Selama Ekonomi Tak Membaik, Penerapan Insurtech di Asuransi Bisa Sia-Sia

Jum'at, 31 Juli 2020 - 10:00 WIB
loading...
Selama Ekonomi Tak Membaik, Penerapan Insurtech di Asuransi Bisa Sia-Sia
Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Penerapan teknologi digital di asuransi lebih jauh diharapkan dapat mendorong penetrasi asuransi di Indonesia yang masih relatif rendah. Melalui produk-produk asuransi yang lebih simpel, dan klaim yang bisa dilakukan secara digital, diharapkan dapat menepis kesan bahwa asuransi rumit dan sulit diklaim.

Digitalisasi di asuransi kini diwarnai oleh makin maraknya kehadiran insurance technology (insurtech) yang fokus menawarkan produk dan layanan asuransi yang bisa diakses dengan platform digital. Insurtechumumnya dikenal seperti pemasaran asuransi melalui platform digital.

Karena kemudahannya itulah, jalur distribusi ini dirasa sangat tepat untuk mendorong penetrasi asuransi. Keuntungan lainnya adalah insurtech dapat meminimalkan biaya asuransi sehingga lebih efisien. Pemasaran asuransi secara digital juga lebih efektif dalam proses bisnis asuransi.

Deputi Komisioner Pengawasan IKNB II Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Moch. Ihsanudin mengatakan, literasi asuransi pertumbuhannya masih lambat, serta densitas dan penetrasi juga masih rendah. Untuk IKNB, tambahnya, yang tumbuh cukup pesat adalah pegadaian dan tekfin. Ihsanudin juga mengatakan, di tengah kondisi ekonomi yang saat ini mengalami kontraksi memang agak sulit untuk memasarkan asuransi.

“Selama ekonomi belum membaik, atau income masyarakat belum pulih, dan industri asuransi belum sehat, tidak mudah memasarkan asuransi. Apalagi dengan model bukan face to face,” ujarnya di Jakarta, Kamis (30/7/2020). ( Baca juga:Bukan hanya Produk, Investasi di Asuransi juga Sedap-Sedap Ngeri )

Kendati demikian, Ihsanudin berpendapat bahwa persentase densitas dan penetrasi asuransi yang kecil ini bukanlah hal yang mengerikan. Hal ini justru bisa menjadi peluang bagi insurtech untuk mendukung asuransi menjangkau masyarakat lebih mendalam, terlebih dengan jumlah penggunaan ponsel dan internet aktif yang mencapai 338 juta.

Senada, pengamat perbankan dan asuransi, Eko B. Supriyanto, mengatakan, insurtech untuk saat ini baru sebatas potensi, namun memiliki potensi yang sangat besar. “Asuransi akan baik kalau ekonominya baik, namun ekonomi sendiri saat ini masih terkontraksi," jelas Eko.

Menurut dia, asuransi saat ini masih dibayangi risiko reputasi akibat gagal bayar yang terjadi di beberapa asuransi. Karena itu, harapannya OJK dapat mengatur lebih prudent industri asuransi ini dengan pendekatan risiko.

“Saya berharap OJK sudah mulai membuat beberapa aturan, bukan mengetatkan tetapi memang asuransi harus diatur lebih ketat dan lebih jelas. Karena asuransi juga menjaring dana masyarakat,” imbuhnya.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1563 seconds (0.1#10.140)