Freeport Klaim Capai Kesepakatan Baru dengan Indonesia Tahun ini

Jum'at, 09 Juni 2017 - 11:25 WIB
Freeport Klaim Capai Kesepakatan Baru dengan Indonesia Tahun ini
Freeport Klaim Capai Kesepakatan Baru dengan Indonesia Tahun ini
A A A
TORONTO - Chief Financial Officer (CFO) Freeport-McMoRan Inc Kathleen Quirk mengatakan bahwa perusahaan pertambangan tembaga terbesar di dunia ini telah berada pada jalur untuk mendapatkan kesepakatan pertambangan baru dengan Indonesia tahun ini, tepatnya di tambang Grasberg, Papua.

Seperti dikutip dari Reuters, Jumat (9/6/2017), perusahaan yang berbasis di Arizona itu melanjutkan ekspor konsentrat tembaga dari Grasberg, tambang tembaga terbesar kedua di dunia pada April setelah behenti 15 pekan terkait dengan sengketa pemerintah mengenai hak penambangan.

Freeport telah merencanakan untuk meningkatkan produksi, yang sempat berhenti karena terjadi pemadaman listrik. Saham Freeport naik 2,6% menjadi USD12,03 per saham pada perdagangan sore kemarin.

Pemerintah Indonesia menghentikan ekspor konsentrat tembaga Freeport pada Januari, di bawah peraturan baru yang mewajibkan penambang untuk meemperbarui kontrak, membayar pajak dan royalti baru, melepaskan 51% saham ke pemerintah dan menyerahkan hak-hak arbitrase.

Quirk mengatakan, Freeport yang kontraknya akan berakhir pada 2021 dengan dua perpanjangan 10 tahun, hanya akan menyetujui untuk merevisi kontrak disertai dengan perjanjian stabilitas investasi dan kepastian hukum serta fiskal saat ini.

"Kami pikir kami berada di jalur untuk bisa menyelesaikannya pada tahun ini dan itu adalah prioritas utama kami," kata dia.

Menurutnya, tanpa kesepakatan tersebut, Freeport tidak mungkin terus berinvestasi di Indonesia, perusahaan ini telah menghabiskan USD3 miliar untuk proyek transisi Grasberg ke tambang bawah tanah.

Produksi dari proyek tersebut, sekitar setengahnya dari selesai yang ditargetkan pada 2018 atau 2019. Sementara itu, Freeport masih bergulat dengan masalah tenaga kerja.

Tenaga kerja yang didominasi kontraktor di Indonesia telah berkurang menjadi sekitar 26.000 pekerja saat ini dari sebelumnya sekitar 33.000 pada awal 2017.

Dia juga menuturkan, setelah pembatasan ekspor, Freeport telah melakukan pengehentian sementara sekitar 3.000 pekerja pada kuartal pertama. Freeport kemudian menganggap bahwa sekitar 3.000 karyawan tetap dan 1.000 kontraktor telah mengundurkan diri.

Freeport, lanjut dia, saat ini sedang pekerja tambahan dan menawarkan kesempatan bagi pekerja yang dianggap mengundurkan diri untuk dapat mengajukan permohonan kembali melalui perusahaan kontraktor.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2206 seconds (0.1#10.140)