RI Kejar Target 1 Juta Wirausaha dari Kalangan Terdidik, Korea jadi Percontohan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah menargetkan untuk mencetak 1 juta wirausaha baru dari kalangan terdidik. Langkah ini dilakukan agar mampu mencapai rasio kewirausahaan di level 3,95%.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) saat ini banyak menjalin kerja sama dengan kampus-kampus atau perguruan tinggi dalam membangun inkubator bisnis.
"Namun, kali ini, mencetak wirausaha baru, khususnya dari kalangan anak muda, harus by design. Ibarat memilih telur yang baik untuk dierami, ditetaskan, kemudian dibesarkan," kata Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (18/6/2023).
Teten pun menyontohkan keberhasilan Korea Selatan (Korsel) dan Jepang yang dalam menciptakan banyak wirausaha dari kalangan anak muda terdidik lulusan perguruan tinggi.
Di Korsel, misalnya, bila ada anak muda memiliki ide bisnis berbasis teknologi tinggi, kemudian diuji sebuah lembaga penilai dan dinyatakan teknologi unggul, maka akan keluar sertifikasinya. "Dari sertifikasinya, dia mendapat bantuan perkuatan permodalan dari perbankan tanpa agunan," tuturnya.
Untuk itu, KemenkopUKM akan menjalin kerja sama dengan Korsel dalam menciptakan ekosistem kewirausahaan di Indonesia terutama dalam meningkatkan kemampuan teknologi tinggi.
"Saya berharap akan lahir wirausaha dari kalangan anak muda yang berevolusi masuk ke teknologi tinggi atau hitech," beber Teten.
Pasalnya, sambung dia, yang mampu memenangkan kompetisi dunia di masa sekarang dan yang akan datang adalah mereka yang memiliki inovasi dan kreativitas berbasis teknologi tinggi.
"Saya senang saat ini banyak perguruan tinggi sudah memiliki kurikulum kewirausahaan. Sehingga, mampu mengubah pola pikir dari pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja," ucapnya.
Jika Indonesia bisa menciptakan rasio kewirausahaan hingga 3,95% atau bahkan menembus angka 4%, maka otomatis akan memperbaiki kualitas lapangan kerja di Indonesia yang sekarang ini masih didominasi dari usaha mikro sebesar 96%.
"Kita harus mencetak wirausaha-wirausaha baru by design, bukan menjadi wirausaha karena nasib setelah tidak tertampung pada lapangan kerja yang tersedia," pungkas Teten.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) saat ini banyak menjalin kerja sama dengan kampus-kampus atau perguruan tinggi dalam membangun inkubator bisnis.
"Namun, kali ini, mencetak wirausaha baru, khususnya dari kalangan anak muda, harus by design. Ibarat memilih telur yang baik untuk dierami, ditetaskan, kemudian dibesarkan," kata Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (18/6/2023).
Teten pun menyontohkan keberhasilan Korea Selatan (Korsel) dan Jepang yang dalam menciptakan banyak wirausaha dari kalangan anak muda terdidik lulusan perguruan tinggi.
Di Korsel, misalnya, bila ada anak muda memiliki ide bisnis berbasis teknologi tinggi, kemudian diuji sebuah lembaga penilai dan dinyatakan teknologi unggul, maka akan keluar sertifikasinya. "Dari sertifikasinya, dia mendapat bantuan perkuatan permodalan dari perbankan tanpa agunan," tuturnya.
Untuk itu, KemenkopUKM akan menjalin kerja sama dengan Korsel dalam menciptakan ekosistem kewirausahaan di Indonesia terutama dalam meningkatkan kemampuan teknologi tinggi.
"Saya berharap akan lahir wirausaha dari kalangan anak muda yang berevolusi masuk ke teknologi tinggi atau hitech," beber Teten.
Pasalnya, sambung dia, yang mampu memenangkan kompetisi dunia di masa sekarang dan yang akan datang adalah mereka yang memiliki inovasi dan kreativitas berbasis teknologi tinggi.
"Saya senang saat ini banyak perguruan tinggi sudah memiliki kurikulum kewirausahaan. Sehingga, mampu mengubah pola pikir dari pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja," ucapnya.
Jika Indonesia bisa menciptakan rasio kewirausahaan hingga 3,95% atau bahkan menembus angka 4%, maka otomatis akan memperbaiki kualitas lapangan kerja di Indonesia yang sekarang ini masih didominasi dari usaha mikro sebesar 96%.
"Kita harus mencetak wirausaha-wirausaha baru by design, bukan menjadi wirausaha karena nasib setelah tidak tertampung pada lapangan kerja yang tersedia," pungkas Teten.
(ind)