Soal Rencana Divestasi Saham di BSI, Bos BRI: Tidak Mendesak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rencana PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau BRI (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk atau BNI (BBNI) melakukan divestasi saham nya di PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dipandang tidak mendesak. Sekalipun aksi korporasi itu harus dilakukan.
Direktur Utama BRI, Sunarso mengatakan, pelepasan saham di BSI bertujuan mengoptimalisasikan portofolio perusahaan saja. Sehingga tidak harus dilakukan secara terburu-buru atau sesegera mungkin.Dia juga memastikan, divestasi saham harus berdampak positif bagi kinerja BRI hingga penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang maksimal.
"Mendesak tidak divestasi? Saya jawab tidak mendesak, karena ini bagian optimalisasi portofolio. Kita tetap fokus dua hal, value harus optimal dan maksimal, lalu GCG harus terpenuhi," ujar Sunarso saat 'Ngopi BUMN', Kamis (26/10/2023).
"Tidak ada keterpaksaan waktu, buru-buru, yang kita cari value harus maksimal dan GCG harus terpenuhi. Kita tidak mau melanggar yang dua itu," lanjut dia.
Adapun komposisi pemegang saham BSI terdiri atas PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar 50,83%, BNI 24,85%, BRI 17,25%. Sisanya adalah pemegang saham yang masing-masing di bawah 5%.
Sunarso menilai divestasi merupakan langkah tepat bagi BRI dan BSI. Dengan divestasi BSI dapat mencari mitra strategis yang mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
"Itu pertimbangan strategi bagi BRI, maka kita berniat untuk divestasi. Itu bagus untuk kita semua, duitnya buat BRI bisa untuk berkembang dan rasanya tidak ke syariah karena cukup diwakili BSI. Untuk bisnis yang spiritnya sama dengan syariah, kita sudah punya Pegadaian," bebernya.
Dia juga memastikan BRI berkomitmen menjalankan arahan Kementerian BUMN dalam membentuk satu bank syariah pelat merah yang kuat. Hal ini bertujuan meningkatkan pangsa pasar perbankan syariah di Tanah Air.
"Kalau Pegadaian konsolidasi penuh ke BRI, sedangkan di BSI itu kita tinggal punya 15 persen," papar Sunarso.
Saat ini, Kementerian BUMN masih menjajaki investor baru asal luar negeri untuk dikerjasamakan dengan Bank Syariah Indonesia. Salah satu investor yang dibidik berasal dari lembaga perbankan dan keuangan syariah asal Timur Tengah.
Direktur Utama BRI, Sunarso mengatakan, pelepasan saham di BSI bertujuan mengoptimalisasikan portofolio perusahaan saja. Sehingga tidak harus dilakukan secara terburu-buru atau sesegera mungkin.Dia juga memastikan, divestasi saham harus berdampak positif bagi kinerja BRI hingga penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang maksimal.
"Mendesak tidak divestasi? Saya jawab tidak mendesak, karena ini bagian optimalisasi portofolio. Kita tetap fokus dua hal, value harus optimal dan maksimal, lalu GCG harus terpenuhi," ujar Sunarso saat 'Ngopi BUMN', Kamis (26/10/2023).
"Tidak ada keterpaksaan waktu, buru-buru, yang kita cari value harus maksimal dan GCG harus terpenuhi. Kita tidak mau melanggar yang dua itu," lanjut dia.
Adapun komposisi pemegang saham BSI terdiri atas PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar 50,83%, BNI 24,85%, BRI 17,25%. Sisanya adalah pemegang saham yang masing-masing di bawah 5%.
Sunarso menilai divestasi merupakan langkah tepat bagi BRI dan BSI. Dengan divestasi BSI dapat mencari mitra strategis yang mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
"Itu pertimbangan strategi bagi BRI, maka kita berniat untuk divestasi. Itu bagus untuk kita semua, duitnya buat BRI bisa untuk berkembang dan rasanya tidak ke syariah karena cukup diwakili BSI. Untuk bisnis yang spiritnya sama dengan syariah, kita sudah punya Pegadaian," bebernya.
Dia juga memastikan BRI berkomitmen menjalankan arahan Kementerian BUMN dalam membentuk satu bank syariah pelat merah yang kuat. Hal ini bertujuan meningkatkan pangsa pasar perbankan syariah di Tanah Air.
"Kalau Pegadaian konsolidasi penuh ke BRI, sedangkan di BSI itu kita tinggal punya 15 persen," papar Sunarso.
Saat ini, Kementerian BUMN masih menjajaki investor baru asal luar negeri untuk dikerjasamakan dengan Bank Syariah Indonesia. Salah satu investor yang dibidik berasal dari lembaga perbankan dan keuangan syariah asal Timur Tengah.
(akr)