Bangun Ekosistem Kendaraan Listrik, Kadin Dorong Kolaborasi RI-Filipina
loading...
A
A
A
JAKARTA - ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) membuka kerja sama antara Indonesia dengan Filipina untuk bersama-sama membangun ekosistem kendaraan listrik . Sebagaimana diketahui, kedua negara memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dengan cadangan bijih mencapai 33-40% dari seluruh dunia.
Potensi ini terungkap dalam dalam roadshow ASEAN-BAC ke Filipina untuk membangun dialog bisnis untuk membangun potensi kemitraan. Roadshow yang dipimpin Arsjad Rasjid, sekaligus Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menekankan pentingnya menciptakan nilai tambah untuk nikel dan tambang mineral lain dann mendukung agenda regenerasi hutan yang sejalan dengan program warisan ASEAN-BAC serta meningkatkan kerja sama terkait konektivitas pembayaran melalui program ASEAN QR Code.
"Keketuaan ASEAN-BAC berupaya untuk menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan dan ekonomi global, terutama pada sektor-sektor baru seperti pembangunan hijau dan transformasi digital. Salah satu penerima manfaat utama dari agenda ini adalah UMKM dan Filipina memainkan peran penting sebagai salah satu mitra ASEAN dan juga Indonesia," jelas Arsjad dalam siaran pers, Rabu (29/3/2023).
Indonesia dan Filipina memegang posisi kuat untuk cadangan bijih nikel global. Dengan kerja sama yang lebih erat, kedua negara berpotensi meningkatkan produksi nikel dunia hingga mencapai 50%. Selain itu, potensi cadangan mineral lain untuk kendaraan listrik juga menjadi sorotan, sehingga ASEAN bisa menjadi pusat rantai pasok kendaraan listrik.
"Ini memberikan dasar yang kuat untuk bekerja sama dan menjadi pemimpin dalam ekosistem industri kendaraan listrik dan baterai, baik di ASEAN maupun di dunia," ujar Arsjad.
Dalam pertemuan tersebut, Indonesia juga menekankan pentingnya hilirisasi untuk keberhasilan pengembangan industri kendaraan listrik dan baterai. Indonesia pun mencatat prestasi luar biasa pada sektor pertambangan, khususnya ekspor nikel dalam bentuk besi dan baja, nikel matte, dan mixed hydrate precipitate, dengan nilai ekspor sebesar USD20 juta.
Pencapaian besar lainnya yaitu, hilirisasi nikel Indonesia yang berhasil meningkatkan nilai tambah komoditas dari USD1,1 miliar menjadi USD20,8 miliar pada 2021.
Untuk itu, dia menilai Indonesia mendorong Filipina untuk bisa ikut andil berpartisipasi dalam kesuksesan hilirisasi industri kendaraan listrik dan baterai di kawasan ASEAN.
"Kesuksesan Indonesia di industri kendaraan listrik dan baterai dapat dikaitkan dengan adanya peran penting hilirisasi yang memungkinkan pengembangan ekosistem yang kuat di sektor tersebut. Dengan berbagi pengalaman kami bersama Filipina, kami berharap dapat memperkuat kemitraan antara negara kita dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di kawasan ini," jelas Arsjad.
Kolaborasi Capai Net Zero
Roadshow ini juga menyoroti peluang besar untuk program regenerasi hutan, mengingat Indonesia dan Filipina memiliki sumber daya hutan yang signifikan, masing-masing sekitar 91,2 juta dan 23,3 juta hektar.
Kedua negara akan mendapat manfaat dari meningkatnya permintaan kredit karbon, melihat nilai pasar karbon diperkirakan yang akan mencapai USD50 miliar pada 2030. Pada dasarnya, kawasan ASEAN memiliki posisi yang baik untuk memanfaatkan peluang ini.
"Dengan pembentukan program warisan ASEAN-BAC Net Zero dan Carbon Center of Excellence, yang bertujuan untuk menciptakan ekosistem untuk pengembangan pasar net zero dan karbon, Indonesia dan Filipina dapat lebih memanfaatkan sumber daya hutan mereka secara signifikan dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi kawasan," kata Wakil Ketua ASEAN-BAC Bernardino Vega.
Selama roadshow delegasi ASEAN-BAC telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan utama termasuk Louise Araneta-Marcos selaku Ibu Negara Filipina, Frederick Go selaku Penasehat Presiden Bidang Investasi dan Ekonomi, Sekretaris Antonia Loyzaga. Kemudian Departemen Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (DENR), Sekretaris Ivan John Uy, Departemen Teknologi Informasi dan Komunikasi (DICT), Renren Reyes, Presiden dan CEO GXI, CMO G Cash, Cezar P. Consing, Presiden dan CEO Ayala Corporation dan pemangku kepentingan lainnya.
Delegasi dari ASEAN-BAC yang ikut dalam roadshow ini antara lain, Ketua ASEAN-BAC, Arsjad Rasjid, Bernardino Vega, Ketua Alternatif ASEAN-BAC, Maspiyono, Anggota Dewan ASEAN-BAC, Gil Gonzales, Direktur Eksekutif Sekretariat ASEAN-BAC, dan Pandu Sjahrir, Ketua Program Warisan ASEAN-BAC untuk ASEAN QR Code.
Kemitraan ekonomi yang kuat antara Indonesia dan Filipina dapat terlihat dari kolaborasi kedua negara. Angka investasi Filipina di Indonesia mencapai USD14 juta pada 2022. Indonesia pun memiliki peran penting sebagai eksportir dari beberapa komoditas seperti bahan bakar, infrastruktur, ore slag dan ash ke Filipina dengan nilai mencapai USD5,92 miliar pada 2021.
Potensi ini terungkap dalam dalam roadshow ASEAN-BAC ke Filipina untuk membangun dialog bisnis untuk membangun potensi kemitraan. Roadshow yang dipimpin Arsjad Rasjid, sekaligus Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menekankan pentingnya menciptakan nilai tambah untuk nikel dan tambang mineral lain dann mendukung agenda regenerasi hutan yang sejalan dengan program warisan ASEAN-BAC serta meningkatkan kerja sama terkait konektivitas pembayaran melalui program ASEAN QR Code.
"Keketuaan ASEAN-BAC berupaya untuk menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan dan ekonomi global, terutama pada sektor-sektor baru seperti pembangunan hijau dan transformasi digital. Salah satu penerima manfaat utama dari agenda ini adalah UMKM dan Filipina memainkan peran penting sebagai salah satu mitra ASEAN dan juga Indonesia," jelas Arsjad dalam siaran pers, Rabu (29/3/2023).
Indonesia dan Filipina memegang posisi kuat untuk cadangan bijih nikel global. Dengan kerja sama yang lebih erat, kedua negara berpotensi meningkatkan produksi nikel dunia hingga mencapai 50%. Selain itu, potensi cadangan mineral lain untuk kendaraan listrik juga menjadi sorotan, sehingga ASEAN bisa menjadi pusat rantai pasok kendaraan listrik.
"Ini memberikan dasar yang kuat untuk bekerja sama dan menjadi pemimpin dalam ekosistem industri kendaraan listrik dan baterai, baik di ASEAN maupun di dunia," ujar Arsjad.
Dalam pertemuan tersebut, Indonesia juga menekankan pentingnya hilirisasi untuk keberhasilan pengembangan industri kendaraan listrik dan baterai. Indonesia pun mencatat prestasi luar biasa pada sektor pertambangan, khususnya ekspor nikel dalam bentuk besi dan baja, nikel matte, dan mixed hydrate precipitate, dengan nilai ekspor sebesar USD20 juta.
Pencapaian besar lainnya yaitu, hilirisasi nikel Indonesia yang berhasil meningkatkan nilai tambah komoditas dari USD1,1 miliar menjadi USD20,8 miliar pada 2021.
Untuk itu, dia menilai Indonesia mendorong Filipina untuk bisa ikut andil berpartisipasi dalam kesuksesan hilirisasi industri kendaraan listrik dan baterai di kawasan ASEAN.
"Kesuksesan Indonesia di industri kendaraan listrik dan baterai dapat dikaitkan dengan adanya peran penting hilirisasi yang memungkinkan pengembangan ekosistem yang kuat di sektor tersebut. Dengan berbagi pengalaman kami bersama Filipina, kami berharap dapat memperkuat kemitraan antara negara kita dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di kawasan ini," jelas Arsjad.
Kolaborasi Capai Net Zero
Roadshow ini juga menyoroti peluang besar untuk program regenerasi hutan, mengingat Indonesia dan Filipina memiliki sumber daya hutan yang signifikan, masing-masing sekitar 91,2 juta dan 23,3 juta hektar.
Kedua negara akan mendapat manfaat dari meningkatnya permintaan kredit karbon, melihat nilai pasar karbon diperkirakan yang akan mencapai USD50 miliar pada 2030. Pada dasarnya, kawasan ASEAN memiliki posisi yang baik untuk memanfaatkan peluang ini.
"Dengan pembentukan program warisan ASEAN-BAC Net Zero dan Carbon Center of Excellence, yang bertujuan untuk menciptakan ekosistem untuk pengembangan pasar net zero dan karbon, Indonesia dan Filipina dapat lebih memanfaatkan sumber daya hutan mereka secara signifikan dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi kawasan," kata Wakil Ketua ASEAN-BAC Bernardino Vega.
Selama roadshow delegasi ASEAN-BAC telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan utama termasuk Louise Araneta-Marcos selaku Ibu Negara Filipina, Frederick Go selaku Penasehat Presiden Bidang Investasi dan Ekonomi, Sekretaris Antonia Loyzaga. Kemudian Departemen Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (DENR), Sekretaris Ivan John Uy, Departemen Teknologi Informasi dan Komunikasi (DICT), Renren Reyes, Presiden dan CEO GXI, CMO G Cash, Cezar P. Consing, Presiden dan CEO Ayala Corporation dan pemangku kepentingan lainnya.
Delegasi dari ASEAN-BAC yang ikut dalam roadshow ini antara lain, Ketua ASEAN-BAC, Arsjad Rasjid, Bernardino Vega, Ketua Alternatif ASEAN-BAC, Maspiyono, Anggota Dewan ASEAN-BAC, Gil Gonzales, Direktur Eksekutif Sekretariat ASEAN-BAC, dan Pandu Sjahrir, Ketua Program Warisan ASEAN-BAC untuk ASEAN QR Code.
Kemitraan ekonomi yang kuat antara Indonesia dan Filipina dapat terlihat dari kolaborasi kedua negara. Angka investasi Filipina di Indonesia mencapai USD14 juta pada 2022. Indonesia pun memiliki peran penting sebagai eksportir dari beberapa komoditas seperti bahan bakar, infrastruktur, ore slag dan ash ke Filipina dengan nilai mencapai USD5,92 miliar pada 2021.
(nng)