Dampak Perang Hamas vs Israel, Menteri Iran: Harga Minyak Akan Capai USD100 per Barel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perang antara pejuang Hamas dan Israel diprediksi bisa menimbulkan salah satu risiko geopolitik paling signifikan terhadap pasar minyak sejak invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu. Reuters, Sabtu (14/10/2023), melaporkan, berbeda dengan Rusia, salah satu produsen minyak dan gas terbesar di dunia, Israel memiliki produksi energi yang sangat sedikit.
Namun ada risiko bahwa perang ini dapat menyebar ke negara-negara produsen energi utama di Timur Tengah dan memengaruhi aliran minyak dan gas. Para analis dan pengamat pasar menunjukkan beberapa potensi komplikasi besar jika konflik meningkat.
Pertama, AS dapat memperketat atau meningkatkan penerapan sanksi terhadap Iran jika terlibat dalam serangan Hamas terhadap Israel, yang selanjutnya dapat membebani pasar minyak yang sudah kekurangan pasokan. Iran dapat membalas dengan mengganggu aliran energi dari negara-negara tetangga OPEC melalui Selat Hormuz.
Rob Thummel, manajer portofolio senior di Tortoise Capital, mengatakan harga minyak tidak akan naik secara substansial kecuali ada gangguan di Selat Hormuz yang disebabkan oleh Iran atau negara lain. Selat itu merupakan jalur minyak terpenting di dunia yang membawa seperlima pasokan global.
Kedua, kesepakatan yang ditengahi oleh Washington untuk menormalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel bisa saja gagal. Padahal normalisasi hubungan itu dapat membuat Arab Saudi meningkatkan produksi minyaknya.
Sejauh ini minyak mentah Brent melonjak lebih dari USD5 menjadi di atas USD90 per barel selama seminggu terakhir sejak Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel pada 7 Oktober. Namun, analis mengakui bahwa situasinya berbeda dari krisis minyak tahun 1973 ketika Arab Saudi mempelopori embargo yang ditargetkan pada negara-negara yang mendukung Israel selama Perang Yom Kippur, sehingga menyebabkan harga meroket.
Arab Saudi dan Rusia telah mengumumkan pengurangan pasokan secara sukarela hingga akhir tahun 2023, sehingga mendorong harga minyak ke level tertinggi dalam 10 bulan pada akhir September.
David Goldwyn, mantan utusan khusus untuk urusan energi internasional di Departemen Luar Negeri AS, mengatakan faktor fundamental akan tetap menjadi pendorong harga yang lebih besar dibandingkan perang.
Arti Konflik terhadap ekspor Iran?
Namun ada risiko bahwa perang ini dapat menyebar ke negara-negara produsen energi utama di Timur Tengah dan memengaruhi aliran minyak dan gas. Para analis dan pengamat pasar menunjukkan beberapa potensi komplikasi besar jika konflik meningkat.
Pertama, AS dapat memperketat atau meningkatkan penerapan sanksi terhadap Iran jika terlibat dalam serangan Hamas terhadap Israel, yang selanjutnya dapat membebani pasar minyak yang sudah kekurangan pasokan. Iran dapat membalas dengan mengganggu aliran energi dari negara-negara tetangga OPEC melalui Selat Hormuz.
Rob Thummel, manajer portofolio senior di Tortoise Capital, mengatakan harga minyak tidak akan naik secara substansial kecuali ada gangguan di Selat Hormuz yang disebabkan oleh Iran atau negara lain. Selat itu merupakan jalur minyak terpenting di dunia yang membawa seperlima pasokan global.
Kedua, kesepakatan yang ditengahi oleh Washington untuk menormalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel bisa saja gagal. Padahal normalisasi hubungan itu dapat membuat Arab Saudi meningkatkan produksi minyaknya.
Sejauh ini minyak mentah Brent melonjak lebih dari USD5 menjadi di atas USD90 per barel selama seminggu terakhir sejak Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel pada 7 Oktober. Namun, analis mengakui bahwa situasinya berbeda dari krisis minyak tahun 1973 ketika Arab Saudi mempelopori embargo yang ditargetkan pada negara-negara yang mendukung Israel selama Perang Yom Kippur, sehingga menyebabkan harga meroket.
Arab Saudi dan Rusia telah mengumumkan pengurangan pasokan secara sukarela hingga akhir tahun 2023, sehingga mendorong harga minyak ke level tertinggi dalam 10 bulan pada akhir September.
David Goldwyn, mantan utusan khusus untuk urusan energi internasional di Departemen Luar Negeri AS, mengatakan faktor fundamental akan tetap menjadi pendorong harga yang lebih besar dibandingkan perang.
Arti Konflik terhadap ekspor Iran?