Tak Hanya Menekan Emisi, Ekosistem EV PLN Dorong Ekonomi Berkelanjutan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Polusi udara dan mahalnya biaya energi menjadi salah satu pemantik kesadaran masyarakat untuk beralih menggunakan energi bersih dengan biaya terjangkau. Ketersediaan infrastruktur dan kemudahaan mengakses energi bersih membuat masyarakat semakin antusias untuk menjadi bagian dari program pemerintah untuk menurunkan emisi dan mendongkrak ekonomi nasional dengan beralih menggunakan kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV).
Motor listrik Kymco bernopol B 4502 SXU yang dikendrai Aditya (34) melaju pelan memasuki area parkir PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan(UP3) Bulungan Jakarta Selatan. Sejumlah satpam yang berjaga menyapanya ramah. Dengan cekatan Hendra membuka jok motornya, melepas dua baterai dan memasukannya ke dalam kotak besar warna putih. Hanya lima detik, baterai motor Aditya berganti dengan yang baru. “Proses penukaran baterai memang sangat cepat, perlu beberapa detik saja,” ujarnya kepada SINDOnews, kemarin.
Aditya baru satu tahun menggunakan motor listrik sebagai alat ikhtiarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Menjadi pengemudi ojek online sejak 2017, Aditya merasakan perubahan drastis dalam kehidupannya. “Sebelumnya, saya menggunakan motor konvensional Honda Vario. Setiap hari harus keluar uang Rp50 ribu hingga Rp60 ribu untuk beli BBM,”ungkapnya. Dengan beralih menggunakan motor listrik, Aditya hanya perlu mengeluarkan uang Rp25 ribu. “Jika di total dengan biaya sewa motor, rata-rata saya bisa bawa pulang Rp300 ribu sehari. Dulu, saat menggunakan motor konvensional hanya Rp150 ribu saja sehari,”tegasnya. Dua baterai yang ditanam di motornya masing-masing mampu menggerakkan roda hingga jarak 30 kilometer. Dengan lima kali penukaran, setiap hari Aditya menempuh 200 kilometer perjalanan.
Aditya pun mengaku, kini bisa memiliki tabungan yang cukup untuk memenuhi kehidupannya. Tak hanya itu, dia mengklaim, dengan menggunakan motor listrik, kualitas hidup keluarganya pun membaik. “Menggunakan motor konvensional perlu dipanaskan sebelum digunakan. Dulu asapnya sering masuk rumah, dan menyebabkan batuk. Sejak menggunakan motor listrik, tidak ada lagi polusi asap,”ujar pria yang bermukim di jalan H. Sholeh I Kelurahan Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat itu.
Banyak keuntungan yang dia rasakan sekal beralih menggunakan motor listrik. Selain mampu memperbaiki ekonomi keluarga, Aditya juga mengaku secara tak langsung merasakan dampak positif dari penggunaan motor listrik. “Saat melaju di jalan tidak mengeluarkan emisi, jadi motor saya sekarang tidak menghadirkan polusi yang mengganggu pengendara lain,”ucapnya.
Senada dengan Aditya, Alfian Alamsyah (33) merasakan perubahan drastis dalam kehidupannya. Tak hanya dari sisi ekonomi, saat beralih menggunakan mobil listrik, dia terpacu untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. “Dari sisi ekonomi perubahannya sangat drastis. Biaya untuk BBM jadi terpangkas,” katanya.
Dia memberikan contoh, perjalanan dari Mal Kota Kasablanka menuju Bulak Kapal Bekasi Timur dilanjutkan ke Bintaro Tangerang Selatan dan berakhir di Wisma 46 jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, biaya yang dia keluarkan hanya Rp40 ribu untuk jarak tempuh total sekitar 160 kilometer. “Hanya sekali charge di mal Kota Kasablanka. Jika menggunakan mobil konvensional, saya hitung bisa mencapai Rp150 ribuan,”katanya.
Semakin banyak infrastruktur kendaraan listrik yang dibangun PLN membuat populasi kendaraan ramah lingkungan itu kian meningkat. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan, hingga Semester I 2023, penjualan mobil listrik menembus 23.260 unit, naik 557,99% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dengan jumlah tempat pengisian baterai yang terus bertambah, populasi kendaraan listrik diyakini terus melonjak. Di Jakarta, ada 44 lokasi Stasiun Pengisian Kendaraan Listruk Umum (SPKLU) dengan 72 charger.
Berdasarkan data penggunaan SPKLU sepanjang Januari-Agustus 2023, PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jakarta Raya mencatat 21.461 transaksi dengan konsumsi listrik sebesar 438.402 kWh. Tak hanya penggunaan SPKLU yang meningkat, jumlah Stasiun Pengisian Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) dan Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) juga bertambah. Ada 245 lokasi SPBKLU dengan 290 kabinet. SPBKLU ini digunakan untuk pengisian/penggantian baterai motor listrik, penggunanya didominasi pengendara ojek online.
PLN UID Jakarta Raya menyediakan 3.441 SPLU yang tersebar di Jakarta. Konsumsi listrik dari SPLU mulai dari Januari-Agustus 2023 sebesar 1.359.587 kWh. SPLU yang disediakan PLN ini dapat digunakan untuk mengisi daya baterai kendaraan listrik, seperti motor, sepeda, ataupun skuter listrik. Untuk mendorong pertumbuhan pengguna kendaraan listrik, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mematok target membangun 48.118 unit SPKLU dan 196.179 unit SPBKLU hingga 2030.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menegaskan, PLN berkomitmen menjadi pemimpin dalam transisi energi menuju nol emisi pada 2060 atau lebih cepat. Pembangunan infrastruktur EV terus digencarkan, termasuk bekerjasama dengan swasta maupun pemilik usaha melalui skema waralaba atau franchise. “Transformasi ke kendaraan listrik berkontribusi besar dalam upaya mendukung transisi energi menuju target karbon netral pada tahun 2060 atau lebih cepat,”tegasnya.
Dari sisi emisi, mobil konvensional mengeluarkan emisi karbon sebesar 2,4 kilogram CO2e per liter BBM yang digunakan. Jika dikonversikan dengan energi listrik, 1 liter BBM setara dengan 1,5 Kwh. Emisi yang dihasilkan hanya 1,3 kilogram CO2e. “Bisa ditekan separuh atau 50 persen,”katanya.
Transisi energi melalui penggunaan kendaraan listrik juga sejalan dengan upaya kemandirian energi secara nasional. Saat ini, pasokan BBM sebagian besar diimpor. Berbeda dengan energi listrik yang 100% diperoleh dan dikelola secara mandiri. Sehingga, transisi energi melalui kendaraan listrik selain mengubah energi kotor menjadi energi bersih juga memperkuat kemandirian energi.
Karenanya, PLN mengambil bagian dari penggunaan kendaraan listrik. PLN menargetkan pada tahun depan seluruh kendaraan operasional menggunakan EV. Saat ini, PLN mengoperasikan 7 ribu motor dan 2.500 mobil untuk kendaraan operasional. “2024 kami canangkan semuanya menggunakan kendaraan listrik,”tegasnya.
Darmawan mengatakan, untuk mendukung keseriusan pemerintah membangun Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan moda transportasi ramah lingkungan berbasis listrik, PLN juga mendorong pengembangan infrastruktur EV di IKN. Hingga September 2023 ini, PLN telah menyediakan 2 unit SPKLU di kawasan IKN.
PLN akan menambah 5 SPKLU Ultra Fast Charging mobile di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN, antara lain di sekitar Istana Presiden, Glamping IKN, Hunian Pekerja Konstruksi, hingga Plaza Ceremony. Kemudian, pada tahun 2024, PLN juga akan menambah 19 SPKLU di KIPP IKN.
“Karena IKN ini akan menjadi kota yang futuristik, dimana semua moda transportasi yang digunakan harus ramah lingkungan, maka kami siap mendukung kebutuhan infrastruktur untuk pengisian daya kendaraan listrik,” katanya.
PLN membuka peluang kerja sama dengan berbagai pihak. Seperti pemilik pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan perkantoran yang ada di IKN. Tidak hanya di IKN, PLN juga memastikan SPKLU tersedia di kota-kota penyangga IKN, seperti di Balikpapan dan Samarinda. Saat ini, telah terdapat 9 SPKLU tersebar di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Jumlah tersebut akan bertambah 31 Unit pada tahun 2024.
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan infrastruktur kendaraan listrik yang masif diyakini memantik pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, ekosistem EV yang dikembangkan PLN memacu industri untuk mengakselerasi pengembangan kendaraan listrik di Tanah Air.
Data riset Deloitte dan Foundry menyebutkan, jumlah kendaraan EV terus meningkat setiap tahun. Pada 2021 pertumbuhannya mencapai 244,58% . Kemudian pada 2022 melonjak menjadi 344,27%. Deloitte dan Foundry menyebutkan, pertumbuhan EV di Indonesia telah mencapai 14 kali lipat dalam dua tahun terakhir. Pertumbuhan itu tak lepas dari masifnya pengembangan infrastruktur EV di Indonesia. Pemerintah menargetkan jumlah EV di Tanah Air mencapai 15,7 juta unit pada 2030. Jumlah itu terdiri dari 13,5 juta motor listrik dan 2,2 juta mobil listrik. Deloitte dan Foundry memperkirakan pasar EV di Indonesia dapat mencapai USD19,2 miliar atau Rp294 triliun pada 2030.
“Lima tahun lalu, konsumen dan produsen ragu akan masa depan kendaraan listrik. Sekarang dengan adanya ekosisten EV yang dibangun PLN, konsumen dan produsen sangat optimistis akan keberlanjutan EV di Tanah Air,” tegas Frans.
Menurut Frans, saat ini masyarakat semakin mudah mengakses charging station. Tak hanya di Jawa, juga di provinsi lainnya. Sebagai salah satu produsen mobil listrik, dengan semakin banyaknya charging station dan meningkatnya minat masyarakat, Hyundai tak ragu lagi untuk memperbesar volume produksi mobil listrik. “Adanya infrastruktur EV tentu akan memberikan semangat bagi produsen sehingga menciptakan ekonomi berkelanjutan,”katanya.
Frans menyebut, pengembangan infrastruktur EV yang masif dan minat masyarakat untuk beralih ke mobil listrik menjadi salah satu alasan Hyundai menenamkan investasi senilai USD3 miliar untuk pembangunan pabrik perakitan, termasuk pabrik baterai. “Dengan investasi itu ada penyerapan tenaga kerja. Dari sisi lingkungan tentu ada kontribusi pengurangan emisi sesuai komitmen kami mendukung kebijakan pemerintah. Artinya, tercipta kegiatan ekonomi yang berkelanjutan,” tegasnya. Tak hanya itu, lanjut dia, pengembangan ekosistem EV juga akan mengurangi beban negara dari subsidi BBM.
“Subsidi jadi berkurang, karena penggunaan energi fosil turun dan beralih ke energi listrik yang lebih bersih,”imbuhnya. Hyundai, lanjut Frans, juga berkolaborasi dengan PLN untuk menghadirkan charging station di beberapa lokasi. Hal itu dilakukan untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses energi bersih yang dipasok PLN.
“Di mal, di kafe, terus ditambah memanfaatkan energi bersih PLN. Kami terus bekerjasama. Kami sesuaikan dengan gaya hidup masyarakat saat ini yang lebih peduli terhadap lingkungan,”ujarnya. Hyundai melihat, selain masalah lingkungan, masalah keekonomian juga menjadi pertimbangan dalam menggunakan kendaraan listrik.
Dengan biaya energi yang murah, masyarakat bisa menggunakan anggaran lebih untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Penggunaan kendaraan listrik yang minim perawatan juga akan meningkatkan daya beli masyarakat karena memiliki anggaran lebih. “Karena itulah populasi kendaraan listrik terus meningkat. Sekarang saja penjualan mobil listrik sudah setara dengan penjualan sedan. Artinya, minat masyarakat terus meningkat. Gaya hidup ramah lingkungan masyarakat terus meningkat,”cetus Frans.
Sedangkan Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai, ekosistem EV yang dikembangkan PLN akan memantik pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di Indonesia di berbagai sektor. “Dengan meningkatnya penggunaan EV, subsidi negara untuk BBM bisa dialihkan ke sektor lain. Seperti kesehatan, pendidikan maupun infrastruktur,”ungkapnya. Sehingga, lanjut dia, tercipta lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Dari sisi kesehatan, beban biaya masyarakat untuk berobat menjadi lebih rendah. Hal itu lantaran penggunaan kendaraan listrik akan membuat lingkungan menjadi lebih sehat, karena polusi dari emisi gas buang berkurang.
Pada tahun ini, pemerintah menganggarkan subsidi BBM sebesar Rp113,27 triliun. Sedangkan pada 2024 diproyeksikan sebesar Rp189,1 triliun. “Dengan beralih ke kendaraan listrik, tentu banyak penghematan yang bisa dialihkan untuk mengembangkan sektor lain,” tutup Nailul
Motor listrik Kymco bernopol B 4502 SXU yang dikendrai Aditya (34) melaju pelan memasuki area parkir PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan(UP3) Bulungan Jakarta Selatan. Sejumlah satpam yang berjaga menyapanya ramah. Dengan cekatan Hendra membuka jok motornya, melepas dua baterai dan memasukannya ke dalam kotak besar warna putih. Hanya lima detik, baterai motor Aditya berganti dengan yang baru. “Proses penukaran baterai memang sangat cepat, perlu beberapa detik saja,” ujarnya kepada SINDOnews, kemarin.
Aditya baru satu tahun menggunakan motor listrik sebagai alat ikhtiarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Menjadi pengemudi ojek online sejak 2017, Aditya merasakan perubahan drastis dalam kehidupannya. “Sebelumnya, saya menggunakan motor konvensional Honda Vario. Setiap hari harus keluar uang Rp50 ribu hingga Rp60 ribu untuk beli BBM,”ungkapnya. Dengan beralih menggunakan motor listrik, Aditya hanya perlu mengeluarkan uang Rp25 ribu. “Jika di total dengan biaya sewa motor, rata-rata saya bisa bawa pulang Rp300 ribu sehari. Dulu, saat menggunakan motor konvensional hanya Rp150 ribu saja sehari,”tegasnya. Dua baterai yang ditanam di motornya masing-masing mampu menggerakkan roda hingga jarak 30 kilometer. Dengan lima kali penukaran, setiap hari Aditya menempuh 200 kilometer perjalanan.
Aditya pun mengaku, kini bisa memiliki tabungan yang cukup untuk memenuhi kehidupannya. Tak hanya itu, dia mengklaim, dengan menggunakan motor listrik, kualitas hidup keluarganya pun membaik. “Menggunakan motor konvensional perlu dipanaskan sebelum digunakan. Dulu asapnya sering masuk rumah, dan menyebabkan batuk. Sejak menggunakan motor listrik, tidak ada lagi polusi asap,”ujar pria yang bermukim di jalan H. Sholeh I Kelurahan Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat itu.
Banyak keuntungan yang dia rasakan sekal beralih menggunakan motor listrik. Selain mampu memperbaiki ekonomi keluarga, Aditya juga mengaku secara tak langsung merasakan dampak positif dari penggunaan motor listrik. “Saat melaju di jalan tidak mengeluarkan emisi, jadi motor saya sekarang tidak menghadirkan polusi yang mengganggu pengendara lain,”ucapnya.
Senada dengan Aditya, Alfian Alamsyah (33) merasakan perubahan drastis dalam kehidupannya. Tak hanya dari sisi ekonomi, saat beralih menggunakan mobil listrik, dia terpacu untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. “Dari sisi ekonomi perubahannya sangat drastis. Biaya untuk BBM jadi terpangkas,” katanya.
Dia memberikan contoh, perjalanan dari Mal Kota Kasablanka menuju Bulak Kapal Bekasi Timur dilanjutkan ke Bintaro Tangerang Selatan dan berakhir di Wisma 46 jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, biaya yang dia keluarkan hanya Rp40 ribu untuk jarak tempuh total sekitar 160 kilometer. “Hanya sekali charge di mal Kota Kasablanka. Jika menggunakan mobil konvensional, saya hitung bisa mencapai Rp150 ribuan,”katanya.
Semakin banyak infrastruktur kendaraan listrik yang dibangun PLN membuat populasi kendaraan ramah lingkungan itu kian meningkat. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan, hingga Semester I 2023, penjualan mobil listrik menembus 23.260 unit, naik 557,99% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dengan jumlah tempat pengisian baterai yang terus bertambah, populasi kendaraan listrik diyakini terus melonjak. Di Jakarta, ada 44 lokasi Stasiun Pengisian Kendaraan Listruk Umum (SPKLU) dengan 72 charger.
Berdasarkan data penggunaan SPKLU sepanjang Januari-Agustus 2023, PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jakarta Raya mencatat 21.461 transaksi dengan konsumsi listrik sebesar 438.402 kWh. Tak hanya penggunaan SPKLU yang meningkat, jumlah Stasiun Pengisian Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) dan Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) juga bertambah. Ada 245 lokasi SPBKLU dengan 290 kabinet. SPBKLU ini digunakan untuk pengisian/penggantian baterai motor listrik, penggunanya didominasi pengendara ojek online.
PLN UID Jakarta Raya menyediakan 3.441 SPLU yang tersebar di Jakarta. Konsumsi listrik dari SPLU mulai dari Januari-Agustus 2023 sebesar 1.359.587 kWh. SPLU yang disediakan PLN ini dapat digunakan untuk mengisi daya baterai kendaraan listrik, seperti motor, sepeda, ataupun skuter listrik. Untuk mendorong pertumbuhan pengguna kendaraan listrik, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mematok target membangun 48.118 unit SPKLU dan 196.179 unit SPBKLU hingga 2030.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menegaskan, PLN berkomitmen menjadi pemimpin dalam transisi energi menuju nol emisi pada 2060 atau lebih cepat. Pembangunan infrastruktur EV terus digencarkan, termasuk bekerjasama dengan swasta maupun pemilik usaha melalui skema waralaba atau franchise. “Transformasi ke kendaraan listrik berkontribusi besar dalam upaya mendukung transisi energi menuju target karbon netral pada tahun 2060 atau lebih cepat,”tegasnya.
Dari sisi emisi, mobil konvensional mengeluarkan emisi karbon sebesar 2,4 kilogram CO2e per liter BBM yang digunakan. Jika dikonversikan dengan energi listrik, 1 liter BBM setara dengan 1,5 Kwh. Emisi yang dihasilkan hanya 1,3 kilogram CO2e. “Bisa ditekan separuh atau 50 persen,”katanya.
Transisi energi melalui penggunaan kendaraan listrik juga sejalan dengan upaya kemandirian energi secara nasional. Saat ini, pasokan BBM sebagian besar diimpor. Berbeda dengan energi listrik yang 100% diperoleh dan dikelola secara mandiri. Sehingga, transisi energi melalui kendaraan listrik selain mengubah energi kotor menjadi energi bersih juga memperkuat kemandirian energi.
Karenanya, PLN mengambil bagian dari penggunaan kendaraan listrik. PLN menargetkan pada tahun depan seluruh kendaraan operasional menggunakan EV. Saat ini, PLN mengoperasikan 7 ribu motor dan 2.500 mobil untuk kendaraan operasional. “2024 kami canangkan semuanya menggunakan kendaraan listrik,”tegasnya.
Darmawan mengatakan, untuk mendukung keseriusan pemerintah membangun Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan moda transportasi ramah lingkungan berbasis listrik, PLN juga mendorong pengembangan infrastruktur EV di IKN. Hingga September 2023 ini, PLN telah menyediakan 2 unit SPKLU di kawasan IKN.
PLN akan menambah 5 SPKLU Ultra Fast Charging mobile di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN, antara lain di sekitar Istana Presiden, Glamping IKN, Hunian Pekerja Konstruksi, hingga Plaza Ceremony. Kemudian, pada tahun 2024, PLN juga akan menambah 19 SPKLU di KIPP IKN.
“Karena IKN ini akan menjadi kota yang futuristik, dimana semua moda transportasi yang digunakan harus ramah lingkungan, maka kami siap mendukung kebutuhan infrastruktur untuk pengisian daya kendaraan listrik,” katanya.
PLN membuka peluang kerja sama dengan berbagai pihak. Seperti pemilik pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan perkantoran yang ada di IKN. Tidak hanya di IKN, PLN juga memastikan SPKLU tersedia di kota-kota penyangga IKN, seperti di Balikpapan dan Samarinda. Saat ini, telah terdapat 9 SPKLU tersebar di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Jumlah tersebut akan bertambah 31 Unit pada tahun 2024.
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan infrastruktur kendaraan listrik yang masif diyakini memantik pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, ekosistem EV yang dikembangkan PLN memacu industri untuk mengakselerasi pengembangan kendaraan listrik di Tanah Air.
Data riset Deloitte dan Foundry menyebutkan, jumlah kendaraan EV terus meningkat setiap tahun. Pada 2021 pertumbuhannya mencapai 244,58% . Kemudian pada 2022 melonjak menjadi 344,27%. Deloitte dan Foundry menyebutkan, pertumbuhan EV di Indonesia telah mencapai 14 kali lipat dalam dua tahun terakhir. Pertumbuhan itu tak lepas dari masifnya pengembangan infrastruktur EV di Indonesia. Pemerintah menargetkan jumlah EV di Tanah Air mencapai 15,7 juta unit pada 2030. Jumlah itu terdiri dari 13,5 juta motor listrik dan 2,2 juta mobil listrik. Deloitte dan Foundry memperkirakan pasar EV di Indonesia dapat mencapai USD19,2 miliar atau Rp294 triliun pada 2030.
“Lima tahun lalu, konsumen dan produsen ragu akan masa depan kendaraan listrik. Sekarang dengan adanya ekosisten EV yang dibangun PLN, konsumen dan produsen sangat optimistis akan keberlanjutan EV di Tanah Air,” tegas Frans.
Menurut Frans, saat ini masyarakat semakin mudah mengakses charging station. Tak hanya di Jawa, juga di provinsi lainnya. Sebagai salah satu produsen mobil listrik, dengan semakin banyaknya charging station dan meningkatnya minat masyarakat, Hyundai tak ragu lagi untuk memperbesar volume produksi mobil listrik. “Adanya infrastruktur EV tentu akan memberikan semangat bagi produsen sehingga menciptakan ekonomi berkelanjutan,”katanya.
Frans menyebut, pengembangan infrastruktur EV yang masif dan minat masyarakat untuk beralih ke mobil listrik menjadi salah satu alasan Hyundai menenamkan investasi senilai USD3 miliar untuk pembangunan pabrik perakitan, termasuk pabrik baterai. “Dengan investasi itu ada penyerapan tenaga kerja. Dari sisi lingkungan tentu ada kontribusi pengurangan emisi sesuai komitmen kami mendukung kebijakan pemerintah. Artinya, tercipta kegiatan ekonomi yang berkelanjutan,” tegasnya. Tak hanya itu, lanjut dia, pengembangan ekosistem EV juga akan mengurangi beban negara dari subsidi BBM.
“Subsidi jadi berkurang, karena penggunaan energi fosil turun dan beralih ke energi listrik yang lebih bersih,”imbuhnya. Hyundai, lanjut Frans, juga berkolaborasi dengan PLN untuk menghadirkan charging station di beberapa lokasi. Hal itu dilakukan untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses energi bersih yang dipasok PLN.
“Di mal, di kafe, terus ditambah memanfaatkan energi bersih PLN. Kami terus bekerjasama. Kami sesuaikan dengan gaya hidup masyarakat saat ini yang lebih peduli terhadap lingkungan,”ujarnya. Hyundai melihat, selain masalah lingkungan, masalah keekonomian juga menjadi pertimbangan dalam menggunakan kendaraan listrik.
Dengan biaya energi yang murah, masyarakat bisa menggunakan anggaran lebih untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Penggunaan kendaraan listrik yang minim perawatan juga akan meningkatkan daya beli masyarakat karena memiliki anggaran lebih. “Karena itulah populasi kendaraan listrik terus meningkat. Sekarang saja penjualan mobil listrik sudah setara dengan penjualan sedan. Artinya, minat masyarakat terus meningkat. Gaya hidup ramah lingkungan masyarakat terus meningkat,”cetus Frans.
Sedangkan Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai, ekosistem EV yang dikembangkan PLN akan memantik pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di Indonesia di berbagai sektor. “Dengan meningkatnya penggunaan EV, subsidi negara untuk BBM bisa dialihkan ke sektor lain. Seperti kesehatan, pendidikan maupun infrastruktur,”ungkapnya. Sehingga, lanjut dia, tercipta lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Dari sisi kesehatan, beban biaya masyarakat untuk berobat menjadi lebih rendah. Hal itu lantaran penggunaan kendaraan listrik akan membuat lingkungan menjadi lebih sehat, karena polusi dari emisi gas buang berkurang.
Pada tahun ini, pemerintah menganggarkan subsidi BBM sebesar Rp113,27 triliun. Sedangkan pada 2024 diproyeksikan sebesar Rp189,1 triliun. “Dengan beralih ke kendaraan listrik, tentu banyak penghematan yang bisa dialihkan untuk mengembangkan sektor lain,” tutup Nailul
(nng)