ASEAN-BAC Roadshow ke Brunei Darussalam Bahas Pembangunan Berkelanjutan
loading...
A
A
A
JAKARTA - ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) roadshow ke Brunei Darussalam membahas pembangunan berkelanjutan. Hal itu selaras dengan visi misi ASEAN-BAC serta Asia Pacific Economic Cooperation (APEC).
"Pembangunan berkelanjutan erat kaitannya dengan adanya inisiasi net zero emission dalam berbagai sektor seperti perdagangan dan industri. Melalui ASEAN-BAC tahun ini, kami mendorong agar usaha dekarbonisasi industri segera tercapai," ujar Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) sekaligus Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid melalui pernyataannya, Rabu (3/5/2023).
Dia mengatakan kunjungan tersebut mendorong lima isu prioritas dan delapan legacy project ASEAN-BAC tahun ini. Menurut Arsjad, berbagai isu prioritas dan program ASEAN-BAC sejalan dengan agenda APEC yang berkomitmen untuk mewujudkan kawasan perekonomian yang inklusif, inovatif, dan mengedepankan konsep pembangunan berkelanjutan negara kawasan.
Dia mengatakan APEC-BAC dapat bekerja sama dengan ASEAN-BAC untuk mendukung berbagai isu prioritas dan legacy project, terutama dalam pembangunan berkelanjutan. Arsjad juga menyebutkan bahwa APEC-BAC dapat turut serta dalam membantu memberikan masukan dan pemahaman dalam menjalankan inisiatif program dari ASEAN-BAC, contohnya dalam menanggapi isu perubahan iklim. Sebagai lembaga dengan akses sumber daya dan pembiayaan yang luas, APEC-BAC dikatakannya dapat menjadi mitra strategis untuk memperkuat mitigasi perubahan iklim di kawasan ASEAN.
"Upaya mitigasi perubahan iklim yang dilakukan oleh ASEAN-BAC dan didukung oleh APEC-BAC menjadi sangat penting untuk mendorong pembangunan berkelanjutan yang lebih baik di kawasan ASEAN serta dunia," jelas Arsjad.
Kolaborasi antara APEC-BAC dan ASEAN-BAC bukan hanya berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan, tetapi juga pengembangan sektor bisnis dan swasta di kawasan Asia Pasifik sehingga dapat membuka akses sumber daya dan pembiayaan bagi pelaku bisnis dan industri.
Lebih lanjut, selain penyelarasan sinergi ASEAN-BAC dengan APEC, kunjungan Arsjad dan para delegasi juga dalam rangka membahas proyek kerja sama pembangunan di Borneo yang perlu mengutamakan konsep berkelanjutan. Menurut Arsjad, kesenjangan konektivitas antar wilayah di Borneo menjadi tantangan yang harus diselesaikan dan kerja sama antara pemerintah dan swasta didorong untuk membangun pertumbuhan industri dan ekonomi yang berkelanjutan.
Integrasi dengan Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) yang memiliki beberapa proyek pembangunan konektivitas seperti jalan tol Sarawak dan Sabah, perluasan Pelabuhan Internasional Bitung, proyek kota hijau di Kendari, serta inisiatif pembangunan lainnya seperti memulihkan konektivitas udara dan membuka rute laut baru sangatlah penting.
"Isu deforestasi juga perlu diselesaikan dengan mengandalkan konsep hijau dalam pengembangan ekosistem industri energi baru terbarukan. Provinsi di Kalimantan yang menjadi bagian penting dari integrasi Borneo juga memiliki potensi untuk menjadi rantai pasok kendaraan listrik antar negara ASEAN dan dapat terintegrasi untuk ekosistem kendaraan listrik dan baterai," imbuh Arsjad.
Selain itu, Indonesia yang jua akan memindahkan ibu kota ke Kalimantan Utara dan akan mengusung konsep smart city yang bergantung pada pemanfaatan energi baru terbarukan agar Kalimantan mampu menjadi pusat ekonomi hijau di ASEAN.
"Indonesia sedang membangun kawasan ibu kota baru yang mampu memanfaatkan energi baru terbarukan, yaitu Ibu Kota Nusantara (IKN). Kami juga sedang membuat Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI) yang menjadi pusat ekosistem industri dan energi hijau kami. Untuk itu, kami mengundang Brunei agar bisa ambil bagian dalam pengembangan kawasan ini," tutur Arsjad.
"Pembangunan berkelanjutan erat kaitannya dengan adanya inisiasi net zero emission dalam berbagai sektor seperti perdagangan dan industri. Melalui ASEAN-BAC tahun ini, kami mendorong agar usaha dekarbonisasi industri segera tercapai," ujar Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) sekaligus Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid melalui pernyataannya, Rabu (3/5/2023).
Baca Juga
Dia mengatakan kunjungan tersebut mendorong lima isu prioritas dan delapan legacy project ASEAN-BAC tahun ini. Menurut Arsjad, berbagai isu prioritas dan program ASEAN-BAC sejalan dengan agenda APEC yang berkomitmen untuk mewujudkan kawasan perekonomian yang inklusif, inovatif, dan mengedepankan konsep pembangunan berkelanjutan negara kawasan.
Dia mengatakan APEC-BAC dapat bekerja sama dengan ASEAN-BAC untuk mendukung berbagai isu prioritas dan legacy project, terutama dalam pembangunan berkelanjutan. Arsjad juga menyebutkan bahwa APEC-BAC dapat turut serta dalam membantu memberikan masukan dan pemahaman dalam menjalankan inisiatif program dari ASEAN-BAC, contohnya dalam menanggapi isu perubahan iklim. Sebagai lembaga dengan akses sumber daya dan pembiayaan yang luas, APEC-BAC dikatakannya dapat menjadi mitra strategis untuk memperkuat mitigasi perubahan iklim di kawasan ASEAN.
"Upaya mitigasi perubahan iklim yang dilakukan oleh ASEAN-BAC dan didukung oleh APEC-BAC menjadi sangat penting untuk mendorong pembangunan berkelanjutan yang lebih baik di kawasan ASEAN serta dunia," jelas Arsjad.
Kolaborasi antara APEC-BAC dan ASEAN-BAC bukan hanya berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan, tetapi juga pengembangan sektor bisnis dan swasta di kawasan Asia Pasifik sehingga dapat membuka akses sumber daya dan pembiayaan bagi pelaku bisnis dan industri.
Lebih lanjut, selain penyelarasan sinergi ASEAN-BAC dengan APEC, kunjungan Arsjad dan para delegasi juga dalam rangka membahas proyek kerja sama pembangunan di Borneo yang perlu mengutamakan konsep berkelanjutan. Menurut Arsjad, kesenjangan konektivitas antar wilayah di Borneo menjadi tantangan yang harus diselesaikan dan kerja sama antara pemerintah dan swasta didorong untuk membangun pertumbuhan industri dan ekonomi yang berkelanjutan.
Integrasi dengan Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) yang memiliki beberapa proyek pembangunan konektivitas seperti jalan tol Sarawak dan Sabah, perluasan Pelabuhan Internasional Bitung, proyek kota hijau di Kendari, serta inisiatif pembangunan lainnya seperti memulihkan konektivitas udara dan membuka rute laut baru sangatlah penting.
"Isu deforestasi juga perlu diselesaikan dengan mengandalkan konsep hijau dalam pengembangan ekosistem industri energi baru terbarukan. Provinsi di Kalimantan yang menjadi bagian penting dari integrasi Borneo juga memiliki potensi untuk menjadi rantai pasok kendaraan listrik antar negara ASEAN dan dapat terintegrasi untuk ekosistem kendaraan listrik dan baterai," imbuh Arsjad.
Selain itu, Indonesia yang jua akan memindahkan ibu kota ke Kalimantan Utara dan akan mengusung konsep smart city yang bergantung pada pemanfaatan energi baru terbarukan agar Kalimantan mampu menjadi pusat ekonomi hijau di ASEAN.
"Indonesia sedang membangun kawasan ibu kota baru yang mampu memanfaatkan energi baru terbarukan, yaitu Ibu Kota Nusantara (IKN). Kami juga sedang membuat Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI) yang menjadi pusat ekosistem industri dan energi hijau kami. Untuk itu, kami mengundang Brunei agar bisa ambil bagian dalam pengembangan kawasan ini," tutur Arsjad.
(nng)