Mengungkap Hasil Studi Dampak Sosial-Ekonomi Platform Travel terhadap Pariwisata
loading...
A
A
A
JAKARTA - Traveloka , platform travel, memperkuat komitmen pengembangan potensi pariwisata berkelanjutan melalui penguatan kolaborasi dengan kalangan akademisi dan dinas pariwisata daerah.
Upaya itu didukung pemaparan hasil studi dampak sosial-ekonomi Traveloka, yang dirilis PwC Indonesia, di sejumlah perguruan tinggi yang tersebar di tiga kota destinasi pariwisata unggulan, yaitu Bali, Bandung, dan Yogyakarta. Sosialisasi diikuti lebih dari 500 peserta, yang terdiri atas mahasiswa, akademisi, dan aparatur pemerintahan daerah, pada tanggal 4, 12, dan 14 Desember 2023.
“Sosialisasi ini bertujuan untuk mendiskusikan secara terbuka dampak sosial-ekonomi Traveloka dan industri pariwisata bagi kebangkitan ekonomi pasca-pandemi dengan para pemangku kepentingan, termasuk institusi pendidikan dan dinas pariwisata daerah,” kata Presiden Traveloka Indonesia, Caesar Indra, melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (17/12/2023).
Mengutip hasil studi yang dirilis PwC Indonesia, Traveloka berperan mendorong peningkatan nilai tambah bruto (Gross Value Added/GVA) Indonesia selama kurun waktu empat tahun, yang mencapai sekitar Rp155 triliun antara tahun 2019 dan 2022. Dari jumlah tersebut, sektor pariwisata menyumbang hampir Rp70 triliun atau 2,70% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia, yang berperan penting mendorong pertumbuhan sektor perjalanan dan pariwisata pasca pandemi di Indonesia dan Asia Tenggara.
Caesar mengatakan, kontribusi signifikan yang dihasilkan ripple effect digitalisasi pariwisata, tidak hanya menyangkut pertumbuhan ekonomi nasional, juga lapangan pekerjaan dan sektor terkait lainnya.
“Kami berinisiatif membawa hasil studi ini sebagai bahan diskusi untuk memperkuat kolaborasi dengan para akademisi serta dinas pariwisata daerah, agar praktisi pariwisata serta UMKM dapat menggali lebih dalam peluang peningkatan kualitas serta pertumbuhan pariwisata di setiap daerah,” kata Caesar.
Studi sosial-ekonomi juga menyoroti dampak Traveloka yang memungkinkan para mitranya di Indonesia untuk membuka akses ke pasar global baru dan berinovasi untuk mendiversifikasi aliran pendapatan.
Sebanyak 86% pelaku usaha yang berpartisipasi dalam studi ini setuju bahwa Traveloka terbukti membantu mempercepat pertumbuhan bisnis di sektor travel & tourism, food & beverages, dan lifestyle.
Para responden menyampaikan, mengalami rata-rata pertumbuhan penjualan sebesar 50 hingga 75% setelah bermitra dengan Traveloka. Selain itu, Traveloka juga berperan menjadi katalisator mempromosikan bisnis lokal dan inklusi sosial di industri perjalanan dan pariwisata sehingga meningkatkan visibilitas bisnis, aktivitas pariwisata lokal, serta menghidupkan kembali minat dan apresiasi warisan budaya.
Studi mencatat sebesar 67% pelaku usaha yang berbasis di destinasi yang belum banyak dikenal melaporkan adanya tren kenaikan positif kunjungan ke bisnisnya setelah bermitra dengan Traveloka.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun menyambut baik inisiatif Traveloka seiring berakhirnya pandemi dan mulai pulihnya sektor pariwisata Bali, yang menumbuhkan optimisme mencapai target kunjungan wisatawan yang ditargetkan pemerintah.
“Forum diskusi semacam ini membuka peluang kerja sama terutama dalam hal peningkatan kualitas sumber daya manusia terutama di bidang digitalisasi pariwisata untuk mendorong pertumbuhan pariwisata Bali,” kata Tjok Bagus Pemayun.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Kota Bandung, Jawa Barat, Arief Bonafianto mengatakan, fokus Kota Bandung saat ini adalah menyelaraskan kebijakan dan program pengembangan destinasi pariwisata daerah dan provinsi.
“Kami berharap melalui forum diskusi semacam ini, kerja sama pemerintah daerah dan sektor swasta semakin kokoh, terutama menjadi masukan bagi kami dalam merumuskan arah kebijakan pariwisata untuk memajukan perekonomian daerah,” kata dia.
Ia juga menyebutkan, perlunya dikaji ulang pemindahan Bandara ke Kertajati jika fokus pada Kota Bandung.
Berdasarkan survei internal pengguna Traveloka mengenai produk keberlanjutan, ditemukan bahwa 88% pengguna yang disurvei di Indonesia menghargai pilihan untuk mengimbangi jejak karbon mereka saat memesan penerbangan di aplikasi Traveloka. Selain itu, 80% responden mengatakan bahwa mereka akan lebih cenderung memilih akomodasi yang menerapkan praktik keberlanjutan.
"Industri perjalanan dan pariwisata merupakan benang merah yang merangkul berbagai sektor penunjang pertumbuhan ekonomi daerah. Traveloka siap berkolaborasi dengan mitra akademisi dan Dinas Pariwisata untuk meningkatkan kualitas industri pariwisata, baik dalam peningkatan kualitas sumber daya di ranah digitalisasi pariwisata maupun mendorong kemitraan dengan pelaku usaha perjalanan dan pariwisata," tutup Caesar.
Upaya itu didukung pemaparan hasil studi dampak sosial-ekonomi Traveloka, yang dirilis PwC Indonesia, di sejumlah perguruan tinggi yang tersebar di tiga kota destinasi pariwisata unggulan, yaitu Bali, Bandung, dan Yogyakarta. Sosialisasi diikuti lebih dari 500 peserta, yang terdiri atas mahasiswa, akademisi, dan aparatur pemerintahan daerah, pada tanggal 4, 12, dan 14 Desember 2023.
“Sosialisasi ini bertujuan untuk mendiskusikan secara terbuka dampak sosial-ekonomi Traveloka dan industri pariwisata bagi kebangkitan ekonomi pasca-pandemi dengan para pemangku kepentingan, termasuk institusi pendidikan dan dinas pariwisata daerah,” kata Presiden Traveloka Indonesia, Caesar Indra, melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (17/12/2023).
Mengutip hasil studi yang dirilis PwC Indonesia, Traveloka berperan mendorong peningkatan nilai tambah bruto (Gross Value Added/GVA) Indonesia selama kurun waktu empat tahun, yang mencapai sekitar Rp155 triliun antara tahun 2019 dan 2022. Dari jumlah tersebut, sektor pariwisata menyumbang hampir Rp70 triliun atau 2,70% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia, yang berperan penting mendorong pertumbuhan sektor perjalanan dan pariwisata pasca pandemi di Indonesia dan Asia Tenggara.
Caesar mengatakan, kontribusi signifikan yang dihasilkan ripple effect digitalisasi pariwisata, tidak hanya menyangkut pertumbuhan ekonomi nasional, juga lapangan pekerjaan dan sektor terkait lainnya.
“Kami berinisiatif membawa hasil studi ini sebagai bahan diskusi untuk memperkuat kolaborasi dengan para akademisi serta dinas pariwisata daerah, agar praktisi pariwisata serta UMKM dapat menggali lebih dalam peluang peningkatan kualitas serta pertumbuhan pariwisata di setiap daerah,” kata Caesar.
Studi sosial-ekonomi juga menyoroti dampak Traveloka yang memungkinkan para mitranya di Indonesia untuk membuka akses ke pasar global baru dan berinovasi untuk mendiversifikasi aliran pendapatan.
Sebanyak 86% pelaku usaha yang berpartisipasi dalam studi ini setuju bahwa Traveloka terbukti membantu mempercepat pertumbuhan bisnis di sektor travel & tourism, food & beverages, dan lifestyle.
Para responden menyampaikan, mengalami rata-rata pertumbuhan penjualan sebesar 50 hingga 75% setelah bermitra dengan Traveloka. Selain itu, Traveloka juga berperan menjadi katalisator mempromosikan bisnis lokal dan inklusi sosial di industri perjalanan dan pariwisata sehingga meningkatkan visibilitas bisnis, aktivitas pariwisata lokal, serta menghidupkan kembali minat dan apresiasi warisan budaya.
Studi mencatat sebesar 67% pelaku usaha yang berbasis di destinasi yang belum banyak dikenal melaporkan adanya tren kenaikan positif kunjungan ke bisnisnya setelah bermitra dengan Traveloka.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun menyambut baik inisiatif Traveloka seiring berakhirnya pandemi dan mulai pulihnya sektor pariwisata Bali, yang menumbuhkan optimisme mencapai target kunjungan wisatawan yang ditargetkan pemerintah.
“Forum diskusi semacam ini membuka peluang kerja sama terutama dalam hal peningkatan kualitas sumber daya manusia terutama di bidang digitalisasi pariwisata untuk mendorong pertumbuhan pariwisata Bali,” kata Tjok Bagus Pemayun.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Kota Bandung, Jawa Barat, Arief Bonafianto mengatakan, fokus Kota Bandung saat ini adalah menyelaraskan kebijakan dan program pengembangan destinasi pariwisata daerah dan provinsi.
“Kami berharap melalui forum diskusi semacam ini, kerja sama pemerintah daerah dan sektor swasta semakin kokoh, terutama menjadi masukan bagi kami dalam merumuskan arah kebijakan pariwisata untuk memajukan perekonomian daerah,” kata dia.
Ia juga menyebutkan, perlunya dikaji ulang pemindahan Bandara ke Kertajati jika fokus pada Kota Bandung.
Berdasarkan survei internal pengguna Traveloka mengenai produk keberlanjutan, ditemukan bahwa 88% pengguna yang disurvei di Indonesia menghargai pilihan untuk mengimbangi jejak karbon mereka saat memesan penerbangan di aplikasi Traveloka. Selain itu, 80% responden mengatakan bahwa mereka akan lebih cenderung memilih akomodasi yang menerapkan praktik keberlanjutan.
"Industri perjalanan dan pariwisata merupakan benang merah yang merangkul berbagai sektor penunjang pertumbuhan ekonomi daerah. Traveloka siap berkolaborasi dengan mitra akademisi dan Dinas Pariwisata untuk meningkatkan kualitas industri pariwisata, baik dalam peningkatan kualitas sumber daya di ranah digitalisasi pariwisata maupun mendorong kemitraan dengan pelaku usaha perjalanan dan pariwisata," tutup Caesar.
(uka)