Memajukan Bisnis melalui Pemanfaatan Crowdsourcing yang Tepat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perkembangan teknologi tidak hanya menuntut perusahaan untuk terus berinovasi, tapi juga mengubah cara berinovasi. Jika dahulu inovasi dilakukan melalui penelitian internal perusahaan, maka saat ini internet membuka peluang bagi perusahaan memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan ratusan bahkan ribuan pakar lintas ilmu disiplin melalui crowdsourcing.
Direktur Innovesia, Fiter Bagus Cahyono mengartikan, crowdsourcing sebagai pendekatan yang memungkinkan perusahaan atau organisasi lainnya untuk memperoleh ide atau konten yang dibutuhkan dengan meminta kontribusi dari sekelompok besar orang.
"Melalui crowdsourcing, perusahaan atau bisnis dapat memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan banyak orang untuk membantu mereka mencapai sejumlah keuntungan. Dengan internet, orang-orang ini tidak hanya terbatas pada suatu demografi saja, tapi di seluruh dunia," kata Fiter Bagus dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/9/2023).
Luasnya ruang lingkup internet, kata Fiter Bagus, membuat banyak perusahaan mulai mengadopsi crowdsourcing agar tetap relevan di industri dan mencapai keunggulan kompetitif. Hal ini sesuai dengan survei terbaru Capgemini Research Institute yang mencatat crowdsourcing sebagai pendekatan paling efektif jika dibandingkan dengan model inovasi terbuka lainnya. Survei terhadap 1.000 organisasi di dunia itu mencatat, sebanyak 55% perusahaan mengakui efektivitas crowdsourcing.
"Dalam hal ini, crowdsourcing dinilai jauh lebih efektif daripada pendekatan inovasi terbuka lainnya, seperti program startup inkubator, model klien ventura atau venture client model, dan jauh lebih unggul dari membangun pusat atau laboratorium inovasi," kata Direktur Innovesia, perusahaan konsultasi yang fokus pada inovasi bisnis ini.
Senada disampaikan Digital Transformation Expert, Daniel Oscar Baskoro. Menurutnya, metode crowdsourcing membuka kesempatan bagi perusahaan untuk bekerja sama dengan publik guna mencapai ragam tujuan yang luas. Dengan crowdsourcing, Oscar menyebut, perusahaan mampu memanfaatkan ‘crowd’ atau keramaian untuk menghimpun ide dalam jumlah yang masif, mengembangkan produk, bahkan sampai membantu melakukan monitoring dan evaluasi.
"Crowdsourcing ini bisa digunakan untuk tujuan yang luas, misalnya untuk mengembangkan sebuah produk, untuk menghimpun ide dari masyarakat, itu pernah saya lakukan. Kemudian untuk monitoring dan evaluasi, banyak sekali," ujarnya.
Mengingat tujuannya untuk menghimpun beragam ide atau solusi, manfaat paling signifikan dari crowdsourcing adalah kemampuannya untuk menemukan solusi yang tidak terduga atau out-of-the-box.
Sumber daya manusia menjadi hambatan terbesar bagi banyak perusahaan untuk berinovasi. Riset bertajuk Gartner CMO Brand Strategy and Innovation Survey mencatat sebanyak 41% perusahaan kesulitan berinovasi karena kurangnya sumber daya manusia dengan keterampilan yang dibutuhkan.
Menurut Oscar, crowdsourcing telah memungkinkan apa yang tidak bisa dilakukan tim riset internal perusahaan. Pasalnya, crowdsourcing mampu mengatasi masalah keterbatasan sumber daya manusia dengan mengundang kelompok pemikir atau inovator dari berbagai disiplin ilmu untuk menyumbangkan pengetahuan mereka dan membantu perusahaan berinovasi. Khususnya bagi bisnis dengan basis pengguna atau user yang melimpah.
"Ketika mereka memiliki user yang besar, akan sulit bagi perusahaan untuk menangkap permasalahan terhadap produknya atau juga masukan terhadap produknya, dan dengan crowdsourcing perusahaan bisa menghimpun data yang lebih luas, lebih besar, lebih banyak, jadi mereka akan mendapatkan point of view yang lebih luas," kata sosok di balik berbagai inovasi teknologi kemanusiaan di Indonesia.
Tak cuma menghimpun ide secara masif, kata Oscar, crowdsourcing juga mendorong perusahaan mengumpulkan data dan informasi berdasarkan pengalaman nyata dan fakta yang diperoleh langsung dari masyarakat atau pengguna. Dengan begitu, perusahaan dapat mengesampingkan segala asumsi mereka, baik ketika menghimpun masalah utama yang sebenarnya dihadapi perusahaan atau ketika mencari solusi atas permasalahan berikut.
"Satu hal mendasar dalam crowdsourcing adalah menghilangkan asumsi. Karena ketika kita menghimpun masalah melalui crowdsourcing, we got all the problem from the real user," katanya.
Crowdsourcing juga bisa digunakan untuk menguji asumsi yang telah ada. Dengan mengajukan pertanyaan kepada masyarakat, perusahaan dapat melihat apakah asumsi mereka diterima atau dipertanyakan oleh mayoritas orang. Hal ini juga disebut Oscar sebagai salah satu keuntungan crowdsourcing dalam hal menilai kedalaman suatu masalah.
Lebih Cepat dan Hemat Biaya
Saat memecahkan masalah secara internal, perusahaan dibatasi dengan seberapa cepat departemen litbang atau karyawan mereka dapat bekerja. Crowdsourcing juga memungkinkan perusahaan mengeluarkan lebih sedikit biaya.
Menurut Oscar, melalui crowdsourcing, perusahaan tidak perlu mempekerjakan para ahli, insinyur, atau membangun laboratorium inovasi. Mereka hanya perlu meluncurkan tantangan atau pertanyaan, menyusun tujuan atau goals, menyusun metodologi crowdsourcing secara end-to-end dan memberikan insentif bagi pihak yang mengurunkan dayanya.
Oscar menekankan, insentif yang diberikan tak melulu berbentuk materi, bisa berupa sertifikat, penghargaan, dan lain sebagainya.
"Sebenarnya perusahaan bisa mempekerjakan researcher atau peneliti ya, tapi tentu membutuhkan biayanya besar sekali. Dengan crowdsourcing, biayanya lebih rendah dan perusahaan bisa menghimpun ide dengan lebih maksimal," kata Oscar.
Salah satu bukti nyata kesuksesan crowdsourcing terlihat dari kompetisi The Goldcorp Challenge pada tahun 2000. Dengan mempublikasikan 400 megabyte data geologis hasil riset perusahaan dan menawarkan CAD575.000 (Rp3,6 miliar), Goldcorp dikirimi 1.000 ide inovasi yang salah satunya memungkinkan perusahaan mengidentifikasi 110 lokasi deposit emas dan menemukan emas senilai CAD6 miliar (Rp38 triliun).
Memiliki aspek komunal serta kompetitif, membuat crowdsourcing tidak hanya menawarkan kesempatan untuk mengembangkan solusi atau ide inovasi, tapi juga meningkatkan awareness atau kesadaran di masyarakat.
Lays misalnya, produsen makanan ringan asal Amerika itu beralih ke crowdsourcing untuk meminta penggemar keripik kentang menyumbangkan ide terbaik untuk rasa keripik kentang baru mereka. Melalui crowdsourcing bertajuk Do Us Flavor, Lays menerima 14,4 juta ide rasa baru sekaligus meningkatkan citra positif merek tersebut.
Bagaimana tidak, Forbes mencatat kompetisi Do Us Flavor mencatatkan peningkatan kesadaran iklan sebesar 2%. Tak hanya itu, skor Buzz yang mengukur apakah lebih banyak konsumen mendengar hal-hal positif tentang suatu merek dalam dua minggu terakhir juga dilaporkan melonjak 6 poin. Niat konsumen untuk membeli keripik kentang merek Lays juga mengalami peningkatan.
Memastikan Keberhasilan Crowdsourcing
Terlepas dari segudang manfaat yang diberikan, melaksanakan crowdsourcing tidak bisa dianggap sepele. Oscar menegaskan, banyak perusahaan terjebak dan menganggap metode satu ini sebagai ajang kompetisi inovasi. Meski melibatkan tantangan yang perlu diselesaikan, crowdsourcing lebih dari sekadar menghimpun ide inovasi.
Oscar menekankan dibutuhkan strategi atau metodologi secara end-to-end mulai dari mengkurasi masalah yang dihadapi perusahaan dan menentukan masalah utama yang hendak diselesaikan, lalu menghimpun solusi hingga memastikan solusi tersebut bisa diimplementasikan di dalam perusahaan.
"End-to-end ini yang terkadang suka lepas di perusahaan-perusahaan, jadi saya kira perlu memang ada satu framework untuk memastikan crowdsourcing ini nggak cuma collecting the information, collecting the idea, tapi juga memikirkan langkah selanjutnya setelah mendapatkan solusi tadi," katanya.
Innovesia adalah salah satu yang berpengalaman menuntun perusahaan atau organisasi lainnya untuk mengembangkan strategi dan eksekusi crowdsourcing demi mengembangkan model bisnis melalui layanan konsultasi end-to-end yang strategis. Berdiri sejak 2015, Innovesia tak hanya dipercaya atas kemampuannya menjelajahi potensi inovasi dari luar perusahaan tapi juga membantu perusahaan mengidentifikasi dan mendalami masalah utama mereka dalam bisnis.
Lebih dari itu, melalui program inkubasi yang ditawarkan, Innovesia turut memastikan solusi yang dihimpun selama proses crowdsourcing dapat dimatangkan dari sekedar konsep untuk kemudian diimplementasikan dengan baik oleh perusahaan.
Direktur Innovesia, Fiter Bagus Cahyono mengartikan, crowdsourcing sebagai pendekatan yang memungkinkan perusahaan atau organisasi lainnya untuk memperoleh ide atau konten yang dibutuhkan dengan meminta kontribusi dari sekelompok besar orang.
"Melalui crowdsourcing, perusahaan atau bisnis dapat memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan banyak orang untuk membantu mereka mencapai sejumlah keuntungan. Dengan internet, orang-orang ini tidak hanya terbatas pada suatu demografi saja, tapi di seluruh dunia," kata Fiter Bagus dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/9/2023).
Luasnya ruang lingkup internet, kata Fiter Bagus, membuat banyak perusahaan mulai mengadopsi crowdsourcing agar tetap relevan di industri dan mencapai keunggulan kompetitif. Hal ini sesuai dengan survei terbaru Capgemini Research Institute yang mencatat crowdsourcing sebagai pendekatan paling efektif jika dibandingkan dengan model inovasi terbuka lainnya. Survei terhadap 1.000 organisasi di dunia itu mencatat, sebanyak 55% perusahaan mengakui efektivitas crowdsourcing.
"Dalam hal ini, crowdsourcing dinilai jauh lebih efektif daripada pendekatan inovasi terbuka lainnya, seperti program startup inkubator, model klien ventura atau venture client model, dan jauh lebih unggul dari membangun pusat atau laboratorium inovasi," kata Direktur Innovesia, perusahaan konsultasi yang fokus pada inovasi bisnis ini.
Senada disampaikan Digital Transformation Expert, Daniel Oscar Baskoro. Menurutnya, metode crowdsourcing membuka kesempatan bagi perusahaan untuk bekerja sama dengan publik guna mencapai ragam tujuan yang luas. Dengan crowdsourcing, Oscar menyebut, perusahaan mampu memanfaatkan ‘crowd’ atau keramaian untuk menghimpun ide dalam jumlah yang masif, mengembangkan produk, bahkan sampai membantu melakukan monitoring dan evaluasi.
"Crowdsourcing ini bisa digunakan untuk tujuan yang luas, misalnya untuk mengembangkan sebuah produk, untuk menghimpun ide dari masyarakat, itu pernah saya lakukan. Kemudian untuk monitoring dan evaluasi, banyak sekali," ujarnya.
Mengingat tujuannya untuk menghimpun beragam ide atau solusi, manfaat paling signifikan dari crowdsourcing adalah kemampuannya untuk menemukan solusi yang tidak terduga atau out-of-the-box.
Sumber daya manusia menjadi hambatan terbesar bagi banyak perusahaan untuk berinovasi. Riset bertajuk Gartner CMO Brand Strategy and Innovation Survey mencatat sebanyak 41% perusahaan kesulitan berinovasi karena kurangnya sumber daya manusia dengan keterampilan yang dibutuhkan.
Menurut Oscar, crowdsourcing telah memungkinkan apa yang tidak bisa dilakukan tim riset internal perusahaan. Pasalnya, crowdsourcing mampu mengatasi masalah keterbatasan sumber daya manusia dengan mengundang kelompok pemikir atau inovator dari berbagai disiplin ilmu untuk menyumbangkan pengetahuan mereka dan membantu perusahaan berinovasi. Khususnya bagi bisnis dengan basis pengguna atau user yang melimpah.
"Ketika mereka memiliki user yang besar, akan sulit bagi perusahaan untuk menangkap permasalahan terhadap produknya atau juga masukan terhadap produknya, dan dengan crowdsourcing perusahaan bisa menghimpun data yang lebih luas, lebih besar, lebih banyak, jadi mereka akan mendapatkan point of view yang lebih luas," kata sosok di balik berbagai inovasi teknologi kemanusiaan di Indonesia.
Tak cuma menghimpun ide secara masif, kata Oscar, crowdsourcing juga mendorong perusahaan mengumpulkan data dan informasi berdasarkan pengalaman nyata dan fakta yang diperoleh langsung dari masyarakat atau pengguna. Dengan begitu, perusahaan dapat mengesampingkan segala asumsi mereka, baik ketika menghimpun masalah utama yang sebenarnya dihadapi perusahaan atau ketika mencari solusi atas permasalahan berikut.
"Satu hal mendasar dalam crowdsourcing adalah menghilangkan asumsi. Karena ketika kita menghimpun masalah melalui crowdsourcing, we got all the problem from the real user," katanya.
Crowdsourcing juga bisa digunakan untuk menguji asumsi yang telah ada. Dengan mengajukan pertanyaan kepada masyarakat, perusahaan dapat melihat apakah asumsi mereka diterima atau dipertanyakan oleh mayoritas orang. Hal ini juga disebut Oscar sebagai salah satu keuntungan crowdsourcing dalam hal menilai kedalaman suatu masalah.
Lebih Cepat dan Hemat Biaya
Saat memecahkan masalah secara internal, perusahaan dibatasi dengan seberapa cepat departemen litbang atau karyawan mereka dapat bekerja. Crowdsourcing juga memungkinkan perusahaan mengeluarkan lebih sedikit biaya.
Menurut Oscar, melalui crowdsourcing, perusahaan tidak perlu mempekerjakan para ahli, insinyur, atau membangun laboratorium inovasi. Mereka hanya perlu meluncurkan tantangan atau pertanyaan, menyusun tujuan atau goals, menyusun metodologi crowdsourcing secara end-to-end dan memberikan insentif bagi pihak yang mengurunkan dayanya.
Oscar menekankan, insentif yang diberikan tak melulu berbentuk materi, bisa berupa sertifikat, penghargaan, dan lain sebagainya.
"Sebenarnya perusahaan bisa mempekerjakan researcher atau peneliti ya, tapi tentu membutuhkan biayanya besar sekali. Dengan crowdsourcing, biayanya lebih rendah dan perusahaan bisa menghimpun ide dengan lebih maksimal," kata Oscar.
Salah satu bukti nyata kesuksesan crowdsourcing terlihat dari kompetisi The Goldcorp Challenge pada tahun 2000. Dengan mempublikasikan 400 megabyte data geologis hasil riset perusahaan dan menawarkan CAD575.000 (Rp3,6 miliar), Goldcorp dikirimi 1.000 ide inovasi yang salah satunya memungkinkan perusahaan mengidentifikasi 110 lokasi deposit emas dan menemukan emas senilai CAD6 miliar (Rp38 triliun).
Memiliki aspek komunal serta kompetitif, membuat crowdsourcing tidak hanya menawarkan kesempatan untuk mengembangkan solusi atau ide inovasi, tapi juga meningkatkan awareness atau kesadaran di masyarakat.
Lays misalnya, produsen makanan ringan asal Amerika itu beralih ke crowdsourcing untuk meminta penggemar keripik kentang menyumbangkan ide terbaik untuk rasa keripik kentang baru mereka. Melalui crowdsourcing bertajuk Do Us Flavor, Lays menerima 14,4 juta ide rasa baru sekaligus meningkatkan citra positif merek tersebut.
Bagaimana tidak, Forbes mencatat kompetisi Do Us Flavor mencatatkan peningkatan kesadaran iklan sebesar 2%. Tak hanya itu, skor Buzz yang mengukur apakah lebih banyak konsumen mendengar hal-hal positif tentang suatu merek dalam dua minggu terakhir juga dilaporkan melonjak 6 poin. Niat konsumen untuk membeli keripik kentang merek Lays juga mengalami peningkatan.
Memastikan Keberhasilan Crowdsourcing
Terlepas dari segudang manfaat yang diberikan, melaksanakan crowdsourcing tidak bisa dianggap sepele. Oscar menegaskan, banyak perusahaan terjebak dan menganggap metode satu ini sebagai ajang kompetisi inovasi. Meski melibatkan tantangan yang perlu diselesaikan, crowdsourcing lebih dari sekadar menghimpun ide inovasi.
Oscar menekankan dibutuhkan strategi atau metodologi secara end-to-end mulai dari mengkurasi masalah yang dihadapi perusahaan dan menentukan masalah utama yang hendak diselesaikan, lalu menghimpun solusi hingga memastikan solusi tersebut bisa diimplementasikan di dalam perusahaan.
"End-to-end ini yang terkadang suka lepas di perusahaan-perusahaan, jadi saya kira perlu memang ada satu framework untuk memastikan crowdsourcing ini nggak cuma collecting the information, collecting the idea, tapi juga memikirkan langkah selanjutnya setelah mendapatkan solusi tadi," katanya.
Innovesia adalah salah satu yang berpengalaman menuntun perusahaan atau organisasi lainnya untuk mengembangkan strategi dan eksekusi crowdsourcing demi mengembangkan model bisnis melalui layanan konsultasi end-to-end yang strategis. Berdiri sejak 2015, Innovesia tak hanya dipercaya atas kemampuannya menjelajahi potensi inovasi dari luar perusahaan tapi juga membantu perusahaan mengidentifikasi dan mendalami masalah utama mereka dalam bisnis.
Lebih dari itu, melalui program inkubasi yang ditawarkan, Innovesia turut memastikan solusi yang dihimpun selama proses crowdsourcing dapat dimatangkan dari sekedar konsep untuk kemudian diimplementasikan dengan baik oleh perusahaan.
(akr)