Dirut Bank Kalsel Raih Gelar Doktor Tasbihkan Model Pembiayaan di Lingkungan Kumuh
loading...
A
A
A
BANJARMASIN - Direktur Utama (Dirut) Bank Kalsel, Agus Syabarrudin meraih gelar Doktor setelah dinyatakan lulus dalam Ujian Akhir Disertasi Program Doktor Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat (ULM) yang digelar di Ruang Seminar Lantai 2, Gedung Program Pasca Sarjana ULM Banjarmasin (5/8). Agus berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul "Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Model Pembiayaan Pada Lingkungan Kumuh di Kota Banjarmasin".
Atas hal tersebut, Agus Syabarrudin dinyatakan lulus dengan predikat Cum Laude dengan IPK 3,98 dan berhak untuk menyandang gelar Doktor sekaligus menjadikannya sebagai Dirut Bank Kalsel pertama yang memperoleh titel tersebut.
(Baca Juga: Penempatan Dana Pemerintah di BPD Jadi Terobosan Pemulihan Ekonomi )
Pada ujian tersebut, Agus diuji oleh empat orang penguji yang dipimpin langsung oleh Rektor ULM, Prof. Dr. Sutarto Hadi, M.Sc., M.Si (Ketua Sidang / Penguji 1), Dr. Nasruddin, S.Pd., M.Si (Penguji 2), Dr. H. Ahmad Yunani, SE., M.Si (Penguji 3) dan Prof. Dr. H. Abdul Hafiz Anshari, AZ., MA (Penguji Tamu). Bertindak sebagai promotor yakni Prof. Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si, co-promotor Prof. Ir. Udiansyah, MS., Ph.D., dan Dr. Ir. H. Hamdani, MS.
Dalam menyusun disertasinya, Agus Syabarrudin menjadikan Kota Banjarmasin sebagai objek penelitian. Banjarmasin sebagai kota seribu sungai dengan lingkungan kumuh dibantaran sungai dan perkotaan, memiliki penduduk miskin terbanyak, secara persentase terbesar di Kalimantan Selatan dengan menyentuh angka 14,66%.
Banjarmasin juga menunjukkan angka perkembangan pembiayaan/kredit tertinggi di Kalsel dengan mendominasi 34,96%. Namun begitu skema pembiayaan/kredit yang terimplementasikan belum menyentuh semua lapisan masyarakat di Banjarmasin. Hal inilah yang kemudian menarik perhatian Agus untuk meneliti dan mengidentifikasi lebih lanjut serta memberikan suatu model pembiayaan baru dalam mendukung pemberdayaan masyarakat miskin di kota Banjarmasin.
Sebagaimana rencana perwujudannya, Agus menasbihkan Model Pembiayaan Non Ursury (Rahmatan Lil'Alamin) yang diyakini dapat mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat, dengan mengedepankan konsep komersial kemitraan dan charity. Selanjutnya, model tersebut diterjemahkan menjadi RLAFM1 (Rahmatan Lil'Alamin Financing Model 1) yakni pembiayaan komersial dengan kemitraan, dan RLAFM2 (Rahmatan Lil'Alamin Financing Model 2) yakni pembiayaan dengan charity.
Model ini tentunya dapat bermanfaat bagi para pemangku kepentingan dan para praktisi lembaga keuangan untuk dapat diaplikasikan dalam rangka upaya mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya pada Goals 1 (No Poverty) yakni upaya memberantas kemiskinan-no one left behind.
Melalui disertasi ini, Agus merekomendasikan beberapa hal dalam mendukung kepentingan pembangunan berkelanjutan ekonomi masyarakat, antara lain:
Perlunya edukasi yang intensif kepada masyarakat dalam memberikan pemahaman terkait tujuan finansial ekonomi rumah tangga, merubah sikap konsumerisme, dan meningkatkan keterampilan berwirausaha.
Perlu adanya ketegasan dan solusi dari pemangku kebijakan terhadap pemukiman kumuh ilegal. Perbaikan kinerja layanan oleh institusi keuangan maupun perbaikan regulasi oleh pemangku kebijakan dalam mendukung inklusi keuangan.
Serta menerapkan strategi pembiayaan ekonomi rumah tangga guna meningkatkan keberdayaan rumah tangga yakni Non Ursury (bukan riba) melalui aspek kesetaraan dengan pola komersial kemitraan.
Agus Syabarrudin menuturkan Ia sangat bersyukur bisa menyelesaikan Program Doktoral dengan baik meski ditengah suasana pandemi dan kesibukan yang tinggi sembari menjabat sebagai Direktur Utama Bank Kalsel.
"Saya bersyukur meski kita saat ini berada di situasi pandemi serta tingginya intensitas kerja yang dilakukan, namun tetap diberi kemudahan untuk menyelesaikan Program Doktor di Fakultas Pertanian ULM. Saya berterima kasih kepada para promotor dan penguji yang memberikan bimbingan dan arahan sehingga proses ini bisa berjalan dengan baik, serta seluruh civitas akademika Universitas Lambung Mangkurat," ungkapnya.
Agus juga mengutarakan, harapannya agar gelar doktor yang Ia raih juga bisa membuat Bank Kalsel melaju dan terus berkembang terutama dalam berperan untuk pemberdayaan masyarakat di Kalsel.
"Saat ini masa jabatan saya baru berjalan 1 tahun, saya berharap gelar ini bisa mendorong saya dan perusahaan untuk bergerak lebih cepat. Sehingga, Bank Kalsel bisa bertransformasi menjadi Bank umum yang kuat, kompetitif dan memberikan kontribusi kepada perekonomian Kalimantan Selatan,” lanjutnya.
Implikasi praktis yang dihasilkan oleh disertasi Agus bisa menjadi saran dan masukan bersama bagi pemerintah daerah dan Bank Kalsel selaku lembaga keuangan. Meski penelitian ini hanya dilakukan di Banjarmasin, namun diharapkan bisa menjadi salah satu referensi dalam pengembangan program ekonomi di Kalimantan Selatan setelah adaptasi kebiasaan baru, di tahun 2021, atau hingga beberapa tahun kedepan.
Peningkatan keterampilan berwirausaha dan penetapan regulasi yang mendukung inklusi keuangan sangat penting bagi pondasi perekonomian di Kalimantan Selatan. "Bank Kalsel siap menjadi motor perekonomian Kalimantan Selatan, bahkan bukan tidak mungkin untuk skala yang lebih besar," tegas Agus.
Atas hal tersebut, Agus Syabarrudin dinyatakan lulus dengan predikat Cum Laude dengan IPK 3,98 dan berhak untuk menyandang gelar Doktor sekaligus menjadikannya sebagai Dirut Bank Kalsel pertama yang memperoleh titel tersebut.
(Baca Juga: Penempatan Dana Pemerintah di BPD Jadi Terobosan Pemulihan Ekonomi )
Pada ujian tersebut, Agus diuji oleh empat orang penguji yang dipimpin langsung oleh Rektor ULM, Prof. Dr. Sutarto Hadi, M.Sc., M.Si (Ketua Sidang / Penguji 1), Dr. Nasruddin, S.Pd., M.Si (Penguji 2), Dr. H. Ahmad Yunani, SE., M.Si (Penguji 3) dan Prof. Dr. H. Abdul Hafiz Anshari, AZ., MA (Penguji Tamu). Bertindak sebagai promotor yakni Prof. Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si, co-promotor Prof. Ir. Udiansyah, MS., Ph.D., dan Dr. Ir. H. Hamdani, MS.
Dalam menyusun disertasinya, Agus Syabarrudin menjadikan Kota Banjarmasin sebagai objek penelitian. Banjarmasin sebagai kota seribu sungai dengan lingkungan kumuh dibantaran sungai dan perkotaan, memiliki penduduk miskin terbanyak, secara persentase terbesar di Kalimantan Selatan dengan menyentuh angka 14,66%.
Banjarmasin juga menunjukkan angka perkembangan pembiayaan/kredit tertinggi di Kalsel dengan mendominasi 34,96%. Namun begitu skema pembiayaan/kredit yang terimplementasikan belum menyentuh semua lapisan masyarakat di Banjarmasin. Hal inilah yang kemudian menarik perhatian Agus untuk meneliti dan mengidentifikasi lebih lanjut serta memberikan suatu model pembiayaan baru dalam mendukung pemberdayaan masyarakat miskin di kota Banjarmasin.
Sebagaimana rencana perwujudannya, Agus menasbihkan Model Pembiayaan Non Ursury (Rahmatan Lil'Alamin) yang diyakini dapat mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat, dengan mengedepankan konsep komersial kemitraan dan charity. Selanjutnya, model tersebut diterjemahkan menjadi RLAFM1 (Rahmatan Lil'Alamin Financing Model 1) yakni pembiayaan komersial dengan kemitraan, dan RLAFM2 (Rahmatan Lil'Alamin Financing Model 2) yakni pembiayaan dengan charity.
Model ini tentunya dapat bermanfaat bagi para pemangku kepentingan dan para praktisi lembaga keuangan untuk dapat diaplikasikan dalam rangka upaya mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya pada Goals 1 (No Poverty) yakni upaya memberantas kemiskinan-no one left behind.
Melalui disertasi ini, Agus merekomendasikan beberapa hal dalam mendukung kepentingan pembangunan berkelanjutan ekonomi masyarakat, antara lain:
Perlunya edukasi yang intensif kepada masyarakat dalam memberikan pemahaman terkait tujuan finansial ekonomi rumah tangga, merubah sikap konsumerisme, dan meningkatkan keterampilan berwirausaha.
Perlu adanya ketegasan dan solusi dari pemangku kebijakan terhadap pemukiman kumuh ilegal. Perbaikan kinerja layanan oleh institusi keuangan maupun perbaikan regulasi oleh pemangku kebijakan dalam mendukung inklusi keuangan.
Serta menerapkan strategi pembiayaan ekonomi rumah tangga guna meningkatkan keberdayaan rumah tangga yakni Non Ursury (bukan riba) melalui aspek kesetaraan dengan pola komersial kemitraan.
Agus Syabarrudin menuturkan Ia sangat bersyukur bisa menyelesaikan Program Doktoral dengan baik meski ditengah suasana pandemi dan kesibukan yang tinggi sembari menjabat sebagai Direktur Utama Bank Kalsel.
"Saya bersyukur meski kita saat ini berada di situasi pandemi serta tingginya intensitas kerja yang dilakukan, namun tetap diberi kemudahan untuk menyelesaikan Program Doktor di Fakultas Pertanian ULM. Saya berterima kasih kepada para promotor dan penguji yang memberikan bimbingan dan arahan sehingga proses ini bisa berjalan dengan baik, serta seluruh civitas akademika Universitas Lambung Mangkurat," ungkapnya.
Agus juga mengutarakan, harapannya agar gelar doktor yang Ia raih juga bisa membuat Bank Kalsel melaju dan terus berkembang terutama dalam berperan untuk pemberdayaan masyarakat di Kalsel.
"Saat ini masa jabatan saya baru berjalan 1 tahun, saya berharap gelar ini bisa mendorong saya dan perusahaan untuk bergerak lebih cepat. Sehingga, Bank Kalsel bisa bertransformasi menjadi Bank umum yang kuat, kompetitif dan memberikan kontribusi kepada perekonomian Kalimantan Selatan,” lanjutnya.
Implikasi praktis yang dihasilkan oleh disertasi Agus bisa menjadi saran dan masukan bersama bagi pemerintah daerah dan Bank Kalsel selaku lembaga keuangan. Meski penelitian ini hanya dilakukan di Banjarmasin, namun diharapkan bisa menjadi salah satu referensi dalam pengembangan program ekonomi di Kalimantan Selatan setelah adaptasi kebiasaan baru, di tahun 2021, atau hingga beberapa tahun kedepan.
Peningkatan keterampilan berwirausaha dan penetapan regulasi yang mendukung inklusi keuangan sangat penting bagi pondasi perekonomian di Kalimantan Selatan. "Bank Kalsel siap menjadi motor perekonomian Kalimantan Selatan, bahkan bukan tidak mungkin untuk skala yang lebih besar," tegas Agus.
(akr)