PTPN Gabungkan 13 Anak Usaha Bentuk 2 Subholding
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) resmi menggabungkan 13 anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III menjadi dua Subholding, yakni PalmCo dan SupportingCo. Penggabungan itu merupakan implementasi dari Program Strategis Nasional (PSN) yang bertujuan untuk mewujudkan kemandirian, khususnya di bidang ketahanan pangan dan energi.
Subholding PalmCo merupakan peleburan VI dan XIII ke dalam PTPN IV sebagai surviving entity dan pemisahan tidak murni PTPN III ke dalam PTPN IV. Sedangkan Subholding SupportingCo dibentuk melalui penggabungan PTPN II, VII, VIII, IX, X, XI, XII, dan XIV ke dalam PTPN I.
"Tentunya setelah penandatanganan ini akan ada integrasi sistem, HR, operasional, keuangan, dan sebagainya, yang kita usahakan bisa selesai dalam waktu enam bulan. Dan setelah itu kita harus kembali fokus ke tugas masing-masing," ujar Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, dikutip Minggu (3/12/2023).
PalmCo, kata dia, diharapkan menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan, yaitu mencapai lebih dari 600.000 hektare pada 2026, dan akan menjadi pemain utama industri sawit dunia. PTPN dipercaya mampu berkontribusi meningkatkan produksi CPO nasional dan minyak goreng dalam negeri. PTPN memperkirakan, produksi minyak gorengnya akan meningkat dari 460.000 ton per tahun pada 2021 menjadi 1,8 juta ton per tahun pada 2026.
Sedangkan, SupportingCo akan menjadi Perusahaan Pengelola Aset Perkebunan, yang mencakup kegiatan pemanfaatan aset perkebunan melalui optimalisasi dan divestasi aset, pengelolaan tanaman perkebunan, diversifikasi usaha lainnya, serta green business yang mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Merger PTPN Group, kata dia, merupakan salah satu skema yang dijalankan oleh Kementerian BUMN. Salah satu tujuannya untuk efisiensi dan peningkatan berbagai indikator keuangan serta operasional perseroan. Aksi korporasi PTPN Group, lanjut dia, merupakan transformasi menyeluruh, termasuk transformasi dari sisi sumber daya manusia.
Kartika juga menekankan agar ke depan, para pegawai, khususnya milenial, bisa menjadi pemain yang andal untuk mengelola perusahaan sawit. "Jadi saya ingin transformasi dari sisi people-nya benar-benar terlihat. Bagaimana transformasi ini bisa menjadikan PalmCo menjadi perusahaan sawit terdepan, bukan hanya dari on-farmnya, tapi juga off-farm untuk bisa melakukan downstream, value creation, termasuk renewable energy yang sustainable," tandasnya.
Subholding PalmCo merupakan peleburan VI dan XIII ke dalam PTPN IV sebagai surviving entity dan pemisahan tidak murni PTPN III ke dalam PTPN IV. Sedangkan Subholding SupportingCo dibentuk melalui penggabungan PTPN II, VII, VIII, IX, X, XI, XII, dan XIV ke dalam PTPN I.
"Tentunya setelah penandatanganan ini akan ada integrasi sistem, HR, operasional, keuangan, dan sebagainya, yang kita usahakan bisa selesai dalam waktu enam bulan. Dan setelah itu kita harus kembali fokus ke tugas masing-masing," ujar Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, dikutip Minggu (3/12/2023).
PalmCo, kata dia, diharapkan menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan, yaitu mencapai lebih dari 600.000 hektare pada 2026, dan akan menjadi pemain utama industri sawit dunia. PTPN dipercaya mampu berkontribusi meningkatkan produksi CPO nasional dan minyak goreng dalam negeri. PTPN memperkirakan, produksi minyak gorengnya akan meningkat dari 460.000 ton per tahun pada 2021 menjadi 1,8 juta ton per tahun pada 2026.
Sedangkan, SupportingCo akan menjadi Perusahaan Pengelola Aset Perkebunan, yang mencakup kegiatan pemanfaatan aset perkebunan melalui optimalisasi dan divestasi aset, pengelolaan tanaman perkebunan, diversifikasi usaha lainnya, serta green business yang mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Merger PTPN Group, kata dia, merupakan salah satu skema yang dijalankan oleh Kementerian BUMN. Salah satu tujuannya untuk efisiensi dan peningkatan berbagai indikator keuangan serta operasional perseroan. Aksi korporasi PTPN Group, lanjut dia, merupakan transformasi menyeluruh, termasuk transformasi dari sisi sumber daya manusia.
Kartika juga menekankan agar ke depan, para pegawai, khususnya milenial, bisa menjadi pemain yang andal untuk mengelola perusahaan sawit. "Jadi saya ingin transformasi dari sisi people-nya benar-benar terlihat. Bagaimana transformasi ini bisa menjadikan PalmCo menjadi perusahaan sawit terdepan, bukan hanya dari on-farmnya, tapi juga off-farm untuk bisa melakukan downstream, value creation, termasuk renewable energy yang sustainable," tandasnya.
(fjo)