Gagal Bayar Utang AS Bisa Mengguncang Bursa Saham Global
loading...
A
A
A
JAKARTA - Investor tengah bersiap untuk menghadapi konsekuensi terburuk lantaran kesepakatan antara Gedung Putih dan Parlemen belum juga tercapai untuk meningkatkan plafon utang. Situasi itu menjadi momok menyeramkan bagi para investor, karena volatilitas mata uang dan kerugian di pasar saham akan terjadi bila kesepakatan tersebut tidak segera tercapai pada 1 Juni 2023 mendatang.
Ahli strategi Commonwealth Bank of Australia di Sydney, Carol Kong, mengatakan ketidakpastian ini akan menyebabkan volatilitas pasar karena para pembuat kebijakan yang cenderung menunda keputusan hingga saat-saat terakhir. Nantinya, sedikit penguatan dolar akan terjadi bila kesepakatan tercapai.
"Jika, dan setelah, tercapai kesepakatan, fokus akan segera beralih kembali ke data ekonomi dan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), yang menurut saya akan menyebabkan penguatan dolar yang sedikit lebih lanjut," ujar Carol, dilansir Bloomberg, Selasa (23/5/2023).
Sementara itu, ahli strategi di JPMorgan Chase & Co. dan Morgan Stanley sebelumnya telah memperingatkan bahwa kebuntuan krisis utang AS dapat mengancam prospek pasar saham. Di lain sisi, para investor juga melakukan swap dan opsi mata uang utama, untuk melindungi nilai terhadap portofolio mereka.
Dengan adanya kebuntuan yang terjadi, Wall Street bersiap untuk skenario terburuk. Para eksekutif perdagangan, perbankan korporat dan perbankan konsumen di tiga bank terbesar AS berusaha memprediksi dampak pasar ketika AS gagal membayar utangnya.
Namun, investor belum terlalu siap dalam menghadapi krisis ini. Survei Bank of America menunjukan 71% investor mengharapkan adanya penyelesaian sebelum batas akhir, yakni ketika pemerintah kehabisan opsi untuk membiayai dirinya sendiri meskipun tanpa masuk dalam keadaan gagal bayar.
Selain aset AS, yen, mata uang komoditas, dan ekuitas pasar berkembang yang sensitif terhadap perubahan sentimen risiko juga berada di bawah pengawasan ketat. Yen sedikit berubah terhadap dolar pada awal perdagangan Asia sementara mata uang komoditas dikutip bercampur terhadap greenback.
Goldman Sachs Group Inc. mengatakan plafon utang AS yang menjulang adalah katalisator yang masuk akal untuk memukul pertumbuhan ekonomi dan pasar saham.
Ahli strategi Commonwealth Bank of Australia di Sydney, Carol Kong, mengatakan ketidakpastian ini akan menyebabkan volatilitas pasar karena para pembuat kebijakan yang cenderung menunda keputusan hingga saat-saat terakhir. Nantinya, sedikit penguatan dolar akan terjadi bila kesepakatan tercapai.
"Jika, dan setelah, tercapai kesepakatan, fokus akan segera beralih kembali ke data ekonomi dan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), yang menurut saya akan menyebabkan penguatan dolar yang sedikit lebih lanjut," ujar Carol, dilansir Bloomberg, Selasa (23/5/2023).
Sementara itu, ahli strategi di JPMorgan Chase & Co. dan Morgan Stanley sebelumnya telah memperingatkan bahwa kebuntuan krisis utang AS dapat mengancam prospek pasar saham. Di lain sisi, para investor juga melakukan swap dan opsi mata uang utama, untuk melindungi nilai terhadap portofolio mereka.
Dengan adanya kebuntuan yang terjadi, Wall Street bersiap untuk skenario terburuk. Para eksekutif perdagangan, perbankan korporat dan perbankan konsumen di tiga bank terbesar AS berusaha memprediksi dampak pasar ketika AS gagal membayar utangnya.
Namun, investor belum terlalu siap dalam menghadapi krisis ini. Survei Bank of America menunjukan 71% investor mengharapkan adanya penyelesaian sebelum batas akhir, yakni ketika pemerintah kehabisan opsi untuk membiayai dirinya sendiri meskipun tanpa masuk dalam keadaan gagal bayar.
Selain aset AS, yen, mata uang komoditas, dan ekuitas pasar berkembang yang sensitif terhadap perubahan sentimen risiko juga berada di bawah pengawasan ketat. Yen sedikit berubah terhadap dolar pada awal perdagangan Asia sementara mata uang komoditas dikutip bercampur terhadap greenback.
Goldman Sachs Group Inc. mengatakan plafon utang AS yang menjulang adalah katalisator yang masuk akal untuk memukul pertumbuhan ekonomi dan pasar saham.
(uka)