PGN Uji Coba Motor Berbahan Bakar CNG, Seliter Bisa Tempuh Jarak 38,7 Km
loading...
A
A
A
JAKARTA - Subholding Gas Pertamina, PT PGN Tbk bersama anak usahanya, PT Gagas Energi Indonesia menguji coba penggunaan compressed natural gas (CNG) sebagai bahan bakar gas (BBG) untuk sepeda motor. Dari hasil uji coba tersebut, PGN mencatatkan rata-rata jarak tempuh 38,7 km per liter setara premium (LSP).
Uji coba tersebut dilakukan pada tiga sepeda motor jenis matic, masing-masing menggunakan BBG sebesar 2,5 LSP. Dari hasil uji coba, jarak terjauh yang berhasil dicapai oleh salah satu motor sejauh 104 km dengan penggunaan 2,5 LSP, sehingga per LSP diperhitungkan dapat menempuh jarak sekitar 41,6 km.
Kemudian pada sepeda motor matic lainnya, jarak terjauh yang ditorehkan 93,7 km atau sekira 37,5 km per LSP. Sedangkan satu motor lainnya diperoleh jarak tempuh 91 km per 2,5 LSP atau sekitar 37 km per LSP. Artinya, rata-rata jarak tempuh yang diperoleh per LSP adalah sejauh 38,7 km.
"Uji coba atau test drive ini bertujuan untuk mengetahui jarak maksimal yang dapat ditempuh oleh sepeda motor yang memakai 2,5 LSP BBG," ungkap Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama di Jakarta, Kamis (30/3/2023).
Selain itu, uji coba tersebut juga memperlihatkan angka efisiensi biaya yang dapat didapatkan oleh pengguna yang cukup signifikan, yakni menghemat biaya beli bahan bakar hingga 2 kali lipat. Harga BBG tercatat hanya sebesar Rp4.500 per LSP.
"Harga LSP ini sama di manapun tempat pengisiannya. Harga BBG juga diatur dan ditentukan oleh pemerintah dan konversi bahan bakar gas merupakan salah satu program Kementerian ESDM, sehingga kenaikan harganya tidak akan sesering dan se-fluktuatif harga BBM," terangnya.
Keunggulan sepeda motor yang telah dikonversi dengan BBG lainnya adalah memiliki sistem dual fuel, yaitu kombinasi bahan bakar BBM dan BBG. Karena itu, BBG akan menambah jumlah bahan bakar sehingga yang ditempuh dapat semakin jauh. Kombinasi bahan bakar ini juga membuat pengguna lebih fleksibel dalam memilih bahan bakar.
"Jarak tempuh per LSP bisa lebih dari 35 km sehingga memberikan manfaat lebih bagi pengguna. Pengguna tetap dapat menggunakan BBM dan dapat berhemat dengan menggunakan bahan bakar gas," imbuh Direktur Utama PT Gagas Energi Indonesia, Muhammad Hardiansyah.
Saat ini tersedia 20 SPBG di DKI Jakarta, Bekasi, dan Depok. Cara pengisiannya pun mudah dan praktis, tanpa perlu melakukan bongkar pasang tangki. Pengisian BBG sendiri hanya membutuhkan waktu 1-2 menit.
Hardiansyah menjelaskan, konversi BBG pada sepeda motor memerlukan pemasangan perangkat konversi atau converter kit, tabung CNG, switch untuk mengaktifkan serta me-nonaktifkan penggunaan BBG, dan perangkat lainnya. Saat ini, pemasangan dilakukan oleh bengkel tersertifikasi seperti di Bengkel Auto Gas Indonesia BSD dan Bengkel Raja Rafa Samudra, Pondok Gede.
"Sehubungan dengan sertifikasi, tentu menjadi perhatian utama. Kami mengutamakan aspek keamanan pada konversi BBG sepeda motor ini. Tabung CNG yang dipakai telah lolos uji tekan dan berstandar internasional ISO 11439 mengenai kekuatan dan spesifikasi tabung untuk CNG, sehingga kecil sekali kemungkinan untuk meledak dalam penggunaan sehari-hari," tambah Hardiansyah.
Dia menambahkan, tabung BBG juga aman, karena terbuat dari bahan seamless steel pipe yang dibuat dengan proses khusus tanpa sambungan yang membuat tabung ini ringan namun sangat kuat. Tabung yang di pakai sesuai standard safety ISO 11439, dimana telah dilakukan pengetesan sebesar 1,5x dari tekanan operasional dan jauh lebih besar dari tekanan pada saat terjadi tumbukan akibat kecelakaan.
Cylinder valve menurutnya juga sesuai standard ECE R 110 dengan mode auto cut off untuk excess flow, artinya jika ada piping putus atau lepas langsung cut off gas dari cylinder.
"Uji coba motor CNG yang cukup sukses ini menjadi pemacu bagi kami untuk merealisasikan piloting project pada 300 sepeda motor dalam waktu dekat. Konversi motor CNG merupakan terobosan sekaligus dukungan PGN Group terhadap penyediaan energi yang ramah lingkungan dan hemat bagi masyarakat," pungkasnya.
Uji coba tersebut dilakukan pada tiga sepeda motor jenis matic, masing-masing menggunakan BBG sebesar 2,5 LSP. Dari hasil uji coba, jarak terjauh yang berhasil dicapai oleh salah satu motor sejauh 104 km dengan penggunaan 2,5 LSP, sehingga per LSP diperhitungkan dapat menempuh jarak sekitar 41,6 km.
Kemudian pada sepeda motor matic lainnya, jarak terjauh yang ditorehkan 93,7 km atau sekira 37,5 km per LSP. Sedangkan satu motor lainnya diperoleh jarak tempuh 91 km per 2,5 LSP atau sekitar 37 km per LSP. Artinya, rata-rata jarak tempuh yang diperoleh per LSP adalah sejauh 38,7 km.
"Uji coba atau test drive ini bertujuan untuk mengetahui jarak maksimal yang dapat ditempuh oleh sepeda motor yang memakai 2,5 LSP BBG," ungkap Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama di Jakarta, Kamis (30/3/2023).
Selain itu, uji coba tersebut juga memperlihatkan angka efisiensi biaya yang dapat didapatkan oleh pengguna yang cukup signifikan, yakni menghemat biaya beli bahan bakar hingga 2 kali lipat. Harga BBG tercatat hanya sebesar Rp4.500 per LSP.
"Harga LSP ini sama di manapun tempat pengisiannya. Harga BBG juga diatur dan ditentukan oleh pemerintah dan konversi bahan bakar gas merupakan salah satu program Kementerian ESDM, sehingga kenaikan harganya tidak akan sesering dan se-fluktuatif harga BBM," terangnya.
Keunggulan sepeda motor yang telah dikonversi dengan BBG lainnya adalah memiliki sistem dual fuel, yaitu kombinasi bahan bakar BBM dan BBG. Karena itu, BBG akan menambah jumlah bahan bakar sehingga yang ditempuh dapat semakin jauh. Kombinasi bahan bakar ini juga membuat pengguna lebih fleksibel dalam memilih bahan bakar.
"Jarak tempuh per LSP bisa lebih dari 35 km sehingga memberikan manfaat lebih bagi pengguna. Pengguna tetap dapat menggunakan BBM dan dapat berhemat dengan menggunakan bahan bakar gas," imbuh Direktur Utama PT Gagas Energi Indonesia, Muhammad Hardiansyah.
Saat ini tersedia 20 SPBG di DKI Jakarta, Bekasi, dan Depok. Cara pengisiannya pun mudah dan praktis, tanpa perlu melakukan bongkar pasang tangki. Pengisian BBG sendiri hanya membutuhkan waktu 1-2 menit.
Hardiansyah menjelaskan, konversi BBG pada sepeda motor memerlukan pemasangan perangkat konversi atau converter kit, tabung CNG, switch untuk mengaktifkan serta me-nonaktifkan penggunaan BBG, dan perangkat lainnya. Saat ini, pemasangan dilakukan oleh bengkel tersertifikasi seperti di Bengkel Auto Gas Indonesia BSD dan Bengkel Raja Rafa Samudra, Pondok Gede.
"Sehubungan dengan sertifikasi, tentu menjadi perhatian utama. Kami mengutamakan aspek keamanan pada konversi BBG sepeda motor ini. Tabung CNG yang dipakai telah lolos uji tekan dan berstandar internasional ISO 11439 mengenai kekuatan dan spesifikasi tabung untuk CNG, sehingga kecil sekali kemungkinan untuk meledak dalam penggunaan sehari-hari," tambah Hardiansyah.
Dia menambahkan, tabung BBG juga aman, karena terbuat dari bahan seamless steel pipe yang dibuat dengan proses khusus tanpa sambungan yang membuat tabung ini ringan namun sangat kuat. Tabung yang di pakai sesuai standard safety ISO 11439, dimana telah dilakukan pengetesan sebesar 1,5x dari tekanan operasional dan jauh lebih besar dari tekanan pada saat terjadi tumbukan akibat kecelakaan.
Cylinder valve menurutnya juga sesuai standard ECE R 110 dengan mode auto cut off untuk excess flow, artinya jika ada piping putus atau lepas langsung cut off gas dari cylinder.
"Uji coba motor CNG yang cukup sukses ini menjadi pemacu bagi kami untuk merealisasikan piloting project pada 300 sepeda motor dalam waktu dekat. Konversi motor CNG merupakan terobosan sekaligus dukungan PGN Group terhadap penyediaan energi yang ramah lingkungan dan hemat bagi masyarakat," pungkasnya.
(fai)