Kemenparekraf Fasilitasi Inkubasi Program IndoStar bagi 50 Pelaku Bisnis Kuliner di Mancanegara

Rabu, 28 Juni 2023 - 17:33 WIB
loading...
Kemenparekraf Fasilitasi Inkubasi Program IndoStar bagi 50 Pelaku Bisnis Kuliner di Mancanegara
Kemenparekraf terus mendukung bisnis kuliner Indonesia di mancanegara. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ( Kemenparekraf ) gencar mendukung bisnis kuliner Indonesia di luar negeri melalui program Indonesian Restaurant Fundraising (IndoStar) yang merupakan platform akses pembiayaan pertama bagi pengembangan bisnis kuliner Indonesia di luar negeri, dan saat ini program IndoStar telah memasuki tahap inkubasi dan diikuti oleh 50 peserta yang telah berhasil lolos kurasi. Para peserta menjalani pelatihan dan pendampingan intensif guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam membangun bisnis yang berkualitas dan menyusun laporan keuangan yang baik. Hal ini bertujuan agar bisnis mereka lebih siap mendapatkan pembiayaan dari calon investor.



Salah satu rangkaian Inkubasi dari program IndoStar yaitu Talkshow dengan tema : "Inspirasi Ekspansi Bisnis Kuliner Indonesia di Luar Negeri” yang dilaksanakan secara online pada tanggal 27 Juni 2023, pukul 18.30 WIB, bersama para pebisnis dan pakar kuliner, di antaranya Robert Manan (Chairman of Manan Foundation), Prof. Adji Hoesodo (President Director PT.Aji Caraka Optima), dan Afit Dwi Purwanto (Founder-CEO Holycow Group).

Anggara Hayun Anujuprana, selaku Direktur Akses Pembiayaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi dan semangat kepada 50 peserta yang sedang menjalani tahap inkubasi. “Disadari bahwa akses pembiayaan merupakan salah satu hal yang krusial bagi kelangsungan bisnis kuliner Indonesia di luar negeri. Oleh karena itu melalui talkshow ini diharapkan agar peserta dapat memanfaatkan peluang yang ada dan terlibat aktif dalam program IndoStar ini. Dengan semangat kolaborasi dan upaya bersama, kita dapat mengangkat bisnis kuliner Indonesia di luar negeri ke tingkat yang lebih tinggi lagi,” ujar Hayun.

Selain itu Robert Manan menjelaskan bahwa saat ini pengusaha kuliner Indonesia di luar negeri masih berjuang untuk pulih dari dampak pandemi COVID-19. Bantuan fasilitasi akses pembiayaan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif merupakan salah satu bentuk dukungan dukungan kepada pengusaha kuliner Indonesia di luar negeri. “Rintangan terbesar adalah masih minimnya branding makanan Indonesia sedangkan potensi masakan Indonesia begitu luas. Untuk jangka menegah dan panjang pembukaan restoran Indonesia di luar negeri terlihat sangat prospektif, karena branding nama Indonesia mengalami kemajuan khususnya di masa pemerintahan Jokowi saat ini. Nama Indonesia telah melambung tinggi dan menjadi salah satu negara dalam G20, bahkan ke depannya diprediksi ekonomi Indonesia akan masuk dalam 10 besar negara dunia, dan berharap melalui program Indonesia Spice Up The World (ISUTW) dapat mempercepat kuliner Indonesia yang mendunia” Ujar Robert Manan.

Di sisi lain Prof.Adji Hoesodo menyampaikan bahwa pemerintah, melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, perlu mengatasi tantangan yang ada dengan mendorong semua pemangku kepentingan untuk mendukung para pelaku bisnis kuliner di luar negeri. Dengan demikian, mereka dapat lebih mudah mendapatkan modal mengingat keterbatasan APBN Indonesia. “Dalam pengembangan bisnis kuliner Indonesia, tantangan bukan hanya di akses pembiayaan saja, melainkan bisa bersumber dari human capital. Jika organisasi kekulineran kita kuat, maka bisa mendukung dan memepercepat ekonomi negara kita di urutan ke- 4 di dunia dimasa mendatang, jadi diharapkan para pelaku usaha kuliner Indonesia bisa menjadi leader di depan terutama dalam skala internasional,” tutur Prof. Adji.

Senada dengan Prof. Adji, Founder-CEO Holycow Group Afit Dwi Purwanto juga menyampaikan pandangan yang sama bahwa pengembangan bisnis kuliner Indonesia di luar negeri membutuhkan dukungan kuat dari pemerintah. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand dan Vietnam, kuliner Indonesia masih tertinggal dalam persaingan di pasar global. “Kami prihatin terhadap masalah branding kuliner Indonesia yang masih kurang dikenal. Rendang, yang dianggap sebagai salah satu hidangan terlezat di dunia, masih belum begitu populer. Oleh karena itu, diperlukan sinergi yang kuat antara pemerintah dan pelaku bisnis kuliner, tidak hanya dalam hal bantuan permodalan, tetapi juga peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang berkualitas” Ujar Afit.

Ketua Pokja Pembiayaan Teknologi Finansial dan Program Indonesia Spice Up the World Kemenparekraf, Indriani D. Laratu, dalam keterangannya mengatakan bahwa melalui kegiatan talkshow ini diharapkan para pelaku bisnis kuliner Indonesia bisa mendapatkan inspirasi dan wawasan yang lebih luas khususnya menghadapi tantangan dan menerapkan strategi pengembangan bisnis kuliner Indonesia di luar negeri. “Para peserta sangat antusias mengikuti acara ini, mereka mendapatkan insight dari para culinary expert. Selain strategi mendapatkan akses pembiayaan, ke depan kami akan fasilitasi pemberian materi terkait bagaimana cara meng-create money, penerapan digitalisasi bisnis, mengaplikasikan financial engineering seperti menghitung Cost of Goods Sold (COGS) dalam sebuah perusahaan,” ujar Indriani.



Program Indonesian Restaurant Fundraising (IndoStar) telah membuka pintu bagi pelaku bisnis kuliner Indonesia untuk meraih kesuksesan di pasar internasional. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia berharap bahwa melalui program IndoStar, bisnis kuliner Indonesia akan semakin berkembang dan serta dapat mendukung pencapaian program nasional Indonesia Spice Up the World khususnya percepatan pendirian 4.000 restoran Indonesia di Luar Negeri pada tahun 2024.

(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1737 seconds (0.1#10.140)