Harga Minyak Turun, Saudi Pangkas Produksi 1 Juta Barel per Hari
loading...
A
A
A
JAKARTA - Arab Saudi berencana melakukan pemangkasan pasokan minyak tambahan sebanyak satu juta barel per hari pada Juli 2023. Langkah ini akan membawa tingkat produksi Saudi ke level terendah selama beberapa tahun setelah adanya penurunan harga minyak mentah.
Pemangkasan yang dilakukan oleh Arab Saudi berbeda dengan negara lainnya di Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu atau dikenal dengan OPEC+ yang dipimpin Rusia
Pasalnya, Negeri Beruang Merah tidak membuat komitmen untuk memangkas produksi lebih dalam, sementara Uni Emirat Arab (UEA) justru akan mengamankan kuota produksi yang lebih tinggi untuk tahun depan.
“Kami akan melakukan apapun yang diperlukan untuk membawa stabilitas ke pasar," ujar Menteri Energi Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, dilansir dari Bloomberg, Senin (5/6/2023).
West Texas Intermediate melonjak hampir 5% di awal sesi pada hari Senin sebelum memangkas beberapa kenaikan untuk diperdagangkan di atas USD73 per barel. Sementara, patokan global Brent naik menuju USD78 per barel.
Langkah ini dilakukan oleh Saudi setelah harga minyak yang terpukul oleh prospek ekonomi yang lebih lemah, terutama di China.
Hal ini dinilai perlu dilakukan lantaran negara OPEC+ lainnya tidak menawarkan tindakan tambahan untuk menopang pasar saat ini, namun berjanji untuk mempertahankan pemangkasan yang ada hingga akhir 2024.
Upaya Saudi untuk memangkas produksi dan meningkatkan harga ekspor terpentingnya membutuhkan pengorbanan pangsa pasar lebih lanjut.
Pasalnya, permintaan minyak global diproyeksikan mencapai rekor tertinggi tahun ini, tetapi pemotongan tambahan yang diumumkan pada Minggu akan membawa produksi Saudi menjadi sekitar 9 juta barel per hari pada Juli, terendah sejak Juni 2021.
Pemenang utama dari pembicaraan OPEC+ pada akhir pekan lalu adalah UEA yang dapat menaikkan batas produksinya tahun depan dengan mengorbankan beberapa anggota dari Afrika, yang diminta menyerahkan sebagian dari kuota mereka yang tak terpakai.
Pemangkasan yang dilakukan oleh Arab Saudi berbeda dengan negara lainnya di Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu atau dikenal dengan OPEC+ yang dipimpin Rusia
Pasalnya, Negeri Beruang Merah tidak membuat komitmen untuk memangkas produksi lebih dalam, sementara Uni Emirat Arab (UEA) justru akan mengamankan kuota produksi yang lebih tinggi untuk tahun depan.
“Kami akan melakukan apapun yang diperlukan untuk membawa stabilitas ke pasar," ujar Menteri Energi Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, dilansir dari Bloomberg, Senin (5/6/2023).
West Texas Intermediate melonjak hampir 5% di awal sesi pada hari Senin sebelum memangkas beberapa kenaikan untuk diperdagangkan di atas USD73 per barel. Sementara, patokan global Brent naik menuju USD78 per barel.
Langkah ini dilakukan oleh Saudi setelah harga minyak yang terpukul oleh prospek ekonomi yang lebih lemah, terutama di China.
Hal ini dinilai perlu dilakukan lantaran negara OPEC+ lainnya tidak menawarkan tindakan tambahan untuk menopang pasar saat ini, namun berjanji untuk mempertahankan pemangkasan yang ada hingga akhir 2024.
Upaya Saudi untuk memangkas produksi dan meningkatkan harga ekspor terpentingnya membutuhkan pengorbanan pangsa pasar lebih lanjut.
Pasalnya, permintaan minyak global diproyeksikan mencapai rekor tertinggi tahun ini, tetapi pemotongan tambahan yang diumumkan pada Minggu akan membawa produksi Saudi menjadi sekitar 9 juta barel per hari pada Juli, terendah sejak Juni 2021.
Pemenang utama dari pembicaraan OPEC+ pada akhir pekan lalu adalah UEA yang dapat menaikkan batas produksinya tahun depan dengan mengorbankan beberapa anggota dari Afrika, yang diminta menyerahkan sebagian dari kuota mereka yang tak terpakai.