Dapat Hibah Rp1 T dari Lembaga Keuangan Global, Kementan Kembangkan Pertanian Dataran Tinggi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) mendapatkan dana hibah dari lembaga keuangan internasional sebesar USD66 juta atau setara dengan Rp1 triliun yang akan digunakan untuk pengembangan pertanian di dataran tinggi (Upland).
Dana hibah tersebut bersumber dari beberapa Lembaga keuangan internasional. Antara lain USD66 juta dari Lives and Livelihood Fund (LLF) Partners di antaranya Abu Dhabi Fund for Development, Bill and Melina Gates Foundation, King Salman Humanitarian Aid and Relief Center, Islamic Solidarity Fund for Development, Qatar Fund for Development, Islamic Development Bank (IsBD). Selain itu, USD50 juta bersumber dari pinjaman International Fund for Agriculture Development (IFAD).
Direktur Jendral Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto mengatakan, melalui bantuan tersebut diharapkan juga bisa mendorong program pemerintah yaitu Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks).
"Jadi ada beberapa Lembaga Keuangan dunia yang tadi datang ke Kementan, untuk membahas progres dari kegiatan yang saat ini sudah berjalan," ujar Prihasto pada acara Courtesy Meeting with The Lives and Livelihoods Fund (LLF) IsDB di kantornya, Senin (27/2/2023).
Adapun dana hibah tersebut digunakan untuk mendukung peningkatan produktivitas pertanian, seperti pembangunan embung, irigasi, hingga memberikan pelatihan untuk para petani atau peternak terutama di dataran tinggi.
"Kegiatan ini dilaksanakan di 14 kabupeten 7 provinsi yang saat ini sudah berjalan yang dilaksanakan antara lain untuk tanaman pangan, holtikultura, ada perkebunan dan peternakan, sebuah konsep pertanian yang sifatnya terintegrasi," urainya.
Prihasto berharap, Upland mampu memperkuat posisi pertanian Indonesia agar tetap kokoh dan bisa bertahan dari berbagai goncangan krisis dunia. Oleh karena itu, dia mengapresiasi projek Upland dalam mengoptimalisasi dataran tinggi Indonesia.
"Saya menyampaikan apresiasi dukungan LLF bersama lembaga mitra lainya melalui projek Upland untuk Optimalisasi dataran tinggi kita. Dan hasil rekomendasi ini akan kami tindaklanjuti," kata Prihasto.
Sekedar informasi, kegiatan Upland merupakan kegiatan yang sumber pembiayaannya berasal dari dana hibah luar negeri dengan pemberi pinjaman yaitu Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD).
Salah satu perwakilan Islamic Development Bank (IsDB), Salah Jalessi mengapresiasi terkait upaya pengembangan sektor pertanian di dataran tinggi.
Kegiatan Upland sendiri memiliki jangka waktu 5 tahun yang dimulai dari tahun 2020 dan berakhir di akhir tahun 2024 dengan fokus pengembangan pada 14 komoditas di 13 Kabupaten.
"Manfaat dari kegiatan ini bagi masyarakat petani dan pedesaan sudah sangat dirasakan dan perlu perpanjangan waktu untuk dapat merealisasikan seluruh rencana program di mana dapat dilihat progress di lapangan dan program sudah berjalan sesuai perencanaan," ungkapnya.
Dana hibah tersebut bersumber dari beberapa Lembaga keuangan internasional. Antara lain USD66 juta dari Lives and Livelihood Fund (LLF) Partners di antaranya Abu Dhabi Fund for Development, Bill and Melina Gates Foundation, King Salman Humanitarian Aid and Relief Center, Islamic Solidarity Fund for Development, Qatar Fund for Development, Islamic Development Bank (IsBD). Selain itu, USD50 juta bersumber dari pinjaman International Fund for Agriculture Development (IFAD).
Direktur Jendral Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto mengatakan, melalui bantuan tersebut diharapkan juga bisa mendorong program pemerintah yaitu Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks).
"Jadi ada beberapa Lembaga Keuangan dunia yang tadi datang ke Kementan, untuk membahas progres dari kegiatan yang saat ini sudah berjalan," ujar Prihasto pada acara Courtesy Meeting with The Lives and Livelihoods Fund (LLF) IsDB di kantornya, Senin (27/2/2023).
Adapun dana hibah tersebut digunakan untuk mendukung peningkatan produktivitas pertanian, seperti pembangunan embung, irigasi, hingga memberikan pelatihan untuk para petani atau peternak terutama di dataran tinggi.
"Kegiatan ini dilaksanakan di 14 kabupeten 7 provinsi yang saat ini sudah berjalan yang dilaksanakan antara lain untuk tanaman pangan, holtikultura, ada perkebunan dan peternakan, sebuah konsep pertanian yang sifatnya terintegrasi," urainya.
Prihasto berharap, Upland mampu memperkuat posisi pertanian Indonesia agar tetap kokoh dan bisa bertahan dari berbagai goncangan krisis dunia. Oleh karena itu, dia mengapresiasi projek Upland dalam mengoptimalisasi dataran tinggi Indonesia.
"Saya menyampaikan apresiasi dukungan LLF bersama lembaga mitra lainya melalui projek Upland untuk Optimalisasi dataran tinggi kita. Dan hasil rekomendasi ini akan kami tindaklanjuti," kata Prihasto.
Sekedar informasi, kegiatan Upland merupakan kegiatan yang sumber pembiayaannya berasal dari dana hibah luar negeri dengan pemberi pinjaman yaitu Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD).
Salah satu perwakilan Islamic Development Bank (IsDB), Salah Jalessi mengapresiasi terkait upaya pengembangan sektor pertanian di dataran tinggi.
Kegiatan Upland sendiri memiliki jangka waktu 5 tahun yang dimulai dari tahun 2020 dan berakhir di akhir tahun 2024 dengan fokus pengembangan pada 14 komoditas di 13 Kabupaten.
"Manfaat dari kegiatan ini bagi masyarakat petani dan pedesaan sudah sangat dirasakan dan perlu perpanjangan waktu untuk dapat merealisasikan seluruh rencana program di mana dapat dilihat progress di lapangan dan program sudah berjalan sesuai perencanaan," ungkapnya.
(ind)