Surplus Dagang RI 2022 Capai USD54,46 Miliar, Awas Penurunan Ekspor Pasar Tradisional

Kamis, 16 Maret 2023 - 11:49 WIB
loading...
Surplus Dagang RI 2022...
Neraca perdagangan Indonesia 2022 mencatatkan surplus tertinggi dalam sejarah yakni USD54,46 miliar. Namun legislator mengingatkan, untuk tetap mewaspadai penurunan kinerja ekspor dari pasar-pasar tradisional. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2022 mencatatkan surplus tertinggi dalam sejarah yakni sebesar USD54,46 miliar. Namun Anggota Komisi VI DPR, Harris Turino mengingatkan, untuk tetap mewaspadai penurunan kinerja ekspor dari pasar-pasar tradisional seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, Jepang dan China yang diprediksi banyak pihak.

“Maka Pemerintah harus mulai mempersiapkan diri dengan membuka pasar-pasar non tradisional seperti Afrika Barat, Afrika Utara dan Timur Tengah (Middle East and North Africa – MENA), Amerika Latin dan Mexico. Di pasar non tradisional ini peranan Pemerintah akan lebih dominan,” ucapnya dalam rapat kerja (raker) Mendag bersama Komisi VI DPR RI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (15/3/2023).



Meski begituHarris Turino mengapresiasi kinerja Menteri Perdagangan atau Mendag RI Zulkifli Hasan.“Apresiasi atas kinerja Menteri Perdagangan bahwa Surplus Perdagangan tahun 2022 mencapai USD54,46 miliar dan ini terbesar sepanjang sejarah perjalanan Republik Indonesia,” ujar dia.



Ia juga memberikan respons positif atas keberhasilan Mendag Zulhas yang membuat total ekspor RI tahun 2022 mencapai USD291,98 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 26,07% dibandingkan tahun 2021.

“Kinerja perdagangan luar negeri di tahun 2023 juga mengalami surplus sebesar total USD9,36 miliar di mana Januari 2023 surplus USD3,88 miliar dan Februari 2023 surplus sebesar USD5,48 miliar,” sambungnya.

Ia juga menyambut baik langkah dicabutnya larangan bagi Bulog untuk membeli gabah dari petani di harga patokan yang ditentukan. Menurutnya, dengan dicabutnya larangan tersebut Kini Bulog boleh membeli gabah petani pada harga yang lebih tinggi.

“Di satu sisi ini akan meningkatkan kesejahteraan petani padi dan di sisi yang lain bisa mengurangi impor beras. Kesejahteraan petani diharapkan meningkat dan pemerintah tetap bisa mengendalikan inflasi beras dengan Bulog menjual berasnya pada harga subsidi,” tegas dia.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2066 seconds (0.1#10.140)