Terancam Krisis Pangan, BRI Percepat Penyaluran Kredit UMKM Sektor Pangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk . menyiapkan strategi menghadapi ancaman krisis pangan dengan memprioritaskan dan memeprcepat penyaluran kredit khususnya bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di sektor pangan. Hal itu diharapkan mampu mendongkrak kapasitas produksi pangan di dalam negeri.
"BRI mengambil langkah, meski kita tidak tahu krisis ini berakhir kapan, jangan sampai kita kekurangan pangan. Kita dorong lewat jalur pangan," Sunarso dalam diskusi online CORE Economic Forum 2020 bertajuk Langkah Penting Perbankan Dalam Mendorong Bisnis UMKM di Masa Pandemi, di Jakarta, Rabu (15/7/2020).
Sunarso mengatakan ini merupakan komitmennya untuk penyelamatan dan recovery Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dari tekanan dampak pandemi Covid-19. Upaya menyelamatkan UMKM menjadi hal yang penting untuk perekonomian. Sebesar 99,99% bisnis di Indonesia berada di segmen UMKM. "UMKM kita sekarang itu slowdown dan ada yang shutdown karena interaksi masyarakat berkurang. Sehingga aktivitas ekonomi berkurang dan semua menjadi menurun, daya beli menurun, jadi kembali ke konsumsi dasar," ujarnya.
Menurut Sunarso, roda perekonomian harus dikembalikan ke putaran normal, dipicu pada sektor pangan. UMKM itu lebih membutuhkan edukasi dan pendampingan supaya mereka bisa menjadi mitra lembaga keuangan secara setara. "Maka mari kita mengelola UMKM dengan baik dan benar,"jelas Sunarso.
Tidak hanya itu krisis ini juga berdampak mendorong inovasi BRI makin cepat. Perseroan mendorong ekosistem pasar dengan ekosistem digital, ekosistem desa. "Untuk ekosistem pasar misalnya, kami membuat web pasar yang mendukung barang-barang dari desa mengalir ke pasar lalu orang berbelanja secara online, pedagang diajari menggunakan aplikasi, belanja diantar oleh kurir, kurir diajarkan untuk menerima transaksi, mendigitalkan pasar tradisional," paparnya.
Baca Juga: Potensi Krisis Pangan Dunia, Pemerintah Diminta Tambah Anggaran Pangan
Bank BRI juga terus memperluas kehadiran web pasar secara nasional, yang saat ini berjumlah 3.983 web pasar akan ditambah menjadi 5.241 web pasar. Satu orang mantri didedikasikan di tiap-tiap pasar untuk melakukan edukasi kepada anggota ekosistem pasar, salah satunya terkait cashless society.
Sementara itu, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menambahkan pandemi Covid-19 menyebabkan banyak aktivitas ekonomi dan masyarakat yang terganggu. Di sisi lain, aktivitas ekonomi yang mampu menghasilkan pendapatan menjadi terkendala, dan dunia usaha menghadapi ganguan cashflow atau likuiditas.
"Sinergi antar pemangku kepentingan atau pelaku-pelaku utama perekonomian benar-benar perlu dikonsolidasikan. Kondisi krisis kita saat ini bukan semata-mata butuh bantuan modal. Kita butuh satu program konkret, kalau masih mengakui UMKM ini adalah tiang utama ekonomi kita," papar Enny.
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE), Piter A. Redjalam mengatakan menjaga ketahanan dan keberlangsungan dunia usaha sekaligus menjaga stabilitas sektor keuangan menjadi penentu keberhasilan dalam menghindari terjadinya krisis.
"Kebijakan restrukturisasi kredit ini membantu dunia usaha sekaligus membantu sektor keuangan. Cakupan kebijakan pemerintah sudah luas. Perlu adanya sinergi, bahu membahu menjaga dunia usaha dan sektor keuangan, sinergi antar lembaga mutlak diperlukan," ucapnya.
Langkah restrukturisasi kredit menjadi salah satu upaya nyata Bank BRI terhadap penyelamatan UMKM yang terkena dampak pandemi corona. Hal ini sebagai tindak lanjut POJK No.11 Tahun 2020. Sejak 16 Maret hingga 6 Juli 2020, Bank BRI telah merestrukturisasi kredit pelaku usaha yang terdampak wabah corona sebanyak 2,88 juta debitur dengan total kredit yang direstrukturisasi mencapai Rp177,304 triliun.
Pada 24 Juni 2020, Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani telah menempatkan dana sebesar Rp30 triliun pada Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Bank BRI mendapatkan penempatan Rp10 triliun. Sejak 25 Juni hingga 15 Juli 2020, Bank BRI berhasil menyalurkan kredit dalam rangka penempatan dana pemerintah sekitar Rp13,59 triliun dengan jumlah debitur penerima mencapai 295,617 debitur.
"BRI mengambil langkah, meski kita tidak tahu krisis ini berakhir kapan, jangan sampai kita kekurangan pangan. Kita dorong lewat jalur pangan," Sunarso dalam diskusi online CORE Economic Forum 2020 bertajuk Langkah Penting Perbankan Dalam Mendorong Bisnis UMKM di Masa Pandemi, di Jakarta, Rabu (15/7/2020).
Sunarso mengatakan ini merupakan komitmennya untuk penyelamatan dan recovery Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dari tekanan dampak pandemi Covid-19. Upaya menyelamatkan UMKM menjadi hal yang penting untuk perekonomian. Sebesar 99,99% bisnis di Indonesia berada di segmen UMKM. "UMKM kita sekarang itu slowdown dan ada yang shutdown karena interaksi masyarakat berkurang. Sehingga aktivitas ekonomi berkurang dan semua menjadi menurun, daya beli menurun, jadi kembali ke konsumsi dasar," ujarnya.
Menurut Sunarso, roda perekonomian harus dikembalikan ke putaran normal, dipicu pada sektor pangan. UMKM itu lebih membutuhkan edukasi dan pendampingan supaya mereka bisa menjadi mitra lembaga keuangan secara setara. "Maka mari kita mengelola UMKM dengan baik dan benar,"jelas Sunarso.
Tidak hanya itu krisis ini juga berdampak mendorong inovasi BRI makin cepat. Perseroan mendorong ekosistem pasar dengan ekosistem digital, ekosistem desa. "Untuk ekosistem pasar misalnya, kami membuat web pasar yang mendukung barang-barang dari desa mengalir ke pasar lalu orang berbelanja secara online, pedagang diajari menggunakan aplikasi, belanja diantar oleh kurir, kurir diajarkan untuk menerima transaksi, mendigitalkan pasar tradisional," paparnya.
Baca Juga: Potensi Krisis Pangan Dunia, Pemerintah Diminta Tambah Anggaran Pangan
Bank BRI juga terus memperluas kehadiran web pasar secara nasional, yang saat ini berjumlah 3.983 web pasar akan ditambah menjadi 5.241 web pasar. Satu orang mantri didedikasikan di tiap-tiap pasar untuk melakukan edukasi kepada anggota ekosistem pasar, salah satunya terkait cashless society.
Sementara itu, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menambahkan pandemi Covid-19 menyebabkan banyak aktivitas ekonomi dan masyarakat yang terganggu. Di sisi lain, aktivitas ekonomi yang mampu menghasilkan pendapatan menjadi terkendala, dan dunia usaha menghadapi ganguan cashflow atau likuiditas.
"Sinergi antar pemangku kepentingan atau pelaku-pelaku utama perekonomian benar-benar perlu dikonsolidasikan. Kondisi krisis kita saat ini bukan semata-mata butuh bantuan modal. Kita butuh satu program konkret, kalau masih mengakui UMKM ini adalah tiang utama ekonomi kita," papar Enny.
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE), Piter A. Redjalam mengatakan menjaga ketahanan dan keberlangsungan dunia usaha sekaligus menjaga stabilitas sektor keuangan menjadi penentu keberhasilan dalam menghindari terjadinya krisis.
"Kebijakan restrukturisasi kredit ini membantu dunia usaha sekaligus membantu sektor keuangan. Cakupan kebijakan pemerintah sudah luas. Perlu adanya sinergi, bahu membahu menjaga dunia usaha dan sektor keuangan, sinergi antar lembaga mutlak diperlukan," ucapnya.
Langkah restrukturisasi kredit menjadi salah satu upaya nyata Bank BRI terhadap penyelamatan UMKM yang terkena dampak pandemi corona. Hal ini sebagai tindak lanjut POJK No.11 Tahun 2020. Sejak 16 Maret hingga 6 Juli 2020, Bank BRI telah merestrukturisasi kredit pelaku usaha yang terdampak wabah corona sebanyak 2,88 juta debitur dengan total kredit yang direstrukturisasi mencapai Rp177,304 triliun.
Pada 24 Juni 2020, Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani telah menempatkan dana sebesar Rp30 triliun pada Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Bank BRI mendapatkan penempatan Rp10 triliun. Sejak 25 Juni hingga 15 Juli 2020, Bank BRI berhasil menyalurkan kredit dalam rangka penempatan dana pemerintah sekitar Rp13,59 triliun dengan jumlah debitur penerima mencapai 295,617 debitur.
(nng)