Mengungkap Keandalan Perusahaan EPC Indonesia Merancang Fasilitas Energi Bersih
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengalaman PT Rekayasa Industri ( Rekind ) membangun pabrik amonia dan urea serta pengembangan listrik bersih menyimpan nilai tambah besar. Rekind berpotensi kuat memainkan peran penting dan strategis dalam penyediaan dan pengembangan teknologi energi berbahan dasar kimia bersih, yaitu green ammonia (amonia hijau).
Anak perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) itu, selaku perusahaan EPC (engineering, procurement, construction), nasional punya track record kuat merancang bangun pabrik amonia terbanyak dan terlengkap di Indonesia.
Apalagi, kini amonia jadi pusat perhatian karena senyawa ini digadang-gadang menjadi salah satu jawaban dunia atas tantangan peralihan dari penggunaan bahan bakar fosil ke bahan bakar dengan emisi gas rumah kaca yang rendah atau bahkan nol.
“Rekind memiliki peran strategis dalam mendukung program pemerintah untuk melahirkan energi bersih berbasis amonia, terutama ditinjau dari bekal pengalamannya membangun pabrik pupuk, pembangkit listrik tenaga panas bumi dan kemampuannya di bidang removal (pemisahan zat karbon dioksida) yang dikenal memiliki tingkat kesulitan tinggi,” ujar Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih dalam keterangannya, Selasa (10/10/2023).
Yani, sapaan akrab Triyani, menegaskan dalam mewujudkan energi berbasis senyawa amonia, Rekind tidak bisa berjalan sendirian. Harus ada kolaborasi dengan sejumlah pihak terkait. Lingkup pengerjaan Rekind baru sebatas di hulu atau hilir saja, belum secara keseluruhan.
Untuk pengembangan blue ammonia, Rekind bisa berperan lebih dominan dalam memisahkan CO2. Keahlian ini sudah dibuktikan Rekind ketika menggarap Proyek Kilang Gas Jambaran Tiung Biru (JTB). Di Proyek Strategis Nasional ini, Rekind mengedepankan keahlian SDM-nya dalam mendesain proses pemurnian gas alam.
Komposisi gas alam mentah yang diekstraksi dari sumur produksi ditinjau secara seksama. Kemudian dilanjutkan ke proses pemurnian khusus yang sering disebut dengan sweetening process. Setelah memisahkan cairan/air pada separator di hulu, dilakukan tahapan pemurnian gas alam dari pengotor yang tidak diinginkan dengan mengaplikasikan teknologi Glycol-based-Solvent dan CO2 Membrane Separation.
“Proses pemisahan gas dengan menggunakan teknologi ini jauh lebih sempurna dibandingkan menggunakan teknologi sebelumnya,” ujar Yani.
Keahlian lainnya adalah pipeline system dan Rekind berpengalaman dalam pembentangan pipa untuk mengalirkan CO2 dari sumber produksi menuju lubang perut bumi. Bekal kemampuannya itu berdasarkan pada pengalaman di bidang pipeline dalam menunjang kegiatan migas, termasuk di dalamnya untuk proyek pipa gas yang ‘fenomenal’ Sumatera – Cilegon bekerja sama dengan Nippon Steel.
“Pengalaman Rekind baru sampai di sini. Sedangkan untuk menginjeksikan CO2 ke perut bumi bisa dilakukan oleh pihak lain yang memiliki kemampuan tersebut,” ujarnya.
Terkait kemampuan memisahkan senyawa CO2, sebelumnya di tahun 2002 Rekind juga pernah menggarap proyek CO2 Removal Subang untuk menurunkan kandungan CO2 dari beberapa sumur gas milik PT Pertamina (Persero) yang cukup tinggi, sekitar 23%, sedangkan persyaratan gas yang harus disuplai ke konsumen maksimal 5%.
Sementara untuk pengembangan green ammonia, Rekind bisa berperan lebih menonjol dalam mengembangkan dan membangun PLTP sebagai sumber energi bersih, selain Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB).
Rekind juga berpengalaman dalam pemurnian gas nitrogen dari udara menggunakan Pressure Swing Absorber (PSA) maupun dengan menggunakan Cryogenic. Nitrogen yang dihasilkan pun bisa memiliki kemurnian hingga 99%, sehingga sangat cocok untuk digunakan dalam reaktor Amonia.
Rekind adalah satu-satunya perusahaan EPC nasional yang berhasil merancang bangun pabrik amonia (termasuk di dalamnya teknologi pereaksian gas hidrogen dan nitrogen dalam reaktor amonia) tanpa bekerja sama dengan partner EPC dari luar negeri. Ini adalah salah satu spesialisasi Rekind. Meskipun pabrik amonia yang dirancang bangun Rekind masih menggunakan bahan bakar fosil.
Anak perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) itu, selaku perusahaan EPC (engineering, procurement, construction), nasional punya track record kuat merancang bangun pabrik amonia terbanyak dan terlengkap di Indonesia.
Apalagi, kini amonia jadi pusat perhatian karena senyawa ini digadang-gadang menjadi salah satu jawaban dunia atas tantangan peralihan dari penggunaan bahan bakar fosil ke bahan bakar dengan emisi gas rumah kaca yang rendah atau bahkan nol.
“Rekind memiliki peran strategis dalam mendukung program pemerintah untuk melahirkan energi bersih berbasis amonia, terutama ditinjau dari bekal pengalamannya membangun pabrik pupuk, pembangkit listrik tenaga panas bumi dan kemampuannya di bidang removal (pemisahan zat karbon dioksida) yang dikenal memiliki tingkat kesulitan tinggi,” ujar Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih dalam keterangannya, Selasa (10/10/2023).
Yani, sapaan akrab Triyani, menegaskan dalam mewujudkan energi berbasis senyawa amonia, Rekind tidak bisa berjalan sendirian. Harus ada kolaborasi dengan sejumlah pihak terkait. Lingkup pengerjaan Rekind baru sebatas di hulu atau hilir saja, belum secara keseluruhan.
Untuk pengembangan blue ammonia, Rekind bisa berperan lebih dominan dalam memisahkan CO2. Keahlian ini sudah dibuktikan Rekind ketika menggarap Proyek Kilang Gas Jambaran Tiung Biru (JTB). Di Proyek Strategis Nasional ini, Rekind mengedepankan keahlian SDM-nya dalam mendesain proses pemurnian gas alam.
Komposisi gas alam mentah yang diekstraksi dari sumur produksi ditinjau secara seksama. Kemudian dilanjutkan ke proses pemurnian khusus yang sering disebut dengan sweetening process. Setelah memisahkan cairan/air pada separator di hulu, dilakukan tahapan pemurnian gas alam dari pengotor yang tidak diinginkan dengan mengaplikasikan teknologi Glycol-based-Solvent dan CO2 Membrane Separation.
“Proses pemisahan gas dengan menggunakan teknologi ini jauh lebih sempurna dibandingkan menggunakan teknologi sebelumnya,” ujar Yani.
Keahlian lainnya adalah pipeline system dan Rekind berpengalaman dalam pembentangan pipa untuk mengalirkan CO2 dari sumber produksi menuju lubang perut bumi. Bekal kemampuannya itu berdasarkan pada pengalaman di bidang pipeline dalam menunjang kegiatan migas, termasuk di dalamnya untuk proyek pipa gas yang ‘fenomenal’ Sumatera – Cilegon bekerja sama dengan Nippon Steel.
“Pengalaman Rekind baru sampai di sini. Sedangkan untuk menginjeksikan CO2 ke perut bumi bisa dilakukan oleh pihak lain yang memiliki kemampuan tersebut,” ujarnya.
Terkait kemampuan memisahkan senyawa CO2, sebelumnya di tahun 2002 Rekind juga pernah menggarap proyek CO2 Removal Subang untuk menurunkan kandungan CO2 dari beberapa sumur gas milik PT Pertamina (Persero) yang cukup tinggi, sekitar 23%, sedangkan persyaratan gas yang harus disuplai ke konsumen maksimal 5%.
Sementara untuk pengembangan green ammonia, Rekind bisa berperan lebih menonjol dalam mengembangkan dan membangun PLTP sebagai sumber energi bersih, selain Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB).
Rekind juga berpengalaman dalam pemurnian gas nitrogen dari udara menggunakan Pressure Swing Absorber (PSA) maupun dengan menggunakan Cryogenic. Nitrogen yang dihasilkan pun bisa memiliki kemurnian hingga 99%, sehingga sangat cocok untuk digunakan dalam reaktor Amonia.
Baca Juga
Rekind adalah satu-satunya perusahaan EPC nasional yang berhasil merancang bangun pabrik amonia (termasuk di dalamnya teknologi pereaksian gas hidrogen dan nitrogen dalam reaktor amonia) tanpa bekerja sama dengan partner EPC dari luar negeri. Ini adalah salah satu spesialisasi Rekind. Meskipun pabrik amonia yang dirancang bangun Rekind masih menggunakan bahan bakar fosil.
(uka)