Freeport Didekati Investor China untuk Bangun Smelter di Weda Bay, Halmahera
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Freeport Indonesia (PTFI) menjajaki untuk memilih untuk membuka pabrik pemurnian atau smelter tembaga di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara. Saat ini PT Freeport saat ini sedang membahas potensi kerja sama dengan investor asal China, Tsingshan Steel yang merupakan salah satu investor di PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) yang berlokasi di Halmahera.
"Memang benar bahwa kami di-approach (didekati) oleh Tsingshan yang berkeinginan juga untuk membangun pabrik tembaga di Halmahera dan kami masih dalam tahap pembicaraan," kata Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas dalam rapat dengan komisi VII DPR RI.
(Baca Juga: Ingkar Janji Bangun Smelter, Menteri ESDM Tegur Freeport )
Pemerintah sebenarnya membuka dua pilihan untuk lokasi smelter tembaga PT Freeport Indonesia. Pertama adalah di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur. Sedangkan pilihan kedua bertempat di Kawasan Industri Weda Bay milik PT IWIP, Halmahera Tengah.
Perwakilan dari pemerintah dalam hal ini Mining Industry Indonesia (MIND ID) sebagai holding milik BUMN, melalui Direktur Utama Orias Petrus Moedak mendukung rencana PT Freeport Indonesia untuk menggandeng Tsingshan tersebut dan memilih lokasi di Weda Bay.
Namun Orias mensyaratkan, bahwa biaya pembangunannya nanti harus lebih kecil dibanding hitungan awal di Gresik yang membutuhkan investasi sebesar USD3 miliar, di mana MIND ID selaku induk usaha harus menanggung beban USD1,2 miliar hingga USD1,5 miliar. Sedangkan jika smelter tersebut dibangun di Weda Bay, nilai proyeknya diperkirakan akan turun menjadi USD1,8 miliar.
“Jadi, kami mendukung (smelter di Halmahera). Tapi saat ini semua masih dalam tahap awal pembicaraan,” kata Orias dalam kesempatan yang sama.
(Baca Juga: BKPM Dibikin Happy Sekali, Investor Smelter Bangun Politeknik di Konawe )
Kesepakatan antara Freeport dengan Tsingshan nampaknya masih akan membutuhkan waktu lebih lama. "Kami mau melangkah cepat, tapi kita juga paham dalam waktu dekat ini dengan tsingshan akan hadapi dua kali tahun baru, sekarang februari (imlek) yang memang akan berdampak pada seberapa cepat keputusan-keputusan penting diambil," kata Orias.
Freeport sendiri hingga kini masih menanti keputusan final dari pemerintah, sambil terus melakukan pembicaraan dengan Tsingshan. Meskipun demikian, Tony Wenas mengatakan perusahaan nantinya akan memilih opsi yang paling ekonomis. “Kami tentu lebih prefer ke Halmahera,” ujar Tony masih dalam rapat tersebut.
"Memang benar bahwa kami di-approach (didekati) oleh Tsingshan yang berkeinginan juga untuk membangun pabrik tembaga di Halmahera dan kami masih dalam tahap pembicaraan," kata Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas dalam rapat dengan komisi VII DPR RI.
(Baca Juga: Ingkar Janji Bangun Smelter, Menteri ESDM Tegur Freeport )
Pemerintah sebenarnya membuka dua pilihan untuk lokasi smelter tembaga PT Freeport Indonesia. Pertama adalah di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur. Sedangkan pilihan kedua bertempat di Kawasan Industri Weda Bay milik PT IWIP, Halmahera Tengah.
Perwakilan dari pemerintah dalam hal ini Mining Industry Indonesia (MIND ID) sebagai holding milik BUMN, melalui Direktur Utama Orias Petrus Moedak mendukung rencana PT Freeport Indonesia untuk menggandeng Tsingshan tersebut dan memilih lokasi di Weda Bay.
Namun Orias mensyaratkan, bahwa biaya pembangunannya nanti harus lebih kecil dibanding hitungan awal di Gresik yang membutuhkan investasi sebesar USD3 miliar, di mana MIND ID selaku induk usaha harus menanggung beban USD1,2 miliar hingga USD1,5 miliar. Sedangkan jika smelter tersebut dibangun di Weda Bay, nilai proyeknya diperkirakan akan turun menjadi USD1,8 miliar.
“Jadi, kami mendukung (smelter di Halmahera). Tapi saat ini semua masih dalam tahap awal pembicaraan,” kata Orias dalam kesempatan yang sama.
(Baca Juga: BKPM Dibikin Happy Sekali, Investor Smelter Bangun Politeknik di Konawe )
Kesepakatan antara Freeport dengan Tsingshan nampaknya masih akan membutuhkan waktu lebih lama. "Kami mau melangkah cepat, tapi kita juga paham dalam waktu dekat ini dengan tsingshan akan hadapi dua kali tahun baru, sekarang februari (imlek) yang memang akan berdampak pada seberapa cepat keputusan-keputusan penting diambil," kata Orias.
Freeport sendiri hingga kini masih menanti keputusan final dari pemerintah, sambil terus melakukan pembicaraan dengan Tsingshan. Meskipun demikian, Tony Wenas mengatakan perusahaan nantinya akan memilih opsi yang paling ekonomis. “Kami tentu lebih prefer ke Halmahera,” ujar Tony masih dalam rapat tersebut.
(akr)