PLN EPI Akan Replikasi Kawasan Green Economy di Beberapa Wilayah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sub Holding PLN Energi Primer (PLN EPI) tahun ini akan memperluas pengembangan green economy kerakyatan di beberapa wilayah di Indonesia. Konsep green economy kerakyatan tersebut diwujudkan melalui pengembangan biomassa dan hutan energi yang melibatkan masyarakat.
Direktur Biomassa PLN EPI Antonius Aris menjelaskan, program tersebut potensial dikembangkan karena selain untuk menjamin pasokan biomassa ke pembangkit, juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi desa. Kawasan green economy kerakyatan pertama yang dibesut oleh PLN EPI adalah kawasan hutan energi di Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sejak dikembangkan pada Februari lalu di tanah seluas 30 hektare, kini mengalami perkembangan yang signifikan. Sebanyak 50.000 bibit pohon ditanam untuk menjadi hutan energi. Tanaman seperti gamal, kaliandra, indigofera, dan gmelina sangat bermanfaat bagi peternak dan juga menjadi bahan baku yang baik untuk biomassa.
"Saat ini perkembangan hutan energi sangat baik. Pada beberapa waktu mendatang masyarakat bisa memanen hutan energi ini. Tanaman ini nantinya bisa dimanfaatkan masyarakat untuk pakan ternak di saat musim kemarau tiba. Limbah dari hasil panen dimanfaatkan oleh PLN EPI untuk menjadi bahan baku biomassa," jelas Aris dalam keterangan resminya, Senin (28/8/2023).
Atas keberhasilan pengembangan di Yogyakarta ini, PLN EPI akan mereplikasi kawasan serupa di beberapa tempat. "Untuk tahun ini mengejar musim hujan nanti di musim hujan Oktober ataupun November itu akan di replikasi beberapa tempat, sedang kami kaji dari sisi kelayakan atau tipe lahannya dan juga bagaimana penerimaan masyarakatnya," ujar Aris.
Aris memastikan bahwa PLN EPI dalam pengembangan hutan energi ini tidak akan menggunakan lahan produktif masyarakat. Nantinya, pola kerja sama yang dipakai PLN EPI dengan Kraton Yogyakarta seperti di Gunung Kidul akan dicoba dilakukan juga di daerah lain. "Kita tidak akan menggeser lahan produktif masyarakat. Justru kita memanfaatkan lahan kritis atau lahan tidak produktif untuk bisa dikembangkan menjadi hutan energi," tuturnya.
Hingga tahun 2025 mendatang PLN Grup mentargetkan 52 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) akan menggunakan teknologi co-firing. Untuk itu, pada tahun 2025 PLN EPI membutuhkan pasokan biomassa hingga 10 juta ton. "Untuk memastikan rantai pasok biomassa ini terjaga, kami terus melakukan berbagai langkah kolaboratif dengan berbagai stakeholder. Sehingga teknologi ini selain bisa menekan emisi juga sekaligus mampu mengurangi ketergantungan atas energi fosil," ujarnya.
Perwakilan Keraton Yogyakarta, Raden Mas Gusthilantika Marrel Suryokusumo mendukung penuh langkah PLN EPI dalam pengembangan hutan energi ini. Yogyakarta dipilih menjadi salah satu wilayah pilot project sehingga bisa direplikasi dan diadaptasi oleh daerah lain.
"Jadi start-nya lokal, tapi nantinya akan punya efek secara nasional, bahkan internasional. Ini juga menegaskan peran Keraton dalam mendukung upaya pemerintah di bidang lingkungan, khususnya pengurangan emisi," kata Gusti Marrel.
Lurah Gombang Supriyanto mengucapkan terima kasihnya pada PLN EPI dan Gubernur DIY yang telah menyediakan bibit serta mengizinkan penggunaan tanah Keraton untuk lahan tanaman hijauan tersebut. "Warga kami ini sangat membutuhkan hijauan untuk pakan ternak, terutama di musim kemarau. Makanya ketika ada tawaran kerja sama ini saya langsung terima karena memang 90% warga kami ini petani-peternak," tuturnya.
Direktur Biomassa PLN EPI Antonius Aris menjelaskan, program tersebut potensial dikembangkan karena selain untuk menjamin pasokan biomassa ke pembangkit, juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi desa. Kawasan green economy kerakyatan pertama yang dibesut oleh PLN EPI adalah kawasan hutan energi di Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sejak dikembangkan pada Februari lalu di tanah seluas 30 hektare, kini mengalami perkembangan yang signifikan. Sebanyak 50.000 bibit pohon ditanam untuk menjadi hutan energi. Tanaman seperti gamal, kaliandra, indigofera, dan gmelina sangat bermanfaat bagi peternak dan juga menjadi bahan baku yang baik untuk biomassa.
"Saat ini perkembangan hutan energi sangat baik. Pada beberapa waktu mendatang masyarakat bisa memanen hutan energi ini. Tanaman ini nantinya bisa dimanfaatkan masyarakat untuk pakan ternak di saat musim kemarau tiba. Limbah dari hasil panen dimanfaatkan oleh PLN EPI untuk menjadi bahan baku biomassa," jelas Aris dalam keterangan resminya, Senin (28/8/2023).
Atas keberhasilan pengembangan di Yogyakarta ini, PLN EPI akan mereplikasi kawasan serupa di beberapa tempat. "Untuk tahun ini mengejar musim hujan nanti di musim hujan Oktober ataupun November itu akan di replikasi beberapa tempat, sedang kami kaji dari sisi kelayakan atau tipe lahannya dan juga bagaimana penerimaan masyarakatnya," ujar Aris.
Aris memastikan bahwa PLN EPI dalam pengembangan hutan energi ini tidak akan menggunakan lahan produktif masyarakat. Nantinya, pola kerja sama yang dipakai PLN EPI dengan Kraton Yogyakarta seperti di Gunung Kidul akan dicoba dilakukan juga di daerah lain. "Kita tidak akan menggeser lahan produktif masyarakat. Justru kita memanfaatkan lahan kritis atau lahan tidak produktif untuk bisa dikembangkan menjadi hutan energi," tuturnya.
Hingga tahun 2025 mendatang PLN Grup mentargetkan 52 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) akan menggunakan teknologi co-firing. Untuk itu, pada tahun 2025 PLN EPI membutuhkan pasokan biomassa hingga 10 juta ton. "Untuk memastikan rantai pasok biomassa ini terjaga, kami terus melakukan berbagai langkah kolaboratif dengan berbagai stakeholder. Sehingga teknologi ini selain bisa menekan emisi juga sekaligus mampu mengurangi ketergantungan atas energi fosil," ujarnya.
Perwakilan Keraton Yogyakarta, Raden Mas Gusthilantika Marrel Suryokusumo mendukung penuh langkah PLN EPI dalam pengembangan hutan energi ini. Yogyakarta dipilih menjadi salah satu wilayah pilot project sehingga bisa direplikasi dan diadaptasi oleh daerah lain.
"Jadi start-nya lokal, tapi nantinya akan punya efek secara nasional, bahkan internasional. Ini juga menegaskan peran Keraton dalam mendukung upaya pemerintah di bidang lingkungan, khususnya pengurangan emisi," kata Gusti Marrel.
Lurah Gombang Supriyanto mengucapkan terima kasihnya pada PLN EPI dan Gubernur DIY yang telah menyediakan bibit serta mengizinkan penggunaan tanah Keraton untuk lahan tanaman hijauan tersebut. "Warga kami ini sangat membutuhkan hijauan untuk pakan ternak, terutama di musim kemarau. Makanya ketika ada tawaran kerja sama ini saya langsung terima karena memang 90% warga kami ini petani-peternak," tuturnya.
(fjo)