Turun 13,65%, Nilai Impor Indonesia pada Februari 2023 Rp238 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik ( BPS ) mencatat nilai impor Indonesia Februari 2023 mencapai USD15,92 miliar atau sekitar Rp238,8 triliun (kurs Rp15.000). Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah melaporkan, angka tersebut turun 13,68% dibandingkan Januari 2023 atau atau turun 4,32% dibandingkan Februari 2022.
Sementara, impor minyak dan gas (migas) pada Februari 2023 tercatat USD2,41 miliar atau turun 17,19% dibandingkan Januari 2023 dan turun 17,08% jika dibandingkan Febuari 2022. Penurunan impor migas dikarenakan turunnya impor minyak mentah sebesar 45,39%, dan hasil minyak sebesar 8,20%.
"Dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan impor bulan Februari memiliki pola yang sama, yaitu tren menurun secara m-to-m," ujar Habibullah dalam rilis resmi BPS di Jakarta, Rabu (15/3/2023).
Di samping itu, pertumbuhan impor Februari 2023 secara YoY mengalami kontrakai setelah sempat menguat pada Januari 2023. Lebih lanjut Habibullah melaporkan, untuk impor nonmigas Februari 2023 tercatat USD13,51 miliar atau turun sebesar 13,03% dibandingkan Januari 2023 atau turun 1,63% dibandingkan Februari 2022.
Ia menerangkan, penurunan impor nonmigas Februari 2023 didorong oleh beberapa komoditas. Seperti mesin atau perlengkapan elektrik dan bagiannya sebesar USD355,4 juta atau turun 15,22%. Kemudian mesin peralatan mekanis dan bagiannya turun 7,27%.
Dilihat dari negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Februari 2023 diterangkan Habibullah didominasi oleh tiga negara, yaitu China USD9,36 miliar (32,22%), Jepang USD2,77 miliar (9,53%), dan Thailand USD1,79 miliar (6,17%). Impor nonmigas dari ASEAN USD4,99 miliar (17,17%) dan Uni Eropa USD2,01 miliar (6,91%).
"Sementara, menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari–Februari 2023 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada golongan barang modal USD317,3 juta (5,87%) dan barang konsumsi USD178,6 juta (6,42%), namun bahan baku/penolong turun USD983,5 juta (3,69%)," pungkasnya.
Sementara, impor minyak dan gas (migas) pada Februari 2023 tercatat USD2,41 miliar atau turun 17,19% dibandingkan Januari 2023 dan turun 17,08% jika dibandingkan Febuari 2022. Penurunan impor migas dikarenakan turunnya impor minyak mentah sebesar 45,39%, dan hasil minyak sebesar 8,20%.
"Dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan impor bulan Februari memiliki pola yang sama, yaitu tren menurun secara m-to-m," ujar Habibullah dalam rilis resmi BPS di Jakarta, Rabu (15/3/2023).
Di samping itu, pertumbuhan impor Februari 2023 secara YoY mengalami kontrakai setelah sempat menguat pada Januari 2023. Lebih lanjut Habibullah melaporkan, untuk impor nonmigas Februari 2023 tercatat USD13,51 miliar atau turun sebesar 13,03% dibandingkan Januari 2023 atau turun 1,63% dibandingkan Februari 2022.
Ia menerangkan, penurunan impor nonmigas Februari 2023 didorong oleh beberapa komoditas. Seperti mesin atau perlengkapan elektrik dan bagiannya sebesar USD355,4 juta atau turun 15,22%. Kemudian mesin peralatan mekanis dan bagiannya turun 7,27%.
Dilihat dari negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Februari 2023 diterangkan Habibullah didominasi oleh tiga negara, yaitu China USD9,36 miliar (32,22%), Jepang USD2,77 miliar (9,53%), dan Thailand USD1,79 miliar (6,17%). Impor nonmigas dari ASEAN USD4,99 miliar (17,17%) dan Uni Eropa USD2,01 miliar (6,91%).
"Sementara, menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari–Februari 2023 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada golongan barang modal USD317,3 juta (5,87%) dan barang konsumsi USD178,6 juta (6,42%), namun bahan baku/penolong turun USD983,5 juta (3,69%)," pungkasnya.
(uka)