa pada medio Juli tahun lalu.
(Baca juga:Potensi Desa Besar, Pemberdayaan BUMDes Perlu Dukungan)
Dia menjelaskan BUMDes juga mengoptimalkan tanah desa yang ada di pinggir jalan dengan membangun toko. Kemudian, toko-toko itu disewakan kepada masyarakat. Totalnya, ada 82 titik yang dikelola BUMDes.
Dalam mengelola aset desa dan menjalankan lini usaha, menurutnya, tidak semua bertujuan untuk menghasilkan keuntungan. Yanto menyatakan ada usaha-usaha yang sifatnya sosial, tetapi memiliki dampak yang besar bagi masyarakat Bejiharjo. Empat lini usaha memang menghasilkan keuntungan yang tinggi, yakni Goa Pindul, Bejiharjo Edupark, persewaan toko, dan simpan pinjam.
Enam tahun belakangan ini, nama Goa Pindul lazim terdengar di telinga masyarakat nusantara. Testimoni mulut ke mulut dari para pelancong yang sudah menikmati wisata air mengarungi goa menggunakan ban dalam mobil atau media yang menurunkan laporan mengenai destinasi wisata dan kesuksesan mengkapitalisasi potensi yang ada di desa. Semakin meningkatkan animo masyarakat untuk mengunjunginya dan pamor Goa Pindul.
Sebelum Pandemi Covid-19 melanda dunia dan Indonesia, pengunjung goa ini bisa mencapai 30.000 orang per bulan atau 360.000 pelancong per tahun. Wisata Goa Pindul ini awalnya dikelola swadaya oleh masyarakat sekitar. Kemudian, Desa Bejiharjo mendirikan BUMDes Maju Mandiri akhir 2016, Goa Pindul masuk dalam aset yang dikelola.
(Baca juga:Potensi Desa Besar, Pemberdayaan BUMDes Perlu Dukungan)
Direktur BUMDes Maju Mandiri Sariyanta mengatakan BUMDes ini mulai operasional pada Mei 2017 dengan modal awal sebesar Rp500 juta yang berasal dari dana desa. Desa juga meminta BUMDes untuk mengelola aset-aset lain, seperti tanah seluas 5 hektare (ha), pasar, simpan pinjam, dan tempat pengelolaan sampah.
Yanto, sapaan akrabnya, mengungkapkan sekarang pihaknya menambah tiga lini usaha, yakni Bejiharjo Edupark, event organizer (EO), serta internet desa dan pasar digital. “Karena (di) tempat kami banyak orang studi banding, pelatihan. Juga tempat yang digunakan untuk pertemuan dan sebagainya, maka kami buat EO,” ujarnya kepada KORAN SINDO, Jumat (10/2/2023).
Di situs BUMDes Maju Mandiri, Bejiharjo Edupark disebutkan pernah digunakan untuk kegiatan Kemah Jambore Kwarcab Gunungkidul. Pesertanya sebanyak 350 siswa pada medio Juli tahun lalu.
(Baca juga:Potensi Desa Besar, Pemberdayaan BUMDes Perlu Dukungan)
Dia menjelaskan BUMDes juga mengoptimalkan tanah desa yang ada di pinggir jalan dengan membangun toko. Kemudian, toko-toko itu disewakan kepada masyarakat. Totalnya, ada 82 titik yang dikelola BUMDes.
Dalam mengelola aset desa dan menjalankan lini usaha, menurutnya, tidak semua bertujuan untuk menghasilkan keuntungan. Yanto menyatakan ada usaha-usaha yang sifatnya sosial, tetapi memiliki dampak yang besar bagi masyarakat Bejiharjo. Empat lini usaha memang menghasilkan keuntungan yang tinggi, yakni Goa Pindul, Bejiharjo Edupark, persewaan toko, dan simpan pinjam.