Kementerian PUPR Bangun Infrastruktur Pendukung Food Estate di 5 Provinsi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menjelaskan saat ini setidaknya tengah dibangun infrastruktur pengembangan food estate di lima provinsi sehingga menjadi lumbung pangan nasional. Kelima provinsi itu adalah Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua. Harapannya daerah tersebut bisa menjadi lumbung pangan nasional.
"Program food estate ini adalah program bersama antar beberapa kementerian dan lembaga," kata Basuki pada keterangan tertulisnya dikutip Kamis (6/4/2023).
Basuki menjelaskan, di Sumatra Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, saat ini infrastruktur air baku (jaringan perpipaan primer dan sekunder) telah tersedia untuk lahan 1.000 ha, yang sudah siap untuk ditanami seluas 119 ha. Dari 119 ha, lahan yang sudah dimanfaatkan seluas 41,8 ha di antaranya ditanami bawang merah, bawang putih, cabai, kubis, jagung dan kentang oleh masyarakat.
Selain itu juga telah dilakukan land clearing di kawasan Taman Sains dan Teknologi Herbal (TSTH) seluas 72 ha (dari rencana 200 ha) serta pembangunan Fasilitas TSTH, antara lain gedung riset, mess karyawan, screen house dan infrastruktur kawasan, dengan progres 97,5% dan target selesai akhir April 2023, serta pembangunan Jalan Akses TSTH sepanjang 14,3 km, jalan akses food estate 8 km dan 2 jembatan.
Kemudian food estate di Kalimantan Tengah. Pada tahun 2021 pemerintah merencanakan pengembangan food estate seluas 43.000 ha. Kementerian PUPR telah mendukung penyediaan infrastruktur berupa jaringan irigasi rawa di Blok A seluas 43.000 ha.
Penyediaan infrastruktur jaringan irigasi tersebut terdiri dari pekerjaan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi rawa sepanjang 2.195 km, pembangunan pintu dan jembatan sejumlah 178 unit pintu air dan 60 unit box culvert, dan pembangunan serta rehabilitasi Pintu Air DIR Dadahup Tahap 2 (SYC) berupa pembangunan satu pintu air primer, pembangunan empat pintu air tersier, pembangunan sembilan box culvert dan rehabilitasi tiga pintu air primer.
Sedangkan untuk di NTT, pengembangan food estate terdapat di Kabupaten Belu, Sumba Tengah dan Sumba Timur. Di Kabupaten Belu, pemanfaatan air dari Bendungan Rotiklot seluas 55 ha, pemanfaatan air dari Bendungan Haliwen seluas 20 ha, dan dari Bendungan Haekrit seluas 60 ha. Juga ada pemanfaatan sumur air tanah sebanyak 23 lokasi untuk area seluas 230 ha.
Sedangkan untuk di Kabupaten Sumba Tengah NTT, Basuki menyebutkan telah dilakukan peningkatan Jaringan Irigasi Embung Lokojange dengan luas layanan 260 ha dan pemanfaatan air tanah lewat pembuatan sumur.
"Untuk di Sumba Timur, pengembangan lahan sorgum sangat didukung dengan ketersediaan air tanah yang banyak dan aktifnya petani, untuk itu salah satunya Kementerian PUPR bangun empat titik sumur bor dan 50 titik sumur gali untuk melayani 389 ha lahan masyarakat di Desa Patawang," ujar Basuki.
Baca Juga
"Program food estate ini adalah program bersama antar beberapa kementerian dan lembaga," kata Basuki pada keterangan tertulisnya dikutip Kamis (6/4/2023).
Basuki menjelaskan, di Sumatra Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, saat ini infrastruktur air baku (jaringan perpipaan primer dan sekunder) telah tersedia untuk lahan 1.000 ha, yang sudah siap untuk ditanami seluas 119 ha. Dari 119 ha, lahan yang sudah dimanfaatkan seluas 41,8 ha di antaranya ditanami bawang merah, bawang putih, cabai, kubis, jagung dan kentang oleh masyarakat.
Selain itu juga telah dilakukan land clearing di kawasan Taman Sains dan Teknologi Herbal (TSTH) seluas 72 ha (dari rencana 200 ha) serta pembangunan Fasilitas TSTH, antara lain gedung riset, mess karyawan, screen house dan infrastruktur kawasan, dengan progres 97,5% dan target selesai akhir April 2023, serta pembangunan Jalan Akses TSTH sepanjang 14,3 km, jalan akses food estate 8 km dan 2 jembatan.
Kemudian food estate di Kalimantan Tengah. Pada tahun 2021 pemerintah merencanakan pengembangan food estate seluas 43.000 ha. Kementerian PUPR telah mendukung penyediaan infrastruktur berupa jaringan irigasi rawa di Blok A seluas 43.000 ha.
Penyediaan infrastruktur jaringan irigasi tersebut terdiri dari pekerjaan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi rawa sepanjang 2.195 km, pembangunan pintu dan jembatan sejumlah 178 unit pintu air dan 60 unit box culvert, dan pembangunan serta rehabilitasi Pintu Air DIR Dadahup Tahap 2 (SYC) berupa pembangunan satu pintu air primer, pembangunan empat pintu air tersier, pembangunan sembilan box culvert dan rehabilitasi tiga pintu air primer.
Sedangkan untuk di NTT, pengembangan food estate terdapat di Kabupaten Belu, Sumba Tengah dan Sumba Timur. Di Kabupaten Belu, pemanfaatan air dari Bendungan Rotiklot seluas 55 ha, pemanfaatan air dari Bendungan Haliwen seluas 20 ha, dan dari Bendungan Haekrit seluas 60 ha. Juga ada pemanfaatan sumur air tanah sebanyak 23 lokasi untuk area seluas 230 ha.
Sedangkan untuk di Kabupaten Sumba Tengah NTT, Basuki menyebutkan telah dilakukan peningkatan Jaringan Irigasi Embung Lokojange dengan luas layanan 260 ha dan pemanfaatan air tanah lewat pembuatan sumur.
"Untuk di Sumba Timur, pengembangan lahan sorgum sangat didukung dengan ketersediaan air tanah yang banyak dan aktifnya petani, untuk itu salah satunya Kementerian PUPR bangun empat titik sumur bor dan 50 titik sumur gali untuk melayani 389 ha lahan masyarakat di Desa Patawang," ujar Basuki.