Jika 2021 Pertumbuhan Ekonomi Masih Minus, Ekonom: RI Bisa Depresi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonom senior Raden Pardede menyatakan bahwa bila pertumbuhan ekonomi negatif di kuartal III/2020 maka Indonesia akan mengalami resesi. Begitu pula juga di kuartal IV, jika negatif maka masih disebut resesi.
Lebih lanjut, manakala resesi berkelanjutan dan berlangsung lama bisa berujung pada depresi atau kebangkrutan dalam perekonomian. "Kalau tahun depan masih negatif berarti depresi ekonomi. Maka, ini harus dilakukan pencegahan di kuartal III agar jangan negatif," Kata Raden dalam diskusi secara virtual, Senin (3/8/2020). (Baca: RI Diramal Terjun ke Jurang Resesi Kuartal III/2020, Ekonomi China Malah Juara )
Untuk menghindari resesi ini, lanjut Raden, pemerintah harus memberikan rasa aman dan sehat kepada masyarakat. Tujuannya, agar masyarakat percaya diri dalam membelanjakan uangnya.
"Guna menghindari resesi ini, prasyarat di awal harus timbul dulu rasa aman dan sehat. Jangan hanya memusatkan perhatian ke ekonomi," jelasnya. (Baca juga: Dunia Masih Belum Aman dari Ancaman Asteroid )
Dia menambahkan, saat ini masyarakat yang punya uang cenderung wait and see. Mereka cenderung menabung dibandingkan mengeluarkan uangnya, seperti investasi, belanja dan lain-lain. (Baca juga: Putusan Banding Perkuat Vonis Eks Dirut Garuda Emirsyah Satar )
"Kita tak bisa seperti negara maju lockdown (karantina wilayah dalam waktu yang lama). Apa yang paling maksimum yang bisa kita lakukan di situasi seperti sekarang? TLI: Tes, Lacak dan Isolasi. Itu harus dilakukan. Ini akan menjadi fokus beberapa bulan ke depan," tegasnya.
Lebih lanjut, manakala resesi berkelanjutan dan berlangsung lama bisa berujung pada depresi atau kebangkrutan dalam perekonomian. "Kalau tahun depan masih negatif berarti depresi ekonomi. Maka, ini harus dilakukan pencegahan di kuartal III agar jangan negatif," Kata Raden dalam diskusi secara virtual, Senin (3/8/2020). (Baca: RI Diramal Terjun ke Jurang Resesi Kuartal III/2020, Ekonomi China Malah Juara )
Untuk menghindari resesi ini, lanjut Raden, pemerintah harus memberikan rasa aman dan sehat kepada masyarakat. Tujuannya, agar masyarakat percaya diri dalam membelanjakan uangnya.
"Guna menghindari resesi ini, prasyarat di awal harus timbul dulu rasa aman dan sehat. Jangan hanya memusatkan perhatian ke ekonomi," jelasnya. (Baca juga: Dunia Masih Belum Aman dari Ancaman Asteroid )
Dia menambahkan, saat ini masyarakat yang punya uang cenderung wait and see. Mereka cenderung menabung dibandingkan mengeluarkan uangnya, seperti investasi, belanja dan lain-lain. (Baca juga: Putusan Banding Perkuat Vonis Eks Dirut Garuda Emirsyah Satar )
"Kita tak bisa seperti negara maju lockdown (karantina wilayah dalam waktu yang lama). Apa yang paling maksimum yang bisa kita lakukan di situasi seperti sekarang? TLI: Tes, Lacak dan Isolasi. Itu harus dilakukan. Ini akan menjadi fokus beberapa bulan ke depan," tegasnya.
(ind)