Mata Uang Asia Dekati Koreksi Kuartalan Terburuk Sejak 1997

Rabu, 30 September 2015 - 12:48 WIB
Mata Uang Asia Dekati Koreksi Kuartalan Terburuk Sejak 1997
Mata Uang Asia Dekati Koreksi Kuartalan Terburuk Sejak 1997
A A A
SINGAPURA - Mata uang Asia mendekati koreksi kuartalan terburuk sejak krisis keuangan Asia pada 1997 akibat devaluasi yuan yang mengejutkan dan prospek kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS).

Indeks dolar Asia Bloomberg-JPMorgan turun 4,4% di tengah mata uang ringgit yang mengalami kinerja terburuk sejak 1997. Malaysia memimpin kejatuhan, dengan koreksi mencapai 15% karena anjloknya harga minyak dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak yang terjebak dalam kasus korupsi.

Sentimen yang mempengaruhi yakni, yuan jatuh paling parah dalam 1,5 tahun karena melambatnya ekonomi China. Sementara Gubernur Federal Reserve (The Fed) Janet Yellen menegaskan akan menaikkan suku bunga tahun ini.

"Sulit untuk melihat bagaimana setiap mata uang Asia akan berlanjut, menguat signifikan pada kuartal keempat, dengan koreksi terhadap USD," kata ahli strategi mata uang senior di Westpac Banking Corp Sean Callow, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (30/9/2015).

Dia berharap, volatilitas tetap tinggi karena pembuat kebijakan di Asia sedang berjuang dari perlambatan pertumbuhan ekonomi di tengah prospek kebijakan The Fed.

Perlambatan ekonomi China menyakiti pasar ekspor, memperkuat upaya pelonggaran moneter dan meningkatkan resiko perang mata uang di dunia. Dolar Taiwan merosot ke posisi terendah enam tahun setelah bank sentral negara itu menurunkan suku bunga pada pekan lalu untuk kali pertama sejak 2009.

Sementara Bank Rakyat China (PBOC) menurunkan biaya pinjaman pada Agustus untuk kali kelima dalam satu tahun, sedangkan India mengumumkan pemangkasan suku bunga kali keempat pada tahun ini, kemarin.

Data yang dikumpulkan Bloomberg menunjukkan, rupiah Indonesia melemah 9,2% terhadap USD dan baht Thailand turun 7,1% pada kuartal ini, kinerja terburuk sejak 1999. Dolar Taiwan terdepresi 6,8%, penurunan terbesar sejak 1997 dan won Korea Selatan melemah 6,7%. Sedangkan yuan tergerus 2,6%, terbesar sejak tiga bulan yang berakhir Maret 2014.

Dolar Singapura melemah 5,5% pada kuartal ini, peso Filipina jatuh 3,9% dan rupee India turun 3,5%. Dong Vietnam mundur 3%, kinerja terburuk sejak 2011 karena otoritas setempat mendevaluasi mata uangnya untuk kali ketiga tahun ini setelah melemahnya yuan.

Diperkirakan dana asing sebesar USD141,66 miliar kabur dari China sepanjang Agustus setelah devaluasi yuan mengejutkan pasar global. Dana asing yang keluar tersebut melebihi rekor bulan sebelumnya sebesar USD124,62 miliar. (Baca: Dana Asing Keluar dari China Cetak Rekor)

Sementara dana asing yang keluar dari pasar saham India, Indonesia, Filipina, Korea Selatan, Taiwan dan Thailand pada kuartal ini mencapai USD17,7 miliar.

Bank Pembangunan Asia (ADB) pada bulan ini menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi negara berkembang pada 2015 menjadi 5,8% dari 6,3%.

Ekspor Taiwan turun pada Agustus untuk tujuh bulan beruntun, sedangkan ekspor Korea Selatan dan Thailand menyusut delapan bulan terakhir. begitu juga ekspor Indonesia yang mengalami kontraksi untuk 11 bulan berturut-turut.

Adapun, pertumbuhan ekonomi China mengalami laju paling lambat sejak 1990, tercermin dari angka manufaktur yang merosot ke level terendah dalam lebih dari enam tahun pada bulan ini. (Baca: Indeks Manufaktur China Jatuh ke Level Terendah 6,5 Tahun)

Baca:

Ini Kekhawatiran Baru dari China bagi Wall Street

ADB Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6866 seconds (0.1#10.140)