Aksi SP JICT Dituding Ganggu Aktivitas Pelabuhan

JAKARTA - Mogok kerja yang dilakukan serikat pekerja Jakarta International Container Terminal (SP JICT) dari tanggal 3-10 Agustus mulai mendapat tanggapan negatif dari warga sekitar.

Tanggapan negatif itu ditunjukkan melalui munculnya sejak pagi hari beberapa spanduk yang bertebaran di seputar pelabuhan JICT dan Pelindo II Tanjung Priok.

Hasil pantauan media spanduk itu berisi kekesalan warga sekitar pelabuhan kepada aksi mogok SP JICT. Spanduk yang mengatasnamakan warga kecamatan tanjung priok dan kecamatan koja jakarta utara itu juga meminta agar pihak berwenang menindak tegas pekerja SP JICT yang mogok karena dianggap mengganggu kegiatan warga yang mencari nafkah disana.

Bahkan ada yang spanduk yang menyebutkan biarkan kami warga priok yang bekerja di JICT dan pecat pekerja yang mogok.

"Spanduk itu sudah ada sejak dini hari tadi. Ada beberapa orang yang memasang, namun saya tidak kenal," kata Edi, warga Lagoa Kecamatan Koja.

"Saya setuju isi spanduk itu, mereka itu (pekerja SP JICT) sering buat kegiatan pelabuhan terganggu, dikit-dikit demo, mogok, banyak warga cari nafkahnya di dalam terganggu, belum lagi macet dari demo mereka," katanya.

Hal serupa juga di alami Teguh, warga kecamatan Cilincing. "Saya setuju sama spanduk itu, mereka itu karyawan JICT denger-denger kan upahnya sudah sangat tinggi, apalagi yang mau dicari, kalau serakah sih gak ada habisnya. Saya buruh harian lepas yang cari nafkah disana gak suka terganggu gara-gara perilaku serakah itu, upah kami harian pak, " tandasnya.

Amar, sarjana yang tinggal di kecamatan Koja juga senang dengan spanduk itu.

"Saya sulit cari kerja yang sesuai dan berpenghasilan besar, kalau memang mereka itu pekerja tak nyaman lagi bekerja di JICT saya siap gantikan, sudah mapan kok masih kurang," katanya.