5 Kasus Bank Bangkrut Terbesar Sepanjang Sejarah, Nomor Terakhir Baru Berusia 3 Tahun

Sabtu, 25 Maret 2023 - 13:00 WIB
loading...
5 Kasus Bank Bangkrut Terbesar Sepanjang Sejarah, Nomor Terakhir Baru Berusia 3 Tahun
Kasus bank bangkrut terbesar sepanjang sejarah banyak terjadi di Amerika Serikat, Foto/Ilustrasi/Cointelegraph
A A A
JAKARTA - Kasus bank bangkrut terbesar sepanjang sejarah banyak terjadi di Amerika Serikat . Di Negeri Paman Sam memang banyak bank besar beroperasi lantaran industri jasa keuangan dan asuransi di AS juga terbilang besar, nilainya mencapai USD6 triliun (Industry Statistics USA).



Salah satu bank terbesar yang belum lama ini bangkrut di Amerika adalah Silicon Valley Bank. Bank ini bangkrut karena terdampak kebijakan suku bunga The Fed.

Dalam sejarah Amerika, bangkrutnya sebuah bank bukan persoalan baru. Sejak 1873 Amerika sudah mengalami kebangkrutan bank, yaitu Jay Cooke & Company.

Pada rentang periode 1980 hingga 1994 per tiga hari sekali sebuah bank di Amerika bangkrut. Laju kebangkrutan bank di AS memuncak pada 2008, ketika negara itu ditimpa sub prime mortgage. Sejak 2008 hingga 20212, Federal Deposit Insurance Corporation telah menutup sebanyak 465 bank gagal.

Kebangkrutan Silicon Valley Bank menambah panjang bank-bank besar yang bangkrut di Amerika dan dunia. Berikut lima bank terbesar yang mengalami kebangkrutan.

1. Washington Mutual Bank


Bank beraset USD307 miliar ini dinyatakan gagal, alias bangkrut, pada 25 September 2008. Bank ini bangkrut akibat krisis perumahan (subprime mortgage) yang menghajar Amerika. Washington Mutual Bank mengalami bank run atau rush karena nasabah menarik dana mereka hampir USD17 miliar dalam waktu kurang dari 10 hari.

Washington Mutual tidak menerima dana talangan pemerintah dan malah disita dan dijual ke JP Morgan seharga USD1,9 miliar. Alhasil FDIC (LPS AS) tidak perlu membayar apa pun dari dana cadangannya terkait penutupan bank.

2. Silicon Valley Bank

Bank yang didirikan pada Oktober 1983 ini tiba-tiba menjadi sorotan dunia. Bank beraset USD209 miliar ini dinyatakan gagal pada 10 Maret 2023.

Kejatuhan bank yang fokus menggarap stratup ini dipicu oleh kebijakan suku bunga The Fed dalam melawan inflasi. Bank ini kekeringan likuiditas setelah mengalami bank run. Mengingat besarnya kegagalan dan pasar bergolak setelah penutupan, Presiden Joe Biden pun mengambil kesempatan untuk meyakinkan para deposan bahwa dana mereka aman.

3. Signature Bank

Dua hari usai Silicon Valley Bank dinyatakan bangkrut, Signature Bank pun mengalami nasib serupa. Bank beraset USD110 miliar ini dinyatakan bangkrut pada 12 Maret 2023. Signature Bank ditutup oleh Departemen Layanan Keuangan Negara Bagian New York setelah beroperasi sejak 2001.

Hampir seperempat simpanan Signature Bank berasal dari sektor mata uang kripto. Ambruknya bursa kripto milik Sam Bankman-Fried, FTX, telah menguras simpanan miliaran dolar di bank tersebut. Kondisi itu kian diperburuk setelah Silicon Valley Bank juga ambruk. Alhasil, banyak nasabah yang kemudian menarik dananya besar-besaran.

4. Continental Illinois National Bank and Trust

Bangkrut pada 1984 pernah menjadikan Continental Illinois National Bank and Trust sebagai bank terbesar di Amerika yang gagal. Saat itu, aset bank yang berdiri sejak 1910 ini mencapai USD40 miliar.

Pernah menjadi bank komersial terbesar ketujuh di Amerika Serikat, bank tersebut ditutup setelah deposan besar, mengetahui masalah terkait raksasa keuangan--memimpin pengambilan dana di bank dengan menarik USD10 miliar di awal bulan Mei tahun itu.

5. First Republic Bank

Ini adalah bank terakhir dari lima bank terbesar yang bangkrut. First Republic Bank dinyatakan bangkrut pada 29 Juli 1988 atau baru berusia 3 tahun. Saat itu asetnya berkisar USD32,5 miliar.

First Republic Bank pernah menyandang predikat bank terbesar di barat daya dan memegang 20% dari semua pinjaman yang diberikan oleh bank komersial di Texas. Bank ini telah berjuang untuk mengelola pinjamannya dengan tepat dan tetap mengikuti perkembangan baru.



Namun bank ini gagal memperbarui penilaiannya terhadap nilai real estate yang turun 10 hingga 15 persen per tahun. Selain itu, manajemen bank juga menggunakan ekspektasi sewa yang terlalu optimistis, tingkat kekosongan yang rendah, dan tingkat diskonto yang rendah untuk memperkirakan proyeksi arus kas palsu.

(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1773 seconds (0.1#10.140)