Permintaan Minyak Global Diramalkan Capai Puncaknya Dekade Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Permintaan minyak secara global diperkirakan bakal mencapai puncaknya pada dekade ini. Badan Energi Internasional ( International Energy Agency/IEA ) mengungkapkan, prediksinya tersebut di tengah meningkatnya popularitas mobil listrik dan pemulihan ekonomi China .
Dunia akan mengkonsumsi sebanyak 102 juta barel per hari minyak pada akhir 2020-an, dengan volume mengalami penurunan menjadi 97 juta barel per hari pada pertengahan abad ini. Kasus ini disebut sebagai 'Stated Policies Scenario', yang disampaikan dalam World Energy Outlook tahunan IEA.
"Transisi ke energi bersih terjadi di seluruh dunia dan itu tak terbendung," kata Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol dalam sebuah pernyataan dikutip dari Bloomberg.
"Klaim bahwa minyak dan gas mewakili pilihan yang aman atau terjamin untuk masa depan energi dan iklim dunia terlihat lebih lemah dari sebelumnya," lanjutnya.
Permintaan minyak di industri petrokimia, penerbangan dan perkapalan akan terus meningkat hingga 2050. Akan tetapi hal itu tidak cukup mengimbangi permintaan yang lebih rendah dari transportasi di tengah "kenaikan luar biasa dalam penjualan kendaraan listrik," kata IEA.
China yang selama bertahun-tahun mendorong pertumbuhan konsumsi minyak mentah global, akan melihat nafsu makannya melemah selama beberapa tahun ke depan, dengan total konsumsi menurun dalam jangka panjang, menurut laporan itu.
Konsumsi minyak global akan mengikuti jalur yang sama dengan permintaan hidrokarbon lainnya. "Kami berada di jalur untuk melihat semua bahan bakar fosil memuncak sebelum 2030," kata IEA.
Ini adalah pertama kalinya semua skenario yang disusun oleh badan yang berbasis di Paris untuk pasar energi global menunjukkan penurunan jangka pendek dalam konsumsi hidrokarbon. Kasus dasar IEA itu mencerminkan, kebijakan energi yang saat ini dialami oleh pemerintah di seluruh dunia dan konsekuensi berkelanjutan dari krisis energi tahun lalu.
Skenario kedua IEA, yang mengasumsikan semua pemerintah memenuhi janji energi dan iklim mereka secara penuh dan tepat waktu. Diprediksi permintaan minyak global memuncak pada level 93 juta barel per hari pada tahun 2030, dengan penurunan menjadi 55 juta barel per hari pada tahun 2050.
Yang ketiga, skenario nol emisi di mana pemanasan global dibatasi hingga 1,5C, akan membuat permintaan global jatuh menjadi 77 juta barel per hari pada tahun 2030 dan hanya di bawah 25 juta barel per hari pada tahun 2050.
Dalam kasus dasar, Rusia dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak akan mempertahankan pangsa pasar gabungan minyak mereka pada 45% hingga 48% hingga akhir dekade ini. Pada pertengahan abad ini, akan terjadi kenaikan hingga di atas 50% berkat produksi yang lebih tinggi di Arab Saudi, pemimpin OPEC de-facto.
Di sisi lain, Rusia akan kehilangan sekitar 3,5 juta barel per hari, atau kira-kira sepertiga dari produksi minyaknya pada tahun 2050, "karena (mereka) berjuang untuk mempertahankan output dari ladang yang ada atau untuk mengembangkan baru yang besar," kata IEA.
IEA juga mengasumsikan bahwa di tahun-tahun mendatang, Iran dan Venezuela akan dapat meningkatkan output mereka berkat relaksasi bertahap sanksi internasional. Namun seiring waktu kekuatan pasar produsen minyak utama akan menurun, terang agensi memperingatkan.
"Dalam menjalankan pengaruh ini mereka menguranginya, karena konsumen memiliki semakin banyak pilihan energi bersih matang yang menjadi lebih menarik," menurut laporan itu.
Dunia akan mengkonsumsi sebanyak 102 juta barel per hari minyak pada akhir 2020-an, dengan volume mengalami penurunan menjadi 97 juta barel per hari pada pertengahan abad ini. Kasus ini disebut sebagai 'Stated Policies Scenario', yang disampaikan dalam World Energy Outlook tahunan IEA.
"Transisi ke energi bersih terjadi di seluruh dunia dan itu tak terbendung," kata Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol dalam sebuah pernyataan dikutip dari Bloomberg.
"Klaim bahwa minyak dan gas mewakili pilihan yang aman atau terjamin untuk masa depan energi dan iklim dunia terlihat lebih lemah dari sebelumnya," lanjutnya.
Permintaan minyak di industri petrokimia, penerbangan dan perkapalan akan terus meningkat hingga 2050. Akan tetapi hal itu tidak cukup mengimbangi permintaan yang lebih rendah dari transportasi di tengah "kenaikan luar biasa dalam penjualan kendaraan listrik," kata IEA.
China yang selama bertahun-tahun mendorong pertumbuhan konsumsi minyak mentah global, akan melihat nafsu makannya melemah selama beberapa tahun ke depan, dengan total konsumsi menurun dalam jangka panjang, menurut laporan itu.
Konsumsi minyak global akan mengikuti jalur yang sama dengan permintaan hidrokarbon lainnya. "Kami berada di jalur untuk melihat semua bahan bakar fosil memuncak sebelum 2030," kata IEA.
Ini adalah pertama kalinya semua skenario yang disusun oleh badan yang berbasis di Paris untuk pasar energi global menunjukkan penurunan jangka pendek dalam konsumsi hidrokarbon. Kasus dasar IEA itu mencerminkan, kebijakan energi yang saat ini dialami oleh pemerintah di seluruh dunia dan konsekuensi berkelanjutan dari krisis energi tahun lalu.
Skenario kedua IEA, yang mengasumsikan semua pemerintah memenuhi janji energi dan iklim mereka secara penuh dan tepat waktu. Diprediksi permintaan minyak global memuncak pada level 93 juta barel per hari pada tahun 2030, dengan penurunan menjadi 55 juta barel per hari pada tahun 2050.
Yang ketiga, skenario nol emisi di mana pemanasan global dibatasi hingga 1,5C, akan membuat permintaan global jatuh menjadi 77 juta barel per hari pada tahun 2030 dan hanya di bawah 25 juta barel per hari pada tahun 2050.
Cengkraman OPEC
Proses dekarbonisasi ekonomi global "akan menjadi proses yang panjang dan produsen bahan bakar fosil masih tetap krusial" di tahun-tahun mendatang, menurut laporan itu.Dalam kasus dasar, Rusia dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak akan mempertahankan pangsa pasar gabungan minyak mereka pada 45% hingga 48% hingga akhir dekade ini. Pada pertengahan abad ini, akan terjadi kenaikan hingga di atas 50% berkat produksi yang lebih tinggi di Arab Saudi, pemimpin OPEC de-facto.
Di sisi lain, Rusia akan kehilangan sekitar 3,5 juta barel per hari, atau kira-kira sepertiga dari produksi minyaknya pada tahun 2050, "karena (mereka) berjuang untuk mempertahankan output dari ladang yang ada atau untuk mengembangkan baru yang besar," kata IEA.
IEA juga mengasumsikan bahwa di tahun-tahun mendatang, Iran dan Venezuela akan dapat meningkatkan output mereka berkat relaksasi bertahap sanksi internasional. Namun seiring waktu kekuatan pasar produsen minyak utama akan menurun, terang agensi memperingatkan.
"Dalam menjalankan pengaruh ini mereka menguranginya, karena konsumen memiliki semakin banyak pilihan energi bersih matang yang menjadi lebih menarik," menurut laporan itu.
(akr)