Indonesia Harus Manfaatkan Banyak Peluang lewat IA-CEPA
loading...
A
A
A
JAKARTA - Australia selalu menjadi mitra dagang penting Indonesia. Hubungan kedua negara telah diperkuat dengan pelaksanaan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership ( IA-CEPA ) yang diyakini akan membawa banyak peluang perdagangan bagi Indonesia dan Australia, sekaligus membawa kemakmuran bagi kedua negara.
“Australia menawarkan keunggulan dalam hal teknologi dan keahlian industri, serta sebagai pasar barang industri. Dengan menjalin kemitraan dengan bisnis Australia, diharapkan Indonesia dapat mengakses teknologi dan sumberdaya terkini yang akan meningkatkan daya saing di pasar internasional,” kata Agus Gumiwang Kartasasmita , Menteri Perindustrian, secara virtual dalam pertemuan Round Table Discussion: Indonesia & Australia Trade and Investement Initiative yang diselenggarakan oleh BDO Indonesia dikutip, Kamis (9/3/2023).
Agus menyebutkan, Indonesia memiliki banyak peluang yang dapat dimanfaatkan dari kegiatan perdagangan internasional yang semakin terintegrasi. Melalui IA-CEPA, ia yakin dapat mendorong kinerja ekspor dan meningkatkan posisi Indonesia dalam Global Value Chain (GVC), serta meningkatkan daya saing dan meningkatkan arus masuk FDI.
Apalagi, investasi Australia di Indonesia mencapai USD2,35 miliar, dan pada periode Q1-Q3 tahun 2022, investasi Australia di Indonesia mencapai USD344 juta, dibandingkan tahun 2021 yang mencapai USD 195 juta. “Melalui kerja sama antara Indonesia dan Australia ini, kami berharap kedua negara saling menguntungkan dan bersama-sama mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” terang Agus.
Pandangan senada juga diyakini Athanasius Tanubrata, CEO BDO Indonesia, yang melihat Australia sebagai negara yang sangat penting dalam perdagangan luar negeri Indonesia. Namun, masih banyak aspek potensial yang dapat dimaksimalkan.
Untuk itu, BDO Indonesia dan Australia menghadirkan ruang untuk berdiskusi dan sharing antarpakar dan praktisi perdagangan dari kedua negara. “Event ini adalah wadah untuk mengidentifikasi kesenjangan hubungan antar pihak-pihak yang terlibat, meningkatkan kolaborasi, dan membuka peluang baru bagi bisnis di kedua negara. BDO siap membantu pengusaha dalam mewujudkan perdagangan internasional,” ujar Athanasius.
Dalam sesi diskusi panelis Iwi Sumbada, Presiden PT Sekar Laut TBK, menjelaskan produk-produk makanan dari Indonesia memiliki pasar yang luas di dunia. Namun, selain memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi selera konsumen negara yang dituju, produsen juga harus memiliki standar tinggi.
“Produsen harus bisa memenuhi standar internasional yang sudah ditetapkan, contohnya British Retail Consortium Global Standards yang berlaku di negara-negara commonwealth seperti Australia. Dengan mempelajari standar tersebut, produsen dalam negeri dapat mengetahui cara berpartisipasi di pasar global,” papar Iwi.
Selain dukungan dari pemerintah, peran serta perusahaan swasta dan jaringan pengusaha juga sangat diperlukan untuk meningkatkan ekspor produk dari dalam ke luar negeri. Hal ini disebutkan oleh Shinta Melodi, Ketua Bidang Internasional, Investasi, dan Infokom BPD HIPMI Jaya. Menurutnya, industri lokal masih belum memiliki akses teknologi terbaru untuk memenuhi standar industri luar.
Shinta mengambil contoh industri mebel lokal yang sulit untuk menembus pasar internasional karena keterbatasan teknologi produksi dan biaya logistik yang tinggi. Beberapa negara seperti Australia sudah menerapkan standar teknologi tertentu untuk mebel yang boleh dipasarkan di negaranya.
“Hal ini tentu menjadi kendala bagi produsen usaha kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia. Di sini HIPMI hadir sebagai penghubung UMKM lokal dengan perusahaan yang bisa membantu memenuhi standar tersebut, baik di dalam negeri maupun di luar negeri,” ujar Shinta.
Hal senada juga ditegaskan oleh George Iwan Marantika, Presiden Indonesia-Australia Business Council (IABC). Indonesia dan Australia, menurutnya, masih memiliki banyak potensi dalam pengembangan industri dan perdagangan antar negara. “Di antara ke dua negara, semangat dan kerangka berpikir untuk perdagangannya sudah ada. Tinggal bagaimana sektor swasta mengkapitalisasi hal tersebut, itu yang ingin kami wujudkan,” tutupnya.
“Australia menawarkan keunggulan dalam hal teknologi dan keahlian industri, serta sebagai pasar barang industri. Dengan menjalin kemitraan dengan bisnis Australia, diharapkan Indonesia dapat mengakses teknologi dan sumberdaya terkini yang akan meningkatkan daya saing di pasar internasional,” kata Agus Gumiwang Kartasasmita , Menteri Perindustrian, secara virtual dalam pertemuan Round Table Discussion: Indonesia & Australia Trade and Investement Initiative yang diselenggarakan oleh BDO Indonesia dikutip, Kamis (9/3/2023).
Agus menyebutkan, Indonesia memiliki banyak peluang yang dapat dimanfaatkan dari kegiatan perdagangan internasional yang semakin terintegrasi. Melalui IA-CEPA, ia yakin dapat mendorong kinerja ekspor dan meningkatkan posisi Indonesia dalam Global Value Chain (GVC), serta meningkatkan daya saing dan meningkatkan arus masuk FDI.
Apalagi, investasi Australia di Indonesia mencapai USD2,35 miliar, dan pada periode Q1-Q3 tahun 2022, investasi Australia di Indonesia mencapai USD344 juta, dibandingkan tahun 2021 yang mencapai USD 195 juta. “Melalui kerja sama antara Indonesia dan Australia ini, kami berharap kedua negara saling menguntungkan dan bersama-sama mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” terang Agus.
Pandangan senada juga diyakini Athanasius Tanubrata, CEO BDO Indonesia, yang melihat Australia sebagai negara yang sangat penting dalam perdagangan luar negeri Indonesia. Namun, masih banyak aspek potensial yang dapat dimaksimalkan.
Untuk itu, BDO Indonesia dan Australia menghadirkan ruang untuk berdiskusi dan sharing antarpakar dan praktisi perdagangan dari kedua negara. “Event ini adalah wadah untuk mengidentifikasi kesenjangan hubungan antar pihak-pihak yang terlibat, meningkatkan kolaborasi, dan membuka peluang baru bagi bisnis di kedua negara. BDO siap membantu pengusaha dalam mewujudkan perdagangan internasional,” ujar Athanasius.
Dalam sesi diskusi panelis Iwi Sumbada, Presiden PT Sekar Laut TBK, menjelaskan produk-produk makanan dari Indonesia memiliki pasar yang luas di dunia. Namun, selain memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi selera konsumen negara yang dituju, produsen juga harus memiliki standar tinggi.
“Produsen harus bisa memenuhi standar internasional yang sudah ditetapkan, contohnya British Retail Consortium Global Standards yang berlaku di negara-negara commonwealth seperti Australia. Dengan mempelajari standar tersebut, produsen dalam negeri dapat mengetahui cara berpartisipasi di pasar global,” papar Iwi.
Selain dukungan dari pemerintah, peran serta perusahaan swasta dan jaringan pengusaha juga sangat diperlukan untuk meningkatkan ekspor produk dari dalam ke luar negeri. Hal ini disebutkan oleh Shinta Melodi, Ketua Bidang Internasional, Investasi, dan Infokom BPD HIPMI Jaya. Menurutnya, industri lokal masih belum memiliki akses teknologi terbaru untuk memenuhi standar industri luar.
Shinta mengambil contoh industri mebel lokal yang sulit untuk menembus pasar internasional karena keterbatasan teknologi produksi dan biaya logistik yang tinggi. Beberapa negara seperti Australia sudah menerapkan standar teknologi tertentu untuk mebel yang boleh dipasarkan di negaranya.
“Hal ini tentu menjadi kendala bagi produsen usaha kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia. Di sini HIPMI hadir sebagai penghubung UMKM lokal dengan perusahaan yang bisa membantu memenuhi standar tersebut, baik di dalam negeri maupun di luar negeri,” ujar Shinta.
Hal senada juga ditegaskan oleh George Iwan Marantika, Presiden Indonesia-Australia Business Council (IABC). Indonesia dan Australia, menurutnya, masih memiliki banyak potensi dalam pengembangan industri dan perdagangan antar negara. “Di antara ke dua negara, semangat dan kerangka berpikir untuk perdagangannya sudah ada. Tinggal bagaimana sektor swasta mengkapitalisasi hal tersebut, itu yang ingin kami wujudkan,” tutupnya.
(uka)