Menakar Peluang dan Pengembangan Talenta untuk Data Center di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dunia yang semakin terhubung berkat digitalisasi menempatkan data center pada peran pentingnya untuk menampung dan mengelola sejumlah besar informasi yang dihasilkan oleh individu, bisnis, dan pemerintah. Data center menjadi tulang punggung teknologi modern, mendukung terlaksananya edge computing hingga artificial intelligence.
Namun seiring dengan meningkatnya permintaan data center secara eksponensial, ada masalah mendesak yang menjadi tantangan besar: kekurangan talenta digital di industri yang sangat penting ini.
"Saat ini, kebutuhan talenta di bidang Teknologi Informasi Komputer/TIK nasional mencapai sekitar 9 juta orang dalam waktu 15 tahun sejak 2020 hingga 2035 atau sekitar 600 ribu talenta per tahun. Jika industri data center membutuhkan 1% saja per bulan, berarti dibutuhkan 500 talenta yang bersertifikasi," ujar Data Center Business Vice President, Schneider Electric Indonesia, Yana Haikal.
Sedangkan hal ini masih belum dapat dipenuhi oleh suplai tenaga kerja yang ada di pasaran (Indonesian Data Center Provider Organization/IDPRO).
Sementara itu, data center nasional terus mengalami peningkatan permintaan volume dan kualitas layanan dari pelanggan seiring dengan tumbuhnya penggunaan teknologi digital, dukungan pemerintah, dan kemudahan akses infrastruktur telekomunikasi – termasuk meningkatnya kebutuhan untuk smart industry dan smart building dengan kendali jarak jauh berbasis internet.
Volume diharapkan tumbuh dari USD2,06 miliar pada tahun 2023 menjadi USD 3,98 miliar pada tahun 2028, dengan pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) sebesar 14,09% selama periode perkiraan 2023-2028.
Sebagai bagian partisipasi dalam membangun industri data center yang efisien, adaptif, dan tangguh. Schneider Electric menawarkan serangkaian solusi dan layanan untuk data center, termasuk jaringan data center, infrastruktur, keberlanjutan, dan pendinginan.
Schneider Electric juga secara aktif melakukan kerjasama lintas sektor, termasuk dengan pemerintah, swasta, asosiasi, individu, dan media untuk menawarkan berbagai solusi yang dapat membantu mengatasi kekurangan talenta data center.
Saat ini, ekosistem industri data center di Indonesia telah melakukan berbagai kerjasama dalam hal rekrutmen, pelatihan, dan promosi kesempatan bekerja yang luas bagi para talenta data center yang terampil dan bersertifikasi dengan cara yang modern dan pendekatan yang inovatif.
Untuk menjembatani kesenjangan talenta data center, perlu dilakukan beberapa langkah berikut ini:
Di Indonesia, berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), pekerja lepas telah mencapai 46,47 juta orang atau sekitar 32% dari total angkatan kerja yang mencapai 146,62 juta jiwa pada Februari 2023.
Sementara itu menurut Google, khusus untuk ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar USD 146 miliar pada tahun 2025 yang juga membuka peluang baru untuk gig economy.
Perusahaan data center memiliki kesempatan untuk memanfaatkan kumpulan pekerja lepas yang terus bertambah untuk mengakses berbagai talenta profesional yang mudah beradaptasi dan dengan cepat menjalankan proyek tanpa perlu prosedur perekrutan yang memakan waktu.
Selain itu, pekerja lepas dapat dibawa ke dalam tim dalam jangka pendek untuk menangani tugas-tugas non-inti atau mengelola lonjakan permintaan. Fleksibilitas ini memungkinkan perusahaan untuk tetap lincah dan tanggap terhadap perubahan kebutuhan bisnis sekaligus membantu mengendalikan biaya.
Dalam banyak kasus, pekerja non-teknis mungkin memiliki kemampuan unik dengan potensi yang saling menguatkan talenta teknis dalam ekosistem industri data center. Perubahan persyaratan pekerjaan dapat menciptakan kumpulan talenta yang lebih inklusif dan beragam. Termasuk program pelatihan dan sertifikasi yang menjembatani kesenjangan antara talenta non-teknis dan persyaratan data center dapat membantu para individu tersebut untuk memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk sukses di lapangan.
Di Indonesia sendiri, Nusantara Data Center Academy adalah salah satu lembaga yang menawarkan program pendidikan khusus data center yang terbagi menjadi dua lajur utama.
Lajur pertama adalah penciptaan tenaga kerja baru yang dihasilkan dari sekolah dan politeknik berbasis vokasi; sedangkan lajur kedua adalah up-skilling dan re-skilling pekerja di ekosistem data center nasional, berbasis sertifikasi profesi yang diakui secara global.
Akademi ini bertujuan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja berkualitas di industri data center dalam rangka penguatan ekonomi digital Indonesia.Diharapkan dengan mengembangkan talenta data center non-teknis, Indonesia dapat memenuhi kebutuhan industri data center yang terus meningkat.
Di samping itu, mentoring dapat membantu mendukung pertumbuhan profesional karyawan senior dan junior yang berkelanjutan. Dengan memasangkan para profesional yang berpengalaman dengan mereka yang baru memulai kariernya, program bimbingan dapat membantu mengembangkan keterampilan dan memberikan panduan untuk membantu menjembatani kesenjangan keterampilan.
Platform pengembangan talenta profesional khusus seperti Schneider Electric University juga dapat membantu menutup kesenjangan keterampilan di industri data center dengan membantu para pelaku industri untuk meningkatkan keterampilan mereka dan mengikuti perkembangan teknologi, keberlanjutan, dan efisiensi energi yang baru.
"Schneider Electric bersama dengan IDPRO, pemerintah, kalangan industri, para pakar di bidang data center, dibantu oleh media juga terus mengkampanyekan pentingnya membangun talenta data center yang terampil dan berserfitikasi untuk memanfaatkan peluang yang terbuka lebar untuk mewujudkan manajemen energi dan otomatisasi berbasis data center yang andal dan berkelanjutan di Indonesia," ungkapnya.
Kekurangan talenta data center merupakan masalah yang serius, namun bukan berarti tidak dapat diatasi. Dengan mengambil langkah-langkah untuk menciptakan talenta yang lebih beragam dan inklusif, industri ini akan tumbuh subur, berkembang, dan memenuhi potensi digitalisasi.
Namun seiring dengan meningkatnya permintaan data center secara eksponensial, ada masalah mendesak yang menjadi tantangan besar: kekurangan talenta digital di industri yang sangat penting ini.
"Saat ini, kebutuhan talenta di bidang Teknologi Informasi Komputer/TIK nasional mencapai sekitar 9 juta orang dalam waktu 15 tahun sejak 2020 hingga 2035 atau sekitar 600 ribu talenta per tahun. Jika industri data center membutuhkan 1% saja per bulan, berarti dibutuhkan 500 talenta yang bersertifikasi," ujar Data Center Business Vice President, Schneider Electric Indonesia, Yana Haikal.
Sedangkan hal ini masih belum dapat dipenuhi oleh suplai tenaga kerja yang ada di pasaran (Indonesian Data Center Provider Organization/IDPRO).
Sementara itu, data center nasional terus mengalami peningkatan permintaan volume dan kualitas layanan dari pelanggan seiring dengan tumbuhnya penggunaan teknologi digital, dukungan pemerintah, dan kemudahan akses infrastruktur telekomunikasi – termasuk meningkatnya kebutuhan untuk smart industry dan smart building dengan kendali jarak jauh berbasis internet.
Volume diharapkan tumbuh dari USD2,06 miliar pada tahun 2023 menjadi USD 3,98 miliar pada tahun 2028, dengan pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) sebesar 14,09% selama periode perkiraan 2023-2028.
Upaya Memanfaatkan Talenta Digital Data Center
Sebuah laporan dari Uptime Institute mengindikasikan bahwa pada tahun 2025, setidaknya dibutuhkan 2,3 juta staf untuk menjalankan dan mengelola data center secara global, dengan permintaan yang sebagian besar berasal dari perusahaan raksasa internet dan penyedia layanan colocation di Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika.Sebagai bagian partisipasi dalam membangun industri data center yang efisien, adaptif, dan tangguh. Schneider Electric menawarkan serangkaian solusi dan layanan untuk data center, termasuk jaringan data center, infrastruktur, keberlanjutan, dan pendinginan.
Schneider Electric juga secara aktif melakukan kerjasama lintas sektor, termasuk dengan pemerintah, swasta, asosiasi, individu, dan media untuk menawarkan berbagai solusi yang dapat membantu mengatasi kekurangan talenta data center.
Saat ini, ekosistem industri data center di Indonesia telah melakukan berbagai kerjasama dalam hal rekrutmen, pelatihan, dan promosi kesempatan bekerja yang luas bagi para talenta data center yang terampil dan bersertifikasi dengan cara yang modern dan pendekatan yang inovatif.
Untuk menjembatani kesenjangan talenta data center, perlu dilakukan beberapa langkah berikut ini:
- Merangkul gig economy untuk memenuhi kebutuhan talenta teknologi
Gig economy, yang ditandai dengan kontrak jangka pendek atau pekerjaan lepas, saat ini dengan cepat mendapatkan popularitas dan menjadi lebih umum di seluruh dunia.Di Indonesia, berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), pekerja lepas telah mencapai 46,47 juta orang atau sekitar 32% dari total angkatan kerja yang mencapai 146,62 juta jiwa pada Februari 2023.
Sementara itu menurut Google, khusus untuk ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar USD 146 miliar pada tahun 2025 yang juga membuka peluang baru untuk gig economy.
Perusahaan data center memiliki kesempatan untuk memanfaatkan kumpulan pekerja lepas yang terus bertambah untuk mengakses berbagai talenta profesional yang mudah beradaptasi dan dengan cepat menjalankan proyek tanpa perlu prosedur perekrutan yang memakan waktu.
Selain itu, pekerja lepas dapat dibawa ke dalam tim dalam jangka pendek untuk menangani tugas-tugas non-inti atau mengelola lonjakan permintaan. Fleksibilitas ini memungkinkan perusahaan untuk tetap lincah dan tanggap terhadap perubahan kebutuhan bisnis sekaligus membantu mengendalikan biaya.
- Mengakui pentingnya talenta non-teknis yang dapat ditransfer
Pengelolaan data center membutuhkan beragam keahlian di luar keahlian teknis. Individu dengan latar belakang di berbagai bidang seperti manajemen proyek, logistik, layanan pelanggan, dan bahkan seni dapat memiliki keterampilan yang dapat dialihkan yang sangat sesuai untuk mengoperasikan data center. Dengan memanfaatkan kumpulan talenta ini, maka para pemain data center dapat mengakses lebih banyak talenta profesional yang mudah beradaptasi dan dapat berkontribusi pada proyek tanpa perlu prosedur perekrutan yang memakan waktu.Dalam banyak kasus, pekerja non-teknis mungkin memiliki kemampuan unik dengan potensi yang saling menguatkan talenta teknis dalam ekosistem industri data center. Perubahan persyaratan pekerjaan dapat menciptakan kumpulan talenta yang lebih inklusif dan beragam. Termasuk program pelatihan dan sertifikasi yang menjembatani kesenjangan antara talenta non-teknis dan persyaratan data center dapat membantu para individu tersebut untuk memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk sukses di lapangan.
Di Indonesia sendiri, Nusantara Data Center Academy adalah salah satu lembaga yang menawarkan program pendidikan khusus data center yang terbagi menjadi dua lajur utama.
Lajur pertama adalah penciptaan tenaga kerja baru yang dihasilkan dari sekolah dan politeknik berbasis vokasi; sedangkan lajur kedua adalah up-skilling dan re-skilling pekerja di ekosistem data center nasional, berbasis sertifikasi profesi yang diakui secara global.
Akademi ini bertujuan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja berkualitas di industri data center dalam rangka penguatan ekonomi digital Indonesia.Diharapkan dengan mengembangkan talenta data center non-teknis, Indonesia dapat memenuhi kebutuhan industri data center yang terus meningkat.
- Pentingnya mentorship sebagai alat untuk menarik dan menginspirasi talenta
Untuk mendukung ketersediaan talenta data center generasi berikutnya, para pemimpin dapat berperan dalam menginspirasi generasi muda untuk mempertimbangkan karier di bidang teknologi. Hal ini dapat dicapai melalui program magang yang berhubungan dengan bidang Teknologi Informasi/TI.Di samping itu, mentoring dapat membantu mendukung pertumbuhan profesional karyawan senior dan junior yang berkelanjutan. Dengan memasangkan para profesional yang berpengalaman dengan mereka yang baru memulai kariernya, program bimbingan dapat membantu mengembangkan keterampilan dan memberikan panduan untuk membantu menjembatani kesenjangan keterampilan.
Platform pengembangan talenta profesional khusus seperti Schneider Electric University juga dapat membantu menutup kesenjangan keterampilan di industri data center dengan membantu para pelaku industri untuk meningkatkan keterampilan mereka dan mengikuti perkembangan teknologi, keberlanjutan, dan efisiensi energi yang baru.
"Schneider Electric bersama dengan IDPRO, pemerintah, kalangan industri, para pakar di bidang data center, dibantu oleh media juga terus mengkampanyekan pentingnya membangun talenta data center yang terampil dan berserfitikasi untuk memanfaatkan peluang yang terbuka lebar untuk mewujudkan manajemen energi dan otomatisasi berbasis data center yang andal dan berkelanjutan di Indonesia," ungkapnya.
Kekurangan talenta data center merupakan masalah yang serius, namun bukan berarti tidak dapat diatasi. Dengan mengambil langkah-langkah untuk menciptakan talenta yang lebih beragam dan inklusif, industri ini akan tumbuh subur, berkembang, dan memenuhi potensi digitalisasi.
(akr)