Merger Maskapai BUMN Tunggu Laporan Kesehatan Keuangan Garuda Indonesia

Senin, 08 Januari 2024 - 15:45 WIB
loading...
Merger Maskapai BUMN Tunggu Laporan Kesehatan Keuangan Garuda Indonesia
Kementerian BUMN mengungkapkan soal merger maskapai plat merah. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) belum memutuskan skema penggabungan atau merger antara PT Citilink Indonesia dan PT Pelita Air Service (PAS). Pasalnya, PT Garuda Indonesia Tbk, belum memberikan laporan keuangan akhir tahun 2023.

Garuda Indonesia memang menjadi pemegang saham mayoritas Citilink. Secara komposisi, saham Garuda sebanyak 97,80 persen atau setara 1.137.893 saham. Sementara, 2,20 persen atau sebesar 24.750 saham dikendalikan oleh oleh PT Aero Wisata.



Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko mengatakan, pemegang saham maskapai penerbangan pelat merah masih menunggu laporan keuangan akhir tahun secara konsolidasi dari emiten bersandi saham GIAA.

"Belum, belum, kami tunggu laporan akhir tahun Garuda dulu," papar Tiko saat ditemui wartawan, Senin (8/1/2024).

Tiko mencatat merger kedua maskapai itu tergantung pada kemampuan keuangan Garuda Indonesia. Tercatat, GIAA itu masih dalam fase restrukturisasi alias penyehatan keuangan.

Maka dari itu, Kementerian BUMN akan melakukan peninjauan atau review terhadap struktur keuangan Garuda Indonesia terlebih dahulu, sebelum aksi merger Citilink dan Pelita Air dilakukan.

Kementerian BUMN sebelumnya menargetkan review atas struktur keuangan Garuda sudah dilakukan pada akhir 2023 lalu. Kendati begitu, hingga pekan pertama Januari ini putusan soal skema penggabungan belum difinalisasikan.

"Tergantung dari kemampuan Garuda restrukturisasi, kita akan review akhir tahun 2023 apakah Garuda sudah sehat akhir tahun ini," ungkapnya saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.



Meski demikian, Tiko memastikan pihaknya sudah menyiapkan dua opsi dari langkah konsolidasi Citilink dan Pelita Air.
Opsi yang dimaksud adalah pengalihan lisensi penerbangan reguler Pelita Air Service ke Citilink Indonesia atau justru diserahkan kepada PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney.

Jika opsi ini dilakukan, maka Pelita Air nantinya hanya akan fokus pada penerbangan charter atau sewa saja. "Itu masih dalam kajian, jadi ada dua opsi, opsinya Pelita masuk secara lisensi ke Citilink atau Pelita ke InJourney, itu masih dikaji," beber dia.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0952 seconds (0.1#10.140)