Ketemu Xi Jinping, Trump Akan Persempit Defisit Perdagangan

Selasa, 07 November 2017 - 06:03 WIB
Ketemu Xi Jinping, Trump Akan Persempit Defisit Perdagangan
Ketemu Xi Jinping, Trump Akan Persempit Defisit Perdagangan
A A A
BEIJING - Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada pekan ini melakukan tur ke Asia selama 14 hari. Selama berkunjung ke Benua Kuning, Trump melawatkan diri ke Jepang, Korea Selatan, China, Vietnam, dan Filipina. Yang menjadi perhatian khalayak adalah kunjungannya ke China.

Sudah bukan rahasia, Amerika Serikat dan Republik Rakyat China adalah "teman tapi musuh". Keduanya saling bersaing dan menjual pengaruh di kawasan Asia Pasifik. Hubungan keduanya pun selalu panas dingin, terlebih soal krisis nuklir di Semenanjung Korea.

Meski kunjungan Trump ke Beijing tidak banyak mengubah sikap China terhadap Korea Utara, namun diyakini pertemuan Trump dengan Presiden RRC Xi Jinping akan membuat kemajuan dalam kesepakatan perdagangan kedua negara. Trump sendiri akan tiba di Beijing pada Rabu (8/11/2017).

Melansir dari CNBC, Senin (6/11/2017), secara ekonomi, Trump diperkirakan akan fokus pada ketidakseimbangan perdagangan. Setelah Dialog Ekonomi Komprehensif Juli (sebuah sesi dialog ekonomi tahunan di Washington), kedua negara menyatakan ketertarikan mereka untuk mempersempit defisit perdagangan AS dengan China.

Dan dalam kunjungannya, Trump kemungkinan akan mengumumkan kerja sama perdagangan yang bernilai miliaran dolar demi mengatasi kesenjangan perdagangan kedua negara. Presiden flamboyan itu akan datang bersama sepasukan pengusaha dan delegasi bisnisnya.

Kesepakatan perdagangan kedua negara diperkirakan mengenai rencana China membeli produk energi dan pertanian asal Amerika, termasuk pesawat terbang dan permesinan. Hal ini terurai dari delegasi bisnis AS yang diajak ke Beijing, diantaranya Boeing, Cheniere Energy, Texas LNG Brownville, DowDuPont, dan Dewan Ekspor Kedelai AS.

Sementara CEO Goldman Sachs Lloyd Blankfein hadir dalam delegasi bersama dengan perusahaan asuransi seperti PartnerRe. Hal ini telah menimbulkan spekulasi bahwa China segera mengumumkan liberalisasi di sektor keuangan meskipun harapan untuk pergerakan struktural yang signifikan cukup rendah.

"Masalah struktural yang lebih rumit, seperti kritik AS terhadap praktik kekayaan intelektual China dan permintaan China untuk meningkatkan ekspor teknologinya ke AS untuk mengatasi defisit, tidak mungkin membuat kemajuan material dalam pertemuan mendatang," ujar ANZ Bank dalam sebuah catatan. Dan AS, kata ANZ, tidak akan membiarkan begitu saja untuk akses pasar dan transfer teknologi.

Terlepas dari kemungkinan di atas, banyak kalangan masyarakat bisnis di Amerika khawatir bahwa kebijakan Trump terhadap defisit perdagangan dengan China justru mengalihkan perhatian dari masalah yang lebih besar. Yaitu persaingan AS dan China dalam akses pasar dan kompetisi di industri masa depan.

Ketua Kamar Dagang Amerika di China, William Zarit mengatakan kepada CNBC bahwa kerja sama AS dan China akan menciptakan skenario terbaik, yaitu atas dasar timbal balik dan proaktif. "Orang China akan berminat berinvestasi jika produk AS itu benar-benar membantu orang-orang China," katanya di Beijing.

Namun Zarit mengatakan, ada juga skenario terburuk dari kerja sama perdagangan dengan China, yaitu masuknya produk China ke AS. Dan ini bisa menimbulkan perlakuan reaktif dari sisi AS, yaitu dengan membatasi investasi serta membatasi ekspor China. "Itulah yang tidak ingin kita lihat," tandasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4695 seconds (0.1#10.140)