Garuda Indonesia Lunasi Sebagian Obligasi, Sisa Utang Masih Rp7,77 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) telah melakukan pelunasan sebagian surat utang dan sukuk melalui skema tender offer pada 21 dan 29 Desember 2023 lalu. Adapun, total pelunasan nilai pokok atau prinsipal sebesar USD49,99 juta atau Rp776,64 miliar.
Di samping itu, perseroan juga melakukan pembayaran accrued interest, deferred payment in kind (PIK), dan beban pajak yang timbul dari transaksi tersebut sebesar USD2,32 juta atau Rp36,14 miliar. Atas transaksi ini, Direktur Utama GIAA, Irfan Setiaputra menyampaikan bahwa tidak terdapat dampak langsung terhadap kegiatan perseroan.
“Perseroan memastikan bahwa seluruh kegiatan operasional berjalan dengan normal,” kata Irfan dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia pada Rabu (3/1/2024).
Irfan mengatakan, setelah dilakukannya pelunasan sebagian tersebut, sisa jumlah total utang perseroan yakni sebesar USD500,67 juta atau Rp7,77 triliun. Lebih lanjut, Irfan menyebut bahwa transaksi yang dilakukan bukan merupakan transaksi material, mengingat proses pelunasan sebagian tersebut merupakan pelaksanaan atas transaksi yang telah ada dan telah dipublikasikan pada 30 Desember 2022. Selain itu, sumber dana yang digunakan juga berasal dari kas internal perseroan.
Sebelumnya, perseroan telah mengumumkan rencana aksi korporasi pelunasan sebagian surat utang dan sukuk melalui skema tender offer kepada pemegang surat utang kepada pemegang surat utang dan sukuk, yang merupakan kreditur GIAA dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Rencana pelunasan sebagian surat utang dan sukuk ini merupakan bagian dari langkah proaktif GIAA untuk perbaikan kinerja ekuitas, melalui pengelolaan secara aktif atas aset, liabilitas dan ekuitas untuk mengoptimalkan efektivitas profil arus kas perseroan, serta fundamental kinerja operasi GIAA.
Aksi korporasi ini, kata Irfan, juga menjadi representasi goodwill secara berkelanjutan, dalam memastikan proses penyelesaian kewajiban terhadap para kreditur dapat menjadi semakin agile dan prudent. Pelunasan sebagian ini juga telah mempertimbangkan volatilitas pasar yang terjadi saat ini termasuk peningkatan suku bunga di pasar mata uang dolar Amerika Serikat (AS).
Di samping itu, perseroan juga melakukan pembayaran accrued interest, deferred payment in kind (PIK), dan beban pajak yang timbul dari transaksi tersebut sebesar USD2,32 juta atau Rp36,14 miliar. Atas transaksi ini, Direktur Utama GIAA, Irfan Setiaputra menyampaikan bahwa tidak terdapat dampak langsung terhadap kegiatan perseroan.
“Perseroan memastikan bahwa seluruh kegiatan operasional berjalan dengan normal,” kata Irfan dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia pada Rabu (3/1/2024).
Irfan mengatakan, setelah dilakukannya pelunasan sebagian tersebut, sisa jumlah total utang perseroan yakni sebesar USD500,67 juta atau Rp7,77 triliun. Lebih lanjut, Irfan menyebut bahwa transaksi yang dilakukan bukan merupakan transaksi material, mengingat proses pelunasan sebagian tersebut merupakan pelaksanaan atas transaksi yang telah ada dan telah dipublikasikan pada 30 Desember 2022. Selain itu, sumber dana yang digunakan juga berasal dari kas internal perseroan.
Sebelumnya, perseroan telah mengumumkan rencana aksi korporasi pelunasan sebagian surat utang dan sukuk melalui skema tender offer kepada pemegang surat utang kepada pemegang surat utang dan sukuk, yang merupakan kreditur GIAA dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Rencana pelunasan sebagian surat utang dan sukuk ini merupakan bagian dari langkah proaktif GIAA untuk perbaikan kinerja ekuitas, melalui pengelolaan secara aktif atas aset, liabilitas dan ekuitas untuk mengoptimalkan efektivitas profil arus kas perseroan, serta fundamental kinerja operasi GIAA.
Aksi korporasi ini, kata Irfan, juga menjadi representasi goodwill secara berkelanjutan, dalam memastikan proses penyelesaian kewajiban terhadap para kreditur dapat menjadi semakin agile dan prudent. Pelunasan sebagian ini juga telah mempertimbangkan volatilitas pasar yang terjadi saat ini termasuk peningkatan suku bunga di pasar mata uang dolar Amerika Serikat (AS).
(nng)