Perusahaan China Isi Celah yang Ditinggalkan Merek Barat di Rusia

Senin, 06 Maret 2023 - 09:40 WIB
loading...
Perusahaan China Isi Celah yang Ditinggalkan Merek Barat di Rusia
Merek China sukses mengisi celah yang ditinggalkan perusahaan Barat akibat sanksi terkait Ukraina. Foto/Sputnik
A A A
JAKARTA - Kerja sama ekonomi Rusia-China berkembang pesat dalam beberapa bulan terakhir. Menurut Duta Besar Rusia untuk Beijing Igor Morgulov, China memiliki prospek bagus untuk ekspansi lebih lanjut di pasar Rusia.

Menurut Morgulov, perusahaan China secara aktif mengisi celah di pasar Rusia yang tersisa setelah ditinggal perusahaan Barat. Ratusan di antaranya terpaksa meninggalkan Rusia karena sanksi Barat terkait Ukraina.



"Kami menyambut baik lonjakan ekspor China ke Rusia, terutama mesin dan jenis barang canggih, yang dengannya teman-teman China kami mengisi ceruk yang ditinggalkan oleh penarikan perusahaan Barat dari pasar Rusia," ujarnya seperti dilansir Russia Today, Senin (6/3/2023).

Produk-produk China tersebut termasuk komputer, ponsel, dan mobil. "Anda bisa melihat semakin banyak mobil China di jalanan Rusia. Jadi, saya melihat prospek bagus untuk pertumbuhan ekspor China ke Rusia," kata Morgulov.

Dia mencatat bahwa produk Rusia juga mendapatkan popularitas di pasar China. "Setelah empat bulan saya tinggal di Beijing, saya dapat mengatakan bahwa produk makanan Rusia sangat diminati oleh orang China. Ini benar-benar menggembirakan," cetusnya.

Diplomat tersebut juga mencatat bahwa Rusia saat ini hanya menyumbang 2% dari impor komoditas pertanian China, yang jelas tidak cukup. Dia yakin Rusia dapat memasok lebih banyak produk pertanian, termasuk tanaman penghasil minyak, biji-bijian, daging, produk perikanan, dan banyak lainnya.

Dia menambahkan bahwa ada harapan untuk lebih memperluas cakupan ekspor Rusia ke China di bidang-bidang seperti industri pulp dan kertas, industri kimia, produksi pupuk dan metalurgi.



Setelah dimulainya operasi militer Rusia di Ukraina, lebih dari 1.000 perusahaan Barat keluar dari pasar Rusia, tertekan oleh sanksi, menurut analis Universitas Yale. Akibatnya, Rusia terpaksa melakukan reorientasi ke mitra non-Barat, terutama China dan India.

Selama beberapa bulan terakhir, China telah bersaing dengan India sebagai pembeli minyak terbesar Rusia, dan telah melampaui UE sebagai importir utama produk pertanian Rusia.

Perputaran perdagangan Rusia-China tumbuh hampir sepertiga pada tahun 2022, mencapai USD185 miliar, menjadikan Rusia pemimpin di antara 20 mitra terbesar China dalam hal pertumbuhan perdagangan.

Pejabat dari kedua negara telah mencatat dengan kepastian yang semakin besar bahwa target omzet USD200 miliar yang ditetapkan oleh Moskow dan Beijing untuk tahun 2024 sekarang dapat dicapai lebih awal dari yang diharapkan.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1255 seconds (0.1#10.140)