KTT G7, RI Manfaatkan Program PGII Baru untuk Genjot Pembangunan Infrastruktur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para pemimpin kelompok negara industri maju G7 yang hadir pada KTT G7 menegaskan komitmen untuk mengidentifikasi peluang baru guna meningkatkan kemitraan untuk infrastruktur dan investasi global atau Partnership for Global Infrastructure Investment (PGII).
Sebagaimana diketahui, saat ini masih berlangsung KTT G7 ke-49 tahun 2023 yang diselenggarakan pada 19-21 Mei di Hiroshima, Jepang.
Sesuai rilis yang dikeluarkan Gedung Putih, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan gagasan kemitraan infrastruktur unggulan ini, telah menarik investor besar untuk merespon permintaan global dalam hal pembiayaan infrastruktur berkualitas di negara-negara berkembang dan negara berpenghasilan rendah.
Untuk diketahui, sebelumnya pada KTT G20 tahun 2022 di Bali, Presiden Joko Widodo, Presiden Biden dan Komisi Uni Eropa Ursula Van der Layen bersama-sama meluncurkan PGII ini sebagai upaya pengembangan infrastruktur dan investasi.
Mengutip siaran pers Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Minggu (21/5/2023), Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melanjutkan pertemuan PGII bersama kedua pemimpin tersebut mengumumkan peluang kerja sama, termasuk di dalamnya Just Energy Transition Partnership (JETP) atau kemitraan untuk transisi energi yang berkeadilan.
Sejak PGII diluncurkan, para pemimpin G7 bersama negara berkembang yang bermitra, mulai bekerja untuk memobilisasi ratusan miliar dolar dalam pembiayaan infrastruktur, antara lain infrastruktur energi, fisik, digital, kesehatan, dan ketahanan iklim.
Adapun fokus utama dari kemitraan ini adalah untuk kesetaraan, meningkatkan standar ketenagakerjaan dan lingkungan, serta mempromosikan transparansi, tata kelola, dan langkah-langkah antikorupsi.
Pada KTT G7 2023 ini, Presiden Biden mengumumkan serangkaian PGII baru untuk membangun koridor ekonomi transformatif dan mendorong investasi infrastruktur, yang dapat menghubungkan pembangunan ekonomi di berbagai negara dan sektor.
Hingga saat ini, AS telah memobilisasi USD30 miliar melalui hibah, pembiayaan federal, dan meningkatkan investasi sektor swasta.
Selain itu, pihak AS juga menyampaikan bahwa PGII ini sudah setahun diluncurkan sejak G7 Summit tahun lalu di Jerman, karena itu perlu lebih didorong untuk realisasi dan implementasinya.
Investasi di Koridor Ekonomi Utama bertujuan menciptakan dan memperkuat koridor ekonomi, yang menghubungkan ekonomi melalui infrastruktur transportasi utama, membangun pembangkit listrik bersih lebih terjangkau, andal, dan tersedia untuk lapisan masyakat.
Kemudian, memberikan solusi jaringan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) ke masyarakat pedesaan, mengintegrasikan hub pertanian untuk meningkatkan ketahanan pangan regional, meningkatkan akses layanan kesehatan, dan solusi energi bersih.
PGII juga mendukung pengembangan dan penyebaran solusi rantai pasokan energi bersih secara menyeluruh pada skala global dengan cara mendukung kemajuan Reaktor Modular Kecil atau Small Modular Reactor (SMR).
Teknologi modern reaktor modular kecil menawarkan investasi modal awal yang lebih rendah, skalabilitas yang lebih besar, potensi peningkatan keselamatan dan keamanan, dan fleksibilitas lokasi yang selama ini tidak dapat membangun reaktor tradisional yang lebih besar.
Pengembangan SMR canggih ini dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Indonesia menjadi negara mitra SMR.
Sejak meluncurkan JETP pada KTT G20 2022, AS mengumumkan kemitraan bersama Indonesia untuk mendukung Indonesia sebagai penggerak pertama di kawasan dalam pengembangan SMR di ASEAN.
Teknologi perusahaan AS, NuScale Power menjadi proyek percontohan meliputi tambahan USD1 Juta dalam bentuk dukungan yang ditargetkan untuk menetapkan kemampuan teknis dan peraturan dalam mengembangkan SMR, dan studi kelayakan SMR senilai USD2,4 Juta dari USTDA.
The United States International Development Finance Corporation (DFC) telah menandatangani Letter of Interest untuk mendukung pengembangan SMR di Indonesia. Amerika Serikat terus mendukung rantai pasokan dan penyebaran energi bersih di Indonesia sebagai bagian dari PGII, termasuk melalui JETP dan keterlibatan berkelanjutan lainnya.
Selain itu, untuk memasilitasi investasi yang sangat penting untuk transisi ke ekonomi yang terhubung secara global, terdigitalisasi, dan berkelanjutan. Lembaga pembiayaan AS menerapkan model pembiayaan inovatif seperti obligasi hijau dan fasilitas kredit bergulir.
Salah satunya, Citi menyebutkan sekitar USD1,6 miliar investasi yang baru-baru ini diumumkan atau diselesaikan dan sejalan dengan PGII, termasuk peluncuran obligasi hijau pertama pengembang panas bumi milik BUMN Indonesia senilai sekitar USD400 juta.
Proyek ini membantu Indonesia memimpin pengembangan energi hijau dengan memperluas operasi panas bumi di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, saat ini masih berlangsung KTT G7 ke-49 tahun 2023 yang diselenggarakan pada 19-21 Mei di Hiroshima, Jepang.
Sesuai rilis yang dikeluarkan Gedung Putih, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan gagasan kemitraan infrastruktur unggulan ini, telah menarik investor besar untuk merespon permintaan global dalam hal pembiayaan infrastruktur berkualitas di negara-negara berkembang dan negara berpenghasilan rendah.
Untuk diketahui, sebelumnya pada KTT G20 tahun 2022 di Bali, Presiden Joko Widodo, Presiden Biden dan Komisi Uni Eropa Ursula Van der Layen bersama-sama meluncurkan PGII ini sebagai upaya pengembangan infrastruktur dan investasi.
Mengutip siaran pers Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Minggu (21/5/2023), Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melanjutkan pertemuan PGII bersama kedua pemimpin tersebut mengumumkan peluang kerja sama, termasuk di dalamnya Just Energy Transition Partnership (JETP) atau kemitraan untuk transisi energi yang berkeadilan.
Sejak PGII diluncurkan, para pemimpin G7 bersama negara berkembang yang bermitra, mulai bekerja untuk memobilisasi ratusan miliar dolar dalam pembiayaan infrastruktur, antara lain infrastruktur energi, fisik, digital, kesehatan, dan ketahanan iklim.
Adapun fokus utama dari kemitraan ini adalah untuk kesetaraan, meningkatkan standar ketenagakerjaan dan lingkungan, serta mempromosikan transparansi, tata kelola, dan langkah-langkah antikorupsi.
Pada KTT G7 2023 ini, Presiden Biden mengumumkan serangkaian PGII baru untuk membangun koridor ekonomi transformatif dan mendorong investasi infrastruktur, yang dapat menghubungkan pembangunan ekonomi di berbagai negara dan sektor.
Hingga saat ini, AS telah memobilisasi USD30 miliar melalui hibah, pembiayaan federal, dan meningkatkan investasi sektor swasta.
Selain itu, pihak AS juga menyampaikan bahwa PGII ini sudah setahun diluncurkan sejak G7 Summit tahun lalu di Jerman, karena itu perlu lebih didorong untuk realisasi dan implementasinya.
Investasi di Koridor Ekonomi Utama bertujuan menciptakan dan memperkuat koridor ekonomi, yang menghubungkan ekonomi melalui infrastruktur transportasi utama, membangun pembangkit listrik bersih lebih terjangkau, andal, dan tersedia untuk lapisan masyakat.
Kemudian, memberikan solusi jaringan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) ke masyarakat pedesaan, mengintegrasikan hub pertanian untuk meningkatkan ketahanan pangan regional, meningkatkan akses layanan kesehatan, dan solusi energi bersih.
PGII juga mendukung pengembangan dan penyebaran solusi rantai pasokan energi bersih secara menyeluruh pada skala global dengan cara mendukung kemajuan Reaktor Modular Kecil atau Small Modular Reactor (SMR).
Teknologi modern reaktor modular kecil menawarkan investasi modal awal yang lebih rendah, skalabilitas yang lebih besar, potensi peningkatan keselamatan dan keamanan, dan fleksibilitas lokasi yang selama ini tidak dapat membangun reaktor tradisional yang lebih besar.
Pengembangan SMR canggih ini dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Indonesia menjadi negara mitra SMR.
Sejak meluncurkan JETP pada KTT G20 2022, AS mengumumkan kemitraan bersama Indonesia untuk mendukung Indonesia sebagai penggerak pertama di kawasan dalam pengembangan SMR di ASEAN.
Teknologi perusahaan AS, NuScale Power menjadi proyek percontohan meliputi tambahan USD1 Juta dalam bentuk dukungan yang ditargetkan untuk menetapkan kemampuan teknis dan peraturan dalam mengembangkan SMR, dan studi kelayakan SMR senilai USD2,4 Juta dari USTDA.
The United States International Development Finance Corporation (DFC) telah menandatangani Letter of Interest untuk mendukung pengembangan SMR di Indonesia. Amerika Serikat terus mendukung rantai pasokan dan penyebaran energi bersih di Indonesia sebagai bagian dari PGII, termasuk melalui JETP dan keterlibatan berkelanjutan lainnya.
Selain itu, untuk memasilitasi investasi yang sangat penting untuk transisi ke ekonomi yang terhubung secara global, terdigitalisasi, dan berkelanjutan. Lembaga pembiayaan AS menerapkan model pembiayaan inovatif seperti obligasi hijau dan fasilitas kredit bergulir.
Salah satunya, Citi menyebutkan sekitar USD1,6 miliar investasi yang baru-baru ini diumumkan atau diselesaikan dan sejalan dengan PGII, termasuk peluncuran obligasi hijau pertama pengembang panas bumi milik BUMN Indonesia senilai sekitar USD400 juta.
Proyek ini membantu Indonesia memimpin pengembangan energi hijau dengan memperluas operasi panas bumi di Indonesia.
(ind)