Mattel Akan Mengoneksikan Mainan Anak dan Internet

Selasa, 06 Februari 2018 - 20:00 WIB
Mattel Akan Mengoneksikan Mainan Anak dan Internet
Mattel Akan Mengoneksikan Mainan Anak dan Internet
A A A
MASA depan industri mainan adalah mengoneksikan antara boneka, mobil-mobilan, dan mainan anak lainnya dengan internet. Tak hanya desain dan tampilan menarik, mainan anak masa depan juga bisa dikendalikan melalui ponsel pintar.

Itulah yang akan dikembangkan CEO Mattel Inc Margo Georgiadis yang direkrut dari Google pada awal tahun lalu. Dia menggebrak Mattel dengan mengurangi dividen pemegang pajak dan menginvestasikan sebagian besar uang perusahaan untuk mengembangkan koneksi antara internet dan mainan anak.

Georgiadis mengungkapkan niatannya mengubah Mattel dari pemasok boneka Barbie dan Hot Wheels di toko mainan menjadi perusahaan berfokus pada teknologi mobile dan aktivitas online. Strategi tersebut didanai dengan mengurangi dividen sebesar 61%. "Saat ini merupakan momen paling tepat untuk menemukan kembali perusahaan ini (Mattel) dalam rangka menjamin keberlangsungan pasar dan konsumen (dari produk-produk Mattel)," ujar Georgiadis dilansir Fortune.

Dia ingin mengubah Mattel dari produsen mainan anak tradisional menjadi perusahaan yang memberikan pengalaman anak-anak tentang masa depan, yakni mengoneksikan boneka dengan teknologi informasi. Merek Mattel kini agak tergeserkan oleh perkembangan teknologi. Zaman telah berubah karena anak-anak juga dekat dengan internet dan teknologi.

"Untuk itu, kita akan menekankan konten digital, boneka berkoneksi internet, dan produk untuk pembelajaran anak-anak," ujarnya. Dia juga akan mengembangkan Mattel menuju industri game dan kategori produk lainnya.

Georgiadis juga ingin merampingkan jaringan pemasaran dan memotong birokrasi di perusahaan. Mattel mengalokasikan USD350 juta untuk memperkuat strategi pertumbuhan pada beberapa tahun mendatang. Mereka juga ingin memperkuat penjualan. Selama 2017 lalu, Mattel hanya mengalami pertumbuhan pendapatan dan penjualan yang stagnan.

Saat bergabung dengan Mattel, Georgiadis mewarisi kinerja perusahaan yang kurang baik. Pendapatan mengalami penurunan drastis menyusul kekalahan kesepakatan lisensi Disney Princess dan Frozen. Ditambah dengan penurunan penjualan Barbie menjadikan performa perusahaan menurun. Hal itu mengakibatkan harga saham Mattel pun mengalami penurunan paling tajam.

Kini di tangan Georgiadis, Mattel tidak hanya memproduksi mainan anak dan berhubungan dengan toko mainan saja. "Saya fokus bagaimana industri ini akan melibatkan dunia. Boneka juga butuh adaptasi dengan era baru ini," paparnya.

Bagaimana setelah setahun Georgiadis memimpin Mattel? Adakah perubahan berarti? Jawabannya belum. Melansir Reuters, saham Mattel turun hingga 8,6% pada awal Februari ini. Hal itu diakibatkan penjualan selama musim liburan Natal dan Tahun Baru lalu mengalami penurunan dan tidak sesuai ekspektasi Wall Street. Mattel mengalami penurunan penjualan, terutama untuk merek Fisher-Price dan American Girl. Itu juga dipengaruhi dengan kehancuran ritel toko mainan, Toys R Us.

Bagaimana pembelaan Georgiadis? "Performa kuartal keempat merefleksikan kuartal yang sulit dan tahun penuh perjuangan bagi Mattel," ujarnya. Dia menambahkan, hal itu karena kesalahan penempatan lokasi produk, terlalu banyak mainan yang dijual, dan kebangkrutan Toys R Us. "Itu semua berkontribusi menekan performa perusahaan," ujarnya.

Kebangkrutan Toys R Us jelas berdampak pada Mattel. Pasalnya, Toys R Us merupakan toko jaringan yang menjadi ritel kedua terbesar menjual produk Mattel setelah Walmart. Mattel memang mengalami pelambatan pertumbuhan. Sebagian besar anak-anak sudah meninggalkan mainan tradisional, beralih ke video game dan perangkat permainan elektronik. Saham Mattel tahun lalu saja menurun hingga 44%.

Georgiadis menyadari semua kondisi itu sehingga bertekad mengubah arah perusahaan. Namun, perubahan arah tidak akan berdampak jangka pendek, tetapi akan terlihat pada skala menengah dan panjang. Melansir CNBC, penjualan American Girl juga menurun 23%. Penjualan boneka konstruksi seperti Mega Bloks juga turun 25%. Khusus penjualan Fisher-Price menurun 12%. "Kita akan fokus pada revitalisasi brand premium dan memberikan sentuhan online pada boneka nantinya," ujarnya.

Mainan andalan Mattel lainnya, Hot Wheels, hanya mengalami penurunan penjualan 7%. Mattel sangat optimistis penjualan Hot Wheels akan meningkat seiring ulang tahun merek ini yang ke-50. Sedangkan mainan Cars 3 justru mengalami pertumbuhan di pasar internasional.

Mattel merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi boneka dan aneka mainan anak yang didirikan pada 1945. Dengan kantor pusat di El Segundo, California, Mattel memiliki berbagai produk, seperti Fisher-Price, Barbie, Monster High, Ever After High, Winx Club, Hot Wheels and Matchbox, Masters of the Universe, American Girl, board games, dan WWE.

Pada awal 1980-an, Mattel memproduksi video game dengan lisensi dari Nintendo. Mattel telah melebarkan sayapnya ke 40 negara dan menjual produknya ke lebih dari 50 negara. Mattel kini menjadi produsen mainan anak terbesar kedua dalam segi pendapatan setelah The Lego Group.

Nama Mattel sebenarnya merupakan gabungan dari nama pendirinya, yakni Harold "Matt" Matson dan Elliot Handler. Matson dan Handler mendirikan Mattel Creation pada 1945 dengan produk awalnya bingkai gambar dan mainan anak terbuat dari kayu. Pada 1947, Mattel memproduksi boneka yang langsung hit, yakni Uke A Doodle. Mereka memproduksi Barbie pada 1958 dan menjadi boneka paling laris sepanjang sejarah. Mattel go public pada 1960 dan terdapat di Bursa Saham New York pada 1963.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6501 seconds (0.1#10.140)