Harga BBM Nonsubsidi Naik-Turun, Ekonom Beberkan Alasannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi oleh Pertamina dalam 2 bulan terakhir dinilai sudah tepat dan wajar. Hal itu menunjukkan pelaksanaan aturan pemerintah, yakni tentang formula penetapan harga sesuai Kepmen ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 tentang formulasi harga JBU atau BBM nonsubsidi.
Sesuai aturan tersebut, pelaku usaha akan menyesuaikan harga dengan tren fluktuasi harga minyak dunia MOPS atau Argus dan mengacu pada formulasi harga sesuai Kepmen ESDM. Karena itu, perubahan berkala harga BBM nonsubsidi akan selalu terjadi.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penetapan harga BBM nonsubsidi merupakan diskresi badan usaha, termasuk Pertamina. Sebab, memang tidak ada subsidi yang diberikan oleh pemerintah ke produk BBM tersebut sehingga penetapan harganya tidak lagi diatur pemerintah. Di sisi lain, badan usaha wajib menjalankan aturan yang dibuat pemerintah, salah satunya adalah melakukan evaluasi harga.
"Dengan demikian, Pertamina kemungkinan hanya mempertimbangkan biaya produksi dari harga BBM tersebut dan persaingan dengan penyalur BBM nonsubsidi lainnya," kata Josua di Jakarta, dikutip Minggu (3/12/2023).
Dia menambahkan, biaya produksi BBM nonsubsidi sebagian besar dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak dunia serta nilai tukar rupiah. Jadi, semakin tinggi harga minyak mentah dan semakin lemah nilai tukar maka biaya produksi BBM akan meningkat dan sebaliknya.
Menurut Josua, tren terakhir menunjukkan harga minyak mentah dunia mengalami penurunan (Brent akhir Oktober USD87,4 per barel vs akhir November USD80,86 per barel). Sedangkan nilai tukar rupiah cenderung menguat (akhir Oktober Rp15.880 vs akhir November Rp15.505). "Dengan demikian, biaya produksi BBM menjadi lebih rendah sehingga pelaku usaha bisa menurunkan harga BBM nonsubsidi," jelasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, per 1 Desember 2023 harga BBM nonsubsidi Pertamax turun menjadi Rp13.350 per liter, Pertamax Green 95 turun menjadi Rp14.900 per liter, Pertamax Turbo turun menjadi Rp15.350 per liter, Dexlite menjadi Rp15.550 per liter dan Pertamina Dex menjadi Rp16.200 per liter.
Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga (PPN) Subholding Commercial and Trading Pertamina Irto Ginting mengatakan perubahan harga tersebut sesuai tren fluktuasi. Hal itu pun wajar dan boleh dilakukan oleh seluruh badan usaha sesuai regulasi yang berlaku.
"Karena fluktuasi ini, Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian harga jualP ertamax Series dan Dex Series. Karena trennya turun, harga jual produk BBM nonsubsidi Pertamina kembali turun berlaku Jumat, setelah sebelumnya juga turun pada November lalu," katanya.
Dia menambahkan, Pertamina Patra Niaga sebagai BUMN akan senantiasa menjaga harga BBM yang kompetitif dan terjangkau bagi masyarakat hingga ke pelosok negeri. Komitmen tersebut, jelas dia, adalah wujud penyaluran dan penyediaan BBM berdasarkan prinsip availability, accessibility, affordability, acceptability dan sustainability.
"Jadi bagaimana kami menetapkan harga yang kompetitif bagi masyarakat, sekaligus memastikan distribusi hingga pelosok tetap dapat dilakukan dengan maksimal," jelas Irto.
Sesuai aturan tersebut, pelaku usaha akan menyesuaikan harga dengan tren fluktuasi harga minyak dunia MOPS atau Argus dan mengacu pada formulasi harga sesuai Kepmen ESDM. Karena itu, perubahan berkala harga BBM nonsubsidi akan selalu terjadi.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penetapan harga BBM nonsubsidi merupakan diskresi badan usaha, termasuk Pertamina. Sebab, memang tidak ada subsidi yang diberikan oleh pemerintah ke produk BBM tersebut sehingga penetapan harganya tidak lagi diatur pemerintah. Di sisi lain, badan usaha wajib menjalankan aturan yang dibuat pemerintah, salah satunya adalah melakukan evaluasi harga.
"Dengan demikian, Pertamina kemungkinan hanya mempertimbangkan biaya produksi dari harga BBM tersebut dan persaingan dengan penyalur BBM nonsubsidi lainnya," kata Josua di Jakarta, dikutip Minggu (3/12/2023).
Dia menambahkan, biaya produksi BBM nonsubsidi sebagian besar dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak dunia serta nilai tukar rupiah. Jadi, semakin tinggi harga minyak mentah dan semakin lemah nilai tukar maka biaya produksi BBM akan meningkat dan sebaliknya.
Menurut Josua, tren terakhir menunjukkan harga minyak mentah dunia mengalami penurunan (Brent akhir Oktober USD87,4 per barel vs akhir November USD80,86 per barel). Sedangkan nilai tukar rupiah cenderung menguat (akhir Oktober Rp15.880 vs akhir November Rp15.505). "Dengan demikian, biaya produksi BBM menjadi lebih rendah sehingga pelaku usaha bisa menurunkan harga BBM nonsubsidi," jelasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, per 1 Desember 2023 harga BBM nonsubsidi Pertamax turun menjadi Rp13.350 per liter, Pertamax Green 95 turun menjadi Rp14.900 per liter, Pertamax Turbo turun menjadi Rp15.350 per liter, Dexlite menjadi Rp15.550 per liter dan Pertamina Dex menjadi Rp16.200 per liter.
Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga (PPN) Subholding Commercial and Trading Pertamina Irto Ginting mengatakan perubahan harga tersebut sesuai tren fluktuasi. Hal itu pun wajar dan boleh dilakukan oleh seluruh badan usaha sesuai regulasi yang berlaku.
"Karena fluktuasi ini, Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian harga jualP ertamax Series dan Dex Series. Karena trennya turun, harga jual produk BBM nonsubsidi Pertamina kembali turun berlaku Jumat, setelah sebelumnya juga turun pada November lalu," katanya.
Dia menambahkan, Pertamina Patra Niaga sebagai BUMN akan senantiasa menjaga harga BBM yang kompetitif dan terjangkau bagi masyarakat hingga ke pelosok negeri. Komitmen tersebut, jelas dia, adalah wujud penyaluran dan penyediaan BBM berdasarkan prinsip availability, accessibility, affordability, acceptability dan sustainability.
"Jadi bagaimana kami menetapkan harga yang kompetitif bagi masyarakat, sekaligus memastikan distribusi hingga pelosok tetap dapat dilakukan dengan maksimal," jelas Irto.
(fjo)