Harga BBM Tak Naik, Investasi Pertamina Terancam Tergerus

Kamis, 02 November 2017 - 18:40 WIB
Harga BBM Tak Naik, Investasi Pertamina Terancam Tergerus
Harga BBM Tak Naik, Investasi Pertamina Terancam Tergerus
A A A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mengakui bahwa saat ini perseroan masih belum merasakan dampak yang begitu besar atas keputusan pemerintah tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Sebab, keputusan pemerintah tersebut baru akan terasa di masa mendatang terhadap investasi Pertamina.

(Baca Juga: Harga BBM Tak Naik, Pertamina Kehilangan Hampir Rp19 Triliun)

Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengungkapkan, Pertamina diminta untuk memperbaiki struktur biaya (cost structure) dan melakukan sejumlah efisiensi. Untuk melakukan efisiensi tersebut, perseroan harus membangun sejumlah infrastruktur seperti kilang agar produksi lebih optimal dan dengan struktur biaya yang lebih efisien.

"Misalnya untuk refinery, program optimalisasi di pemasaran supaya cost kita efisien, kita harus terus menambah infrastruktur, memperbarui peralatan kita, sehingga cost transportasi kita rendah, demurage cost kita bisa diturunkan. Dan itu butuh dana," katanya saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (2/11/2017).

Dia menjelaskan, keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM akan berpengaruh terhadap program efisiensi dan pembangunan infrastruktur tersebut. Selain itu, perseroan juga mendapat mandat untuk mendistribusikan BBM satu harga ke berbagai pelosok nusantara.

"Kalau ditanya, ya kita masih survive. Walaupun dengan adanya kebijakan BBM satu harga, kita tidak dapat kenaikan harga. Tapi ini dampaknya akan ke depan. Karena kalau kita bisa dapat tambahan USD1 miliar, tentu itu bisa kita gunakan untuk akselarasi future investment kita," jelasnya.

Masih menurut Elia, pemerintah memang memberikan keberpihakan kepada Pertamina di sektor hulu migas. Namun, perseroan harus berkorban terlebih dahulu sebelum menikmati manfaat dari proyek-proyek di sektor hulu migas.

Misalnya, untuk menggarap proyek blok Mahakam, perseroan membutuhkan modal (capital expeniture/capex) sebesar USD700 juta. Padahal, perseroan baru akan mengambilalih proyek tersebut tahun depan.

Hal ini lantaran, sejak pertengahan 2015 sudah tidak ada pengeboran di Blok Mahakam dan berpotensi menurunkan produksi di blok migas tersebut. Sebab itu, BUMN migas ini butuh dana agar dapat melakukan pengeboran dari sebelumnya hanya sembilan sumur menjadi sekitar 14 sumur tahun ini.

"Dan kita belum mulai sudah spend capex USD180 juta. Jadi, kalau kita dikasih Delta Mahakam, nanti kita nikmatinya. Jadi, bukan tanpa pengorbanan. We need to invest. Karena kalau enggak, kita jatuh," tutur Elia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4643 seconds (0.1#10.140)