Kemenpar Pertemukan Empat Komponen Industri Pariwisata

Kamis, 22 Maret 2018 - 03:09 WIB
Kemenpar Pertemukan Empat Komponen Industri Pariwisata
Kemenpar Pertemukan Empat Komponen Industri Pariwisata
A A A
JAKARTA - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mempertemukan empat komponen industri pariwisata. Mereka adalah pemerintah, artis, enterpreneur hingga pengelola tempat wisata.

Hal ini bertujuan mempromosikan industri pariwisata Indonesia secara massif. "Jadi empat komponen kita pertemukan. Semuanya merupakan partner Kemenpar di tahun 2018. Saya harap pertemuan kali ini bisa menghasilkan kerja sama dengan baik," ujar Deputi Pengembangan Pemasaran I Kemenpar,I Gde Pitana di Jakarta, Rabu (21/3/2018).

Menurutnya, kerja sama itu prasyarat dan keharusan maju bersama. Sedangkan pemerintah akan mendukung industri untuk pembangunan pariwisata.

"Kami hanya mak comblang. Sehingga dari industri yang menjalin kerja sama. Apa yang bisa dikontribusi oleh destinasi digital. Apa yang bisa dikontribusi oleh industri dan pengelola tempat wisata, jadi dipertemukan untuk mencapai kerja sama apik antar pelaku industri," kata Pitana.

Pakar Marketing yang juga Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Manajemen Strategis Kemenpar, Yuswohady menambahkan, akan ada empat kategori partnership package dalam workshop ini.

Pertama ada kategori Wonderful Indonesia atau Pesona Indonesia (WI/PI). Di kategori ini, syarat utamanya partner harus melakukan ekspor. Tentunya dengan brand sendiri minimal dua tahun. Lalu yang kedua sudah hadir minimal di tiga
negara.

Kemudian, ada kategori Pesona Indonesia Partner. Ketiga terdapat endorser of WI/PI dan yang terakhir Friends of WI/PI. "Yang friend ini bisa dilakukan siapa saja. Walaupun tidak termasukdalam tiga kategori lainnya, tetapi memiliki komitmen untuk mempromosikan WI/PI," kata Yuswohady.

Menteri Pariwisata Arief Yahya, mengapresiasi workshop yang digelar untuk menyatukan persepsi ini. Dalam hal branding atau pemasaran, Menpar memiliki strategi co-branding dengan 10 existing restoran Indonesia di luar negeri.

"Saya telah mencoba namun gagal untuk membuka restoran di luar negeri. Biayanya tidak murah. Dan pemerintah tidak menyediakan anggaran.Sebagai pembanding, pemerintah Thailand memberi subsidi setara dengan USD100 ribu kepada yang membuka restoran Thailand. Akhirnya saya putuskan adalah branding existing restoran yang sudah ada. Atau yang disebut dengan Diaspora Restaurant," ujarnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8335 seconds (0.1#10.140)